Senin, 30 September 2013

LH Diminta Tinjau Ulang Rekomendasi PLTMG

RADIO NEWS MUARO JAMBI -  DPRD Muarojambi merasa ditinggalkan dalam perizinan PLTMG Sungaigelam. Dimana tidak satupun yang terlibat dalam mengeluarkan izin dan rekomendasi memberitahu kepada dewan, sehingga DPRD Muarojambi merasa gerah dan merasa tidak dianggap, sehingga rekomendasi dari kantor Lingkungan Hidup (LH) yang seharusnya melalui seminar dulu malah dikeluarkan dengan gampang.

Ketua DPRD Kabupaten Muarojambi H Syahidan Alfajri ketika dimintai keteranganya belum lama ini mengatakan, dalam rapat koordinasi dalam pembahasan dokumen UKL-UPL PLTMG Sungaigelam Kabupaten Muarojambi yang membahas sendiri dan tidak melibatkan isntansi teknis serta pihak yang berkompeten pihaknya tidak diikutsertakan dalam pembahasan  tersebut.

Namun dia meminta pihak pemerintah  untuk mendiskusikan hal tersebut dengan DPRD. Setidaknya koordinasi, sehinga apa yang direncanakan jangan mendapat masalah.
Sementara itu,  Ketua Komisi B DPRD Muarojambi Samsul Bahri ketika dimintai keterangannya mengatakan, kalau terkait dengan pembangunan PLTMG di Kebun Sembilan Kecamatan Sungaigelam yang dua belas mega watt saja sangat bermasalah karena berdampak terhadap masyarakat. Apalagi dengan membangun mesin untuk 90 MW ini perlu pengkajian yang lebih dalam agar saat mesin berdiri tidak menganggu warga sekitar.
 (Reporter:Oto)

SANDIWARA RADIO SAUR SEPUH DI ERA TAHUN 1980-AN

Foto: Saur Sepuh adalah sebuah sandiwara yang disiarkan melalui media radio pada tahun 1980-an di Indonesia. Saur Sepuh mengambil latar pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada zaman kerajaan Hindu Buddha Majapahit di nusantara. Serial ini mampu memukau jutaan pendengarnya di seluruh pelosok nusantara. Hampir di tiap-tiap jam tertentu, masyarakat dengan seksama mendengarkan serial ini. Pada saat itu, radio adalah satu-satunya media hiburan rakyat Indonesia yang masih langka, sehingga untuk mendengarkannya mesti secara beramai-ramai ke rumah tetangga yang memiliki radio.

Serial sandiwara ini adalah karya Niki Kosasih sebagi pencetus ide dan cerita. Perusahaan farmasi Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan durasi 30 menit dipotong iklan produk obat-obatan, serial ini mampu menghipnotis para pendengarnya untuk berhenti beraktivitas, dan berkonsentrasi untuk mendengarkannya.Saur Sepuh adalah sebuah sandiwara yang disiarkan melalui media radio pada tahun 1980-an di Indonesia. Saur Sepuh mengambil latar pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada zaman kerajaan Hindu Buddha Majapahit di nusantara. Serial ini mampu memukau 
 
jutaan pendengarnya di seluruh pelosok nusantara. Hampir di tiap-tiap jam tertentu, masyarakat dengan seksama mendengarkan serial ini. Pada saat itu, radio adalah satu-satunya media hiburan 
 
rakyat Indonesia yang masih langka, sehingga untuk mendengarkannya mesti secara beramai-ramai ke rumah tetangga yang memiliki radio.

Serial sandiwara ini adalah karya Niki Kosasih sebagi pencetus ide dan cerita. Perusahaan farmasi Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan 
 
durasi 30 menit dipotong iklan produk obat-obatan, serial ini mampu menghipnotis para pendengarnya untuk berhenti beraktivitas, dan berkonsentrasi untuk mendengarkannya.

Senin, 23 September 2013


Jumat, 13 September 2013
Di Dalam Rumah Betang
  • Di Dalam Rumah Betang
    Di Dalam Rumah Betang

022-rumah betang-2
Di dalam rumah betang, penghuninya terbiasa saling berbagi satu dengan lainnya.
Rumah yang Ramai
Satu rumah betang biasanya dihuni banyak keluarga. Jumlahnya bisa mencapai seratusan orang lebih. Keluarga besar ini dipimpin oleh seorang tetua yang disebut Pembakas Lewu.
Rumah betang berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat dayak. Di sini, orang dayak melakukan kegiatan seperti menenun, memahat, mengukir, menari, dan melaksanakan upacara adat. Karena itulah, rumah betang disebut juga sebagai rumah suku.
Tempat Saling Berbagi
Orang-orang yang tinggal dalam rumah betang sangat memelihara rasa kekeluargaan. Misalnya, jika ada salah satu penghuni meninggal, warga betang semua berkabung selama satu minggu.
022-rumah betang-3
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah betang juga digunakan sebagai tempat produksi berbagai kerajinan suku Dayak.
Rasa berkabung itu mereka wujudkan misalnya dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum baram (minuman tradisional dari beras ketan), dan tidak menghidupkan peralatan elektronik.
Sebaliknya, jika salah seorang penghuni rumah betang memperoleh ikan dan hasil buruan lainnya, perolehan itu dibagi-bagi dan dimakan bersama-sama.
Betang yang Tersisa
Jumlah rumah betang sudah tak banyak lagi. Rumah betang yang masih berdiri dapat dijumpai di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Ada lima rumah betang di sini yang dijadikan cagar budaya. Letaknya di Dusun Sungai Uluk Apalin, Desa Nyabau, di Melapi, di Semangkok, dan di Kecamatan Embaloh.
Rumah betang tua yang masih asli dapat dilihat di Dusun Sungai Uluk Apalin. Rumah ini berumur sekitar 75 tahun. Namun, tiang-tiang panggungnya ada yang diperkirakan berumur 200 tahun. Soalnya, sebagian besar bahan bangunan rumah ini berasal dari pugaran rumah betang lama. Tiang panggungnya dari kayu ulin yang diameternya mencapai setengah meter. Panjang rumah betang ini 286 meter dan memiliki 54 ruang kamar.
Tinggal di rumah betang membuat penghuninya lebih akrab dan erat rasa kekeluargaannya. Karena itulah, orang Kalimantan berusaha menjaga agar rumah ini tidak sampai punah. (teks: Joko, foto: Ricky )

Sabtu, 14 September 2013

RUMAH GADANG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL BERSAMA

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung 

(Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat 

penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.

ANEKA RUMAH ADAT DI NUSANTARA


Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.berikut ini adalah aneka rumah adat di Indonesia :

Rumah Adat Honai (papua)



Honai adalah rumah khas Papua. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).

Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk kandang ternak. Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat. Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu.

Rumah Gadang (Suku Minangkabau)


Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.

Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.

Fungsi

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.

Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.

Rumah Joglo (Jawa)


Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa. Terdiri dari 2 bagian utama yakni Pendapa dan dalam. Bagaian pendapa adalah bagian depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan untuk menerima tamu atau ruang bermain anak dan tempat bersantai keluarga. Bagian dalam adalah bagian dalam rumah yang berupa ruangan kamar,ruang kamar dan ruangan lainnya yang bersifat lebih privasi. Ciri-ciri bangunan adalah pada bagian atap pendapanya yang menjulang tinggi seperti gunung.

Jenis Variasi Bangunan Joglo

1. Joglo limasan lawakan atau “joglo lawakan”.
2. Joglo Sinom
3. Joglo Jompongan
4. Joglo Pangrawit
5. Joglo Mangkurat
6. Joglo Hageng
7. Joglo Semar Tinandhu

Rumah Betang (Kalbar dan Kalteng)


Rumah Betang (sebutan untuk rumah adat di provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), merupakan rumah yang dihuni oleh masyarakat Dayak.

Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya kearah matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari tumbuh dan pulang ke rumah di matahari padam.

Di Kalimantan Barat mulai dari Kota Pontianak dapat kita jumpai rumah adat Dayak. Salah satunya berada di jalan Letjen Sutoyo. Walaupun hanya sebuah Imitasi, tetapi rumah Betang ini, cukup aktif dalam menampung aktivitas kaum muda dan sanggar seni Dayak. kemudian jika kita ke Arah Kabupaten landak, maka kita akan menjumpai sebuah Rumah Betang Dayak di Kampung Sahapm Kec. Pahauman. Kemudian jika kita ke Kabupaten Sanggau, maka kita dapat melihat Rumah Betang di kampung Kopar Kecamatan Parindu, Kemudian selanjutnya jika kita ke kabupaten Sekadau, maka kita dapat melihat rumah betang di Kampung Sungai Antu Hulu, Kecamatan Belitang Hulu, Kemudian di kabupaten Sintang kita Dapat melihat rumah Betang di Desa Ensaid panjang, Kecamatan Kelam, Kemudian Di Kapuas Hulu, Kita juga dapat melihat Masih banyak rumah-rumah betang Dayak yang masih lestari

Komentar : Indonesia memiliki beragam suku budaya, dan setiap suku memiliki rumah adat masing-masing, di Indonesia banyak memiliki rumah adat, dengan bentuk menarik dan memiliki fungsi spesial sesuai suku tersebut.

Alat Musik Tradisional Sasando - Warisan Nusantara - Potret-Negeriku - Kidnesia Online - Portal Anak Indonesia

Alat Musik Tradisional Sasando - Warisan Nusantara - Potret-Negeriku - Kidnesia Online - Portal Anak Indonesia

KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI

KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI
 
Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu  corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam  mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.
Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnis melayu Jambi.* 
 
2.      MATA PENCAHARIAN
 
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani,  berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.**
Orang jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah:
a.       Sawah
Terdapat tiga model sawah yaitu:
1.      Sawah payau
Adalah sawah yang dibuat di atas sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air, atau tanahnya sendiri telah mengandung air
2.      Sawah tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan
3.      Sawah irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air atau sungai.
b.      Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1.      Umo renah
Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2.      Umo talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada memiliki adat istiadat yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang menyatakan seperti ini, “umo berkandang siang, ternak berkandang malam”. Yang memiliki arti adalah para petani harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya kerbau mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau dirusak pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional seperti pengunaan kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang serta bajak kerbau.
** http://wennyastaria.blogspot.com/2009/04/kebudayaan-jambi.html
***www.wahanabudayaindonesia.com 
Sedangkan penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang berada di pingir pantai dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu, hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang, geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung, pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.
3.    KERAJINAN
Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya adalah:
a.  Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya.
b. Tenun dan batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora. Batik biasa kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan berkembang di daerah Jambi.
Pada zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji Muhibat beserta keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu berupa motif – motif ragam hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat, namun sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya dan masih terbatas di lingkungan istana.
Dengan berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun 70-an ditemukan beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha wanita “Ibu Ratu Mas Hadijah” dan dari sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali pengembangannya. Salah seorang ibu yang turut juga membantu perkembangan pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan membatik di Seberang Kota.
Pada mulanya pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
  1. Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
  2. Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
  3. Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
  4. Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang mempunyai daya pesona khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
c.       Ukir kayu betung
Merupakan kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan jelutung. Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan tempat tidur.
4.    KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a.    seni tari
Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a)      Kota Jambi
·      Tari Sekapur Sirih
Tari ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan oleh penari remaja putri
-   Tari Dana Sarah
Tari ini berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang ditarikan oleh penari putra dan putri.
·      Tari Serengkuh Dayung
Tari ni penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
b)  Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi
·      Tari Piring Jambi
Tari ini berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda mudi dalam memainkan piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
·      Tari Baselang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977. Tarian ini menceritakan tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
c)    Kabupaten Tanjung Jabung Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
·      Tari Inai
Penciptanya tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada tahun 1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja putra dan putri.
·      Tari Sumbun
Pencipta tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini ditarikan hanya oleh penari putri.
·      Tari Japin Rantau
Tari ini diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri. Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan ditarikan oleh remaja putri.
d) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo
·      Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.
·      Tari Cucu Ungko
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari putra dan putri.
·      Tari Tauh
Pencipta tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda mudi, dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
e) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
·      Tari Kisan
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.
·      Tari Kromong
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias, dan dibawakan oleh penari putri
·      Tari Mengatur Berentak
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan dibawakan oleh penari putri.
f) Kabupaten Kerinci
·      Tari Mandi Taman
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh penari putri.
·      Tari Rangguk
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa ditarikan  untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh penari putri.
·      Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
·      tari rentak kudo
tari ini sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten KerinciJambi yang banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan.******
b.    seni musik dan teater
1)        kelintang kayu
merupakan alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2)        Hadrah
Merupakan jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3)        Dul muluk
Merupakan seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin meriah.
4)        Krinok
Adalah pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung, sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat menunggu hasil panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan burung, tikus, babi, dan lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam harinya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk melangsungkan acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro Bungo.
c.       Seni Sastra
Salah satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.

KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI

KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI
 
Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu  corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam  mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.
Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnis melayu Jambi.* 
 
2.      MATA PENCAHARIAN
 
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani,  berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.**
Orang jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah:
a.       Sawah
Terdapat tiga model sawah yaitu:
1.      Sawah payau
Adalah sawah yang dibuat di atas sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air, atau tanahnya sendiri telah mengandung air
2.      Sawah tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan
3.      Sawah irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air atau sungai.
b.      Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1.      Umo renah
Adalah ladang yang cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2.      Umo talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada memiliki adat istiadat yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang menyatakan seperti ini, “umo berkandang siang, ternak berkandang malam”. Yang memiliki arti adalah para petani harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya kerbau mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau dirusak pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional seperti pengunaan kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang serta bajak kerbau.
** http://wennyastaria.blogspot.com/2009/04/kebudayaan-jambi.html
***www.wahanabudayaindonesia.com 
Sedangkan penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang berada di pingir pantai dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu, hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang, geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung, pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.
3.    KERAJINAN
Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya adalah:
a.  Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya.
b. Tenun dan batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora. Batik biasa kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan berkembang di daerah Jambi.
Pada zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji Muhibat beserta keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu berupa motif – motif ragam hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat, namun sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya dan masih terbatas di lingkungan istana.
Dengan berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun 70-an ditemukan beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha wanita “Ibu Ratu Mas Hadijah” dan dari sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali pengembangannya. Salah seorang ibu yang turut juga membantu perkembangan pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan membatik di Seberang Kota.
Pada mulanya pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
  1. Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
  2. Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
  3. Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
  4. Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang mempunyai daya pesona khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
c.       Ukir kayu betung
Merupakan kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan jelutung. Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan tempat tidur.
4.    KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a.    seni tari
Seni tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a)      Kota Jambi
·      Tari Sekapur Sirih
Tari ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan oleh penari remaja putri
-   Tari Dana Sarah
Tari ini berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang ditarikan oleh penari putra dan putri.
·      Tari Serengkuh Dayung
Tari ni penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan searah setujuan, kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
b)  Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi
·      Tari Piring Jambi
Tari ini berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian ditata ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda mudi dalam memainkan piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
·      Tari Baselang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977. Tarian ini menceritakan tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
c)    Kabupaten Tanjung Jabung Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
·      Tari Inai
Penciptanya tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada tahun 1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja putra dan putri.
·      Tari Sumbun
Pencipta tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini ditarikan hanya oleh penari putri.
·      Tari Japin Rantau
Tari ini diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri. Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan ditarikan oleh remaja putri.
d) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo
·      Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.
·      Tari Cucu Ungko
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari putra dan putri.
·      Tari Tauh
Pencipta tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda mudi, dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
e) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
·      Tari Kisan
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.
·      Tari Kromong
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias, dan dibawakan oleh penari putri
·      Tari Mengatur Berentak
Pencipta tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan dibawakan oleh penari putri.
f) Kabupaten Kerinci
·      Tari Mandi Taman
Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh penari putri.
·      Tari Rangguk
Penciptanya tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa ditarikan  untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh penari putri.
·      Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
·      tari rentak kudo
tari ini sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten KerinciJambi yang banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan.******
b.    seni musik dan teater
1)        kelintang kayu
merupakan alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2)        Hadrah
Merupakan jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3)        Dul muluk
Merupakan seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin meriah.
4)        Krinok
Adalah pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung, sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat menunggu hasil panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan burung, tikus, babi, dan lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam harinya mereka mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk melangsungkan acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro Bungo.
c.       Seni Sastra
Salah satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.

Mengapa selalu dengar radio