Rabu, 09 Oktober 2013

TARI REMO SURABAYA

Tari Remo Tari Remo adalah tari yang mengisahkan perjuangan seorang pangeran yang berjuang di medan pertempuran. Untuk menari tari Remo ini dibutuhkan kemaskulinan karena pada umumnya tari remo dibawakan oleh penari lelaki. Pada awalnya, sen tari Remo adalah tari yang digunakan untuk dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring waktu, tari Remo menjadi tari pembuka ludruk, lalu menjadi tari penyambut tamu, pada khususnya tamu penting. Tari Remo sendiri asalnya dari Jombang, Jawa Timur. Kesenian tari Remo sendiri saat ini tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga penari wanita. Hal ini dilakukan untuk menjaga khasanah kekayaan budaya Jawa Timur. tari remo jawa timur Maka kemudian berkembanglah tari Remo putri yang penarinya memakai sanggul lengkap dengan satu selendang yang disampirkan di bahu, sedangkan penari Remo pria menggunakan busana khas Surabaya dan Jombang. Keindahan tari Remo adalah karakteristik dalam membuat gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Pagelaran tari Remo umumnya diiringi dengan alat musik saron, bonang, seruling dan gambang. Tari Remo sekarang bahkan berkembang menjadi tari penyambutan tamu negara seperti tari Yosakoi di Jepang. Banyak sekali penari-penari dari berbagai daerah yang mengikuti Tari Remo dan Yosakoi, dan hal tersebut membuat keseniat tari ini banyak disukai oleh masyarakat. Apalagi jika dikaitkan dengan kesenian Jepang, dalam hal ini Tari Yosakoi, karena kedua jenis tarian ini memiliki keindahan yang hampir sama.

LEGENDA "JOKO TINGKIR"

Dalam tradisi Jawa Jaka Tingkir, kadang-kadang juga ditulis Joko Tingkir, adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang yang memerintah tahun 1549-1582 dengan nama Hadiwijaya. Asal-usul Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia. Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir). Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi. Silsilah Jaka Tingkir : Andayaningrat (tidak diketahui nasabnya) + Ratu Pembayun (Putri Raja Brawijaya)→ Kebo kenanga (Putra Andayaningrat)+ Nyai Ageng Pengging→ Mas Karebet/Jaka Tingkir Mengabdi ke Demak Babad Tanah Jawi selanjutnya mengisahkan, Jaka Tingkir ingin mengabdi ke ibu kota Demak. Di sana ia tinggal di rumah Kyai Gandamustaka (saudara Nyi Ageng Tingkir) yang menjadi perawat Masjid Demak berpangkat lurah ganjur. Jaka Tingkir pandai menarik simpati raja Demak Trenggana sehingga ia diangkat menjadi kepala prajurit Demak berpangkat lurah wiratamtama. Beberapa waktu kemudian, Jaka Tingkir bertugas menyeleksi penerimaan prajurit baru. Ada seorang pelamar bernama Dadungawuk yang sombong dan suka pamer. Jaka Tingkir menguji kesaktiannya dan Dadungawuk tewas hanya dengan menggunakan SADAK KINANG. Akibatnya, Jaka Tingkir pun dipecat dari ketentaraan dan diusir dari Demak. Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Setelah tamat, ia kembali ke Demak bersama ketiga murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil. Rombongan Jaka Tingkir menyusuri Sungai Kedung Srengenge menggunakan rakit. Muncul kawanan siluman buaya menyerang mereka namun dapat ditaklukkan. Bahkan, kawanan tersebut kemudian membantu mendorong rakit sampai ke tujuan. Saat itu Trenggana sekeluarga sedang berwisata di Gunung Prawoto. Jaka Tingkir melepas seekor kerbau gila yang dinamakan sebagai Kebo Danu yang sudah diberi mantra (diberi tanah kuburan pada telinganya). Kerbau itu mengamuk menyerang pesanggrahan raja, di mana tidak ada prajurit yang mampu melukainya. Jaka Tingkir tampil menghadapi kerbau gila. Kerbau itu dengan mudah dibunuhnya. Atas jasanya itu, Trenggana mengangkat kembali Jaka Tingkir menjadi lurah wiratamtama. Kisah dalam babad tersebut seolah hanya kiasan, bahwa setelah dipecat, Jaka Tingkir menciptakan kerusuhan di Demak, dan ia tampil sebagai pahlawan yang meredakannya. Oleh karena itu, ia pun mendapatkan simpati raja kembali. Menjadi Raja Pajang Prestasi Jaka Tingkir sangat cemerlang meskipun tidak diceritakan secara jelas dalam Babad Tanah Jawi. Hal itu dapat dilihat dengan diangkatnya Jaka Tingkir sebagai Adipati Pajang bergelar Adipati Adiwijaya. Ia juga menikahi Ratu Mas Cempa, putri Trenggana. Sepeninggal Trenggana tahun 1546, puteranya yang bergelar Sunan Prawoto seharusnya naik takhta, tapi kemudian ia tewas dibunuh Arya Penangsang (sepupunya di Jipang) tahun 1549. Arya Penangsang membunuh karena Sunan Prawoto sebelumnya membunuh karena Sunan Prawoto sebelumnya juga membunuh ayah Aryo Penangsang yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen sewaktu ia menyelesaikan salat ashar di tepi Bengawan Sore. Pangeran Sekar merupakan adik kandung Trenggana sekaligus juga merupakan murid pertama Sunan Kudus. Pembunuhan-pembunuhan ini dilakukan dengan menggunakan Keris Kiai Setan Kober. Selain itu Aryo Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri suami dari Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara. Kemudian Aryo Penangsang mengirim utusan untuk membunuh Adiwijaya di Pajang, tapi gagal. Justru Adiwijaya menjamu para pembunuh itu dengan baik, serta memberi mereka hadiah untuk mempermalukan Arya Penangsang. Sepeninggal suaminya, Ratu Kalinyamat (adik Sunan Prawoto) mendesak Adiwijaya agar menumpas Aryo Penangsang karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan adipati Jipang tersebut. Adiwijaya segan memerangi Aryo Penangsang secara langsung karena sama-sama anggota keluarga Demak dan merupakan saudara seperguruan sama-sama murid Sunan Kudus. Maka, Adiwijaya pun mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat membunuh Aryo Penangsang akan mendapatkan tanah Pati dan mentaok/Mataram sebagai hadiah. Sayembara diikuti kedua cucu Ki Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi. Dalam perang itu, Ki Juru Martani (kakak ipar Ki Ageng Pemanahan) berhasil menyusun siasat cerdik sehingga sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan) dapat menewaskan Arya Penangsang setelah menusukkan Tombak Kyai Plered ketika Aryo Penangsang menyeberang Bengawan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan Gagak Rimang. Setelah peristiwa tahun 1549 tersebut, Pusat kerajaan tersebut kemudian dipindah ke Pajang dengan Hadiwijaya sebagai raja pertama. Demak kemudian dijadikan Kadipaten dengan anak Suan Prawoto yang menjadi Adipatinya Hadiwijaya juga mengangkat rekan-rekan seperjuangannya dalam pemerintahan. Mas Manca dijadikan patih bergelar Patih Mancanegara, sedangkan Mas Wila dan Ki Wuragil dijadikan menteri berpangkat ngabehi. Sumpah setia Ki Ageng Mataram Sesuai perjanjian sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan bergelar Ki Ageng Pati. Sementara itu, Ki Ageng Pemanahan masih menunggu karena seolah-olah Hadiwijaya menunda penyerahan tanah Mataram. Sampai tahun 1556, tanah Mataram masih ditahan Adiwijaya. Ki Ageng Pemanahan segan untuk meminta. Sunan Kalijaga selaku guru tampil sebagai penengah kedua muridnya itu. Ternyata, alasan penundaan hadiah adalah dikarenakan rasa cemas Adiwijaya ketika mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir sebuah kerajaan yang mampu mengalahkan kebesaran Pajang. Ramalan itu didengarnya saat ia dilantik menjadi raja usai kematian Arya Penangsang. Sunan Kalijaga meminta Adiwijaya agar menepati janji karena sebagai raja ia adalah panutan rakyat. Sebaliknya, Ki Ageng Pemanahan juga diwajibkan bersumpah setia kepada Pajang. Ki Ageng bersedia. Maka, Adiwijaya pun rela menyerahkan tanah Mataram pada kakak angkatnya itu. Tanah Mataram adalah bekas kerajaan kuno, bernama Kerajaan Mataram yang saat itu sudah tertutup hutan bernama Alas Mentaok. Ki Ageng Pemanahan sekeluarga, termasuk Ki Juru Martani, membuka hutan tersebut menjadi desa Mataram. Meskipun hanya sebuah desa namun bersifat perdikan atau sima swatantra. Ki Ageng Pemanahan yang kemudian bergelar Ki Ageng Mataram, hanya diwajibkan menghadap ke Pajang secara rutin sebagai bukti kesetiaan tanpa harus membayar pajak dan upeti. Menundukkan Jawa Timur Saat naik takhta, kekuasaan Adiwijaya hanya mencakup wilayah Jawa Tengah saja, karena sepeninggal Trenggana, banyak daerah bawahan Demak yang melepaskan diri. Negeri-negeri di Jawa Timur yang tergabung dalam Persekutuan Adipati Bang Wetan saat itu dipimpin oleh Panji Wiryakrama bupati Surabaya. Persekutuan adipati tersebut sedang menghadapi ancaman invansi dari berbagai penjuru, yaitu Pajang, Madura, dan Blambangan. Pada tahun 1568 Sunan Prapen penguasa Giri Kedaton menjadi mediator pertemuan antara Hadiwijaya raja Pajang di atas negeri yang mereka pimpin. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama diambil sebagai menantu Adiwijaya. Selain itu, Adiwijaya juga berhasil menundukkan Madura setelah penguasa pulau itu yang bernama Raden Pratanu bergelar Panembahan Lemah Duwur Arosbaya menjadi menantunya. Dalam pertemuan tahun 1568 itu, Sunan Prapen untuk pertama kalinya berjumpa dengan Ki Ageng Pemanahan dan untuk kedua kalinya meramalkan bahwa Pajang akan ditaklukkan Mataram melalui keturunan Ki Ageng tersebut. Mendengar ramalan tersebut, Adiwijaya tidak lagi merasa cemas karena ia menyerahkan semuanya pada kehendak takdir. Pemberontakan Sutawijaya Sutawijaya adalah putra Ki Ageng Pemanahan yang juga menjadi anak angkat Hadiwijaya. Sepeninggal ayahnya tahun 1575, Sutawijaya menjadi penguasa baru di Mataram, dan diberi hak untuk tidak menghadap selama setahun penuh. Waktu setahun berlalu dan Sutawijaya tidak datang menghadap. Adiwijaya mengirim Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil untuk menanyakan kesetiaan Mataram. Mereka menemukan Sutawijaya bersikap kurang sopan dan terkesan ingin memberontak. Namun kedua pejabat senior itu pandai menenangkan hati Adiwijaya melalui laporan mereka yang disampaikan secara halus. Tahun demi tahun berlalu. Adiwijaya mendengar kemajuan Mataram semakin pesat. Ia pun kembali mengirim utusan untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya. Kali ini yang berangkat adalah Pangeran Benawa (putra mahkota), Arya Pamalad (menantu yang menjadi adipati Tuban), serta Patih Mancanegara. Ketiganya dijamu dengan pesta oleh Sutawijaya. Di tengah keramaian pesta, putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga membunuh seorang prajurit Tuban yang didesak Arya Pamalad. Arya Pamalad sendiri sejak awal kurang suka dengan Sutawijaya sekeluarga. Maka sesampainya di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya, sedangkan Pangeran Benawa menjelaskan kalau peristiwa pembunuhan tersebut hanya kecelakaan saja. Hadiwijaya menerima kedua laporan itu dan berusaha menahan diri. Pada tahun 1582 seorang keponakan Sutawijaya yang tinggal di Pajang, bernama Raden Pabelan dihukum mati karena berani menyusup ke dalam keputrian menemui Ratu Sekar Kedaton (putri bungsu Adiwijaya). Ayah Pabelan yang bernama Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman buang karena diduga ikut membantu anaknya. Ibu Raden Pabelan yang merupakan adik perempuan Sutawijaya meminta bantuan ke Mataram. Sutawijaya pun mengirim utusan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam perjalanan pembuangannya ke Semarang. Kematian Perbuatan Sutawijaya itu menjadi alasan Hadiwijaya untuk menyerang Mataram. Perang antara kedua pihak pun meletus. Pasukan Pajang bermarkas di Prambanan dengan jumlah lebih banyak, namun menderita kekalahan. Adiwijaya semakin tergoncang mendengar Gunung Merapi tiba-tiba meletus dan laharnya ikut menerjang pasukan Pajang yang berperang dekat gunung tersebut. Adiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan Tembayat namun tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat kalau ajalnya segera tiba. Adiwijaya melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan ia jatuh dari punggung gajah tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampai di Pajang, datang makhluk halus anak buah Sutawijaya bernama Ki Juru Taman memukul dada Adiwijaya, membuat sakitnya bertambah parah. Adiwijaya berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya, karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir. Selain itu, Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Adiwijaya yang dianggapnya sebagai putra tertua. Pada cerita rakyat dinyatakan bahwa sebenarnya Sutawijaya adalah anak kandung Adiwijaya dengan anak Ki Ageng Sela. Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya. Pengganti Hadiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain dinikahkan dengan Panji Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan Arya Pamalad Tuban. Adapun putri yang paling tua dinikahkan dengan Arya Pangiri bupati Demak. Arya Pangiri sebenarnya adalah anak Sunan Prawoto, yang seharusnya memang menggantikan Trenggana menjadi raja Demak. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus (pengganti Sunan Kudus) untuk menjadi raja. Pangeran Benawa sang putra mahkota disingkirkan menjadi bupati Jipang. Arya Pangiri pun menjadi raja baru di Pajang dengan nama tahta Ngawantipura.

Senin, 07 Oktober 2013

5. Rp 1,4 juta dan dua tas polo

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Jambi mengamankan orang yang berprofesi sebagai gelandangan dan pengemis (gepeng) berpendapatan jutaan.

Kepala Dinas Sosnakertrans Kota Jambi Kaspul di Jambi, Rabu membenarkan ada gepeng yang berhasil ditangkap dan saat digeledah dari mereka ditemukan uang hasil mengemis dan meminta-minta hingga Rp 1 juta.

Ia menambahkan, Kota Jambi masih menjadi lahan subur bagi para gepeng dari luar kota.

Dari pengakuan seorang pengemis bernama Supriadi (70) asal Wonosobo, Jawa Timur, ia menjadi pengemis karena mudah untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Supriadi terjaring razia yang dilakukan petugas Dinsosnakertrans Kota Jambi pada Rabu siang sekitar pukul 12.30 WIB saat sedang mangkal untuk mengemis di depan kantor Samsat Jambi di kawasan Jelutung, Kota Jambi.

Saat diperiksa petugas terungkap dari tangan Supriadi ditemukan uang tunai lebih dari Rp1,4 juta. Selain itu, petugas juga mendapati dua buah tas merek Polo untuk menyimpan pakaian.

Minggu, 06 Oktober 2013

FESTIVAL CANDI MUARO JAMBI (FCMJ) X & HUT KAB. MUARO JAMBI 10 - 12 OKTOBER 2013

FESTIVAL CANDI MUARO JAMBI (FCMJ) X 
 10 - 12 OKTOBER 2013

Festival Kuliner Masakan Tradisional
(Rumah Makan, Catherig,SKPD, Kecamatan)
- Guest star master cheef Indonesia

Kegiatan Lomba Seni Budaya :
1, Lomba tari Kreasi tingkat SMP dan SMA
2.Lomba Lagu Daerah tingkat SMP dan SMA
3. Lomba Mewarnai tingkat TK
4. Lomba Hadrah
5. Lomba Seni UPPK / Etnis Kecamatan
6. Festival Band tingkat SMA/sederajat
7. Lomba Permainan tradisional
8. Pertunjukan Seni Kabupaten / Kota

Sumber : Radio News Muaro JAmbi

KULINER sate sangat terkenal di Indonesia

Ternyata, Sate Berasal dari Tiongkok!


detail beritaKULINER sate sangat terkenal di Indonesia, bahkan kelezatannya pun sudah diakui dunia. Tapi, siapa sangka ternyata sate dahulu berasal dari Tiongkok.

Arie Parikesit, pengamat kuliner Indonesia, menceritakan makanan sate datang ke Indonesia pada abad 18-an. Saat itu para pedagang Tiongkok ingin menikmati daging bakar namun dalam bentuk yang sederhana. Dari sanalah sate mulai dibuat.

Sate yang diambil dari bahasa Tiongkok, Sa berarti tiga dan Te merupakan tusuk. Para warga Tiongkok selalu menghadirkan sate tanpa memakai bahan tambahan lainnya, sehingga rasanya hanya alami dari dagingnya saja.

"Kebanyakan warga Tiongkok lebih menyukai rasa yang original, daging mentah yang dipotong sesuai selera kemudian dimasukkan ke dalam batang kayu dan dibakar. Dari situlah, kuliner sate itu muncul," ucapnya kepada Okezone saat ditemui usai acara konsistensi Bango dalam menghadirkan sajian kuliner kambing di KH. Ahmad Dahlan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Lalu, bagaimana akhirnya sate bisa menjadi kuliner terkenal di Indonesia?

"Masyarakat Indonesia melihat proses pemasakan sate yang begitu sederhana, dan dari sana lah mulai dikembangkan olahan satenya. Mulai sebatas diberi tambahan rempah-rempah, kemudian mulai merambah pada pemakaian bumbu kacang," timpalnya.

Menurutnya, dari kuliner sate inilah akan terlihat betapa banyaknya kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.

"Dari Aceh hingga Irian, tentunya memiliki sajian sate. Semuanya dikemas dengan cara yang berbeda. Disesuaikan dengan budayanya masing-masing," tutupnya. (uky) (ftr)
Browser anda tidak mendukung iFrame

Warga Muaro Jambi dan Situs Harus Terus Berdampingan

Kepala Desa Muaro Jambi Ramli IM gelisah setelah mendengarkan penjelasan sejumlah pakar. Mereka membahas rencana Situs Muaro Jambi yang terletak di desanya, Muaro Jambi, akan diajukan sebagai warisan budaya dunia. Ia lalu berkata, ”Apakah nantinya kami akan tergusur dari situs ini?”
Menurut Ramli, banyak candi dan pecahan bangunan berstruktur candi (menapo) berada di permukiman warga setempat. Bahkan, seperti pada penemuan awal, Candi Gumpung dan candi tinggi yang kini berdiri megah semula ditemukan arkeolog terkubur oleh pohon durian milik salah seorang warga. Jika jadi warisan budaya dunia dan terus dikembangkan oleh pemerintah, bisa saja situs yang ada diangkat dan dipugar dengan memindahkan permukiman warga.
Saat ini juga beredar isu apabila candi menjadi warisan budaya dunia, desa setempat akan dikosongkan dari penduduk untuk pengembangan pariwisata. ”Apa betul akan seperti itu,” ujar Ramli.
Mendengar kekhawatiran itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jambi Didy Wurjanto tersenyum. Ia lalu menjelaskan bahwa hal itu hanya isu belaka. Kenyataannya, masyarakat tidak akan diusir ataupun dipindahkan dari kompleks percandian peninggalan agama Buddha pada abad IX-XIV itu. Masyarakat justru dilibatkan dalam pengelolaan wisata agar situs ini tak menjadi obyek mati. Sektor pariwisata justru hidup jika warga setempat turut serta mengembangkan.
Harus dirawat
Programme Specialist for Culture UNESCO, Prof Masanori Nagaoka, sependapat. Bahkan, dia balik bertanya kepada Ramli bagaimana dirinya bisa berpikir bahwa warga akan tergusur dari situs. Menurut dia, warga dan situs dapat hidup berdampingan.
Situs ini malah harus terus dirawat masyarakat agar kelestariannya dapat terjaga. Keberadaan situs juga menguntungkan warga lokal. Jika kreatif, perekonomian masyarakat terangkat oleh semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung.
Percandian Muaro Jambi dapat diusulkan masuk nomine warisan budaya dunia. Situs ini bahkan berpeluang besar lolos, melihat kondisinya yang masih sangat asli. ”Bangunan dan lingkungannya juga relatif dirawat masyarakat setempat sehingga ada kesan tercipta hubungan harmonis antara masyarakat sekitar dan situs,” ujarnya.
Ketua Paguyuban Pemuda Muaro Jambi Hadi mengatakan, pemuda setempat telah mengembangkan tarian topeng bagi orangtua dan anak-anak. Warga juga mengembangkan paket wisata mengelilingi kompleks percandian melalui jalur air. Wisatawan diajak melintasi kanal kuno menyaksikan 8 candi yang telah dipugar dan puluhan menapo yang bertebaran di sekitarnya. Wisatawan juga diajak berburu durian, menikmati makanan khas lokal (nasi ibat, ikan gabas senggung, gangan kluwak, dan sayur pucuk rotan), serta melihat tari topeng. Satu paket seharga Rp 85.000.
Menyusuri kanal kuno Muaro Jambi sekitar waktu setengah jam serta menyaksikan aktivitas warga di tepi Sungai Senau dan Sungai Melayu yang memancing, menjaring, memasang, atau menombak ikan. Ada pula tradisi memasang tabung mini di tepi kanal yang jadi ruang tidur bagi ikan hias, seperti ikan butia, ikan elang, atau jajubang. Ketika ikan tidur, warga mengangkat tabung, lalu ikan hias berukuran kecil itu dijual.


Sumber: cetak.kompas.com

Pertemuan APEC, momentum promosi produk UKM


ilustrasi
JAKARTA - Pertemuan para pemimpin negara anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 diharapkan menjadi momentum pemerintah dalam mendorong daya saing usaha kecil menengah (UKM) dalam negeri di pasar international.

Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. menilai langkah pemerintah menggelar kegiatan pengembangan wirausaha muda dalam event APEC tersebut sangat positif. Menurutnya, peluang UKM untuk masuk pasar global cukup besar.

“Saya harap pemerintah bisa mendorong ekspansi UKM di pasar international mengingat potensinya yang sangat besar. Selain pembiayaan, pemerintah juga harus memprioritaskan kualitas terhadap produk-produk UKM,” katanya, Senin (30/9/2013).

Sebelumnya, pemerintah berencana menggelar APEC Unthinkable Week di Bali guna mempromosikan UKM dalam negeri. Dalam kegiatan tersebut, akan diisi pelatihan dan pendampingan bagi UKM yang berminat memasarkan produk ke pasar global.

Kegiatan APEC Unthinkable Week bakal diikuti sekitar 200 peserta asal Indonesia dan sebanyak 60 wirausahawan dari negara-negara anggota APEC lainnya.

Di sisi lain, pemerintah juga meminta 214 perusahaan multinasional dari anggota APEC untuk berpartisipasi dalam pengembangan wirausaha kreatif dan UKM dari dana corporate social responsibillity/CSR). | bisnis.com

Sabtu, 05 Oktober 2013

Jumbara BKKBN bersama Radio Komunitas

jumbara Pemberdayaan KB (Keluarga Berencana) sedang gencar-gencarnya diperdayakan di negara Indonesia ini.
Seperti yang dilakukan Radio Komunitas yang tergabung dalam JRKI (Jaringan Radio Komunitas Indonesia) berkerja sama dengan BKKB ( Badan Koordinasi Keluarga Berancana) melakukan Jumbara Nasional zona satu untuk wilayah sejawa dan Lampung.
27-29 September 2013 berlokasi di Diamond Convention Hall berkumpul 300 orang pegiat Radio Komunitas dari wilayah Banten,DKI Jakarta,Jawa Barat,Jawa Tengah, Yogyakarta,Jawa Timur dan Lampung mengikuti kegiatan ini ditambah dengan beberapa perwakilan BKKBN Provinsi dan Kabupaten.
” Kegiatan ini untuk meningkatkan ajang silaturahmi antara Rakom dan BKKBN serta meningkatkan koordinasi tentang program KB yang sedang berjalan di Rakom untuk menyuarakan sosialisasi dan aspirasi soal KB”,Terang Uung Kuswara Kasubit Advokasi dan Pencitraan BKKBN Pusat saat sambutan acara ramah tamah Jumat/27 September 2013.
Kegiatan yang dimulai pukul 13.00 wib dalam sesi ramah tamah dan perkenalan anggotan JRKI dan JRK WIlayah dan pembagian hotel penginapan bagi peserta ini selesai pukul 17.00 wib dilanjutkan chek in di hotel.
Sedangkan acara pembukaan akan diselanggarakan malam harinya pukul 19.30 wib yang akan dihadiri beberapa tamu undangan dari Kominfo,KPI dan Deputi BKKBN.
SangkalaJRKI- Bayu Sapta Nugraha

Mengapa selalu dengar radio