Arimbi memiliki lima orang adik bernama Brajadenta, Brajamusti,
Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana. Brajadenta diangkat sebagai
patih dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Glagahtinunu. Sangkuni dari Kerajaan Hastina
datang menghasut Brajadenta bahwa takhta Pringgadani seharusnya menjadi
miliknya, bukan milik Gatotkaca. Akibat hasutan tersebut, Brajadenta
memberontak untuk merebut takhta dari tangan Gatotkaca yang baru saja
dilantik sebagai raja. Brajamusti yang memihak Gatotkaca bertarung
menghadapi Brajadenta. Kedua raksasa tersebut tewas bersama. Roh mereka
menyusup masing-masing ke dalam kedua telapak tangan Gatotkaca, sehingga
menambah kesaktian keponakan mereka tersebut. Setelah peristiwa itu,
Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, dengan gelar Patih
Prabakiswa.

Ilustrasi kematian Gatotkaca, diambil dari kitab Mahabharata yang ditulis ulang oleh Ramanarayanadatta Astri.
Duryodana, pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian Dewa Indra yang bernama Vasavishakti (senjata Konta
menurut pewayangan Jawa) untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna
menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan
dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Karena terus didesak, akhirnya
Karna melemparkan pusakanya ke arah Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah
dekat, Gatotkaca memikirkan cara untuk membunuh prajurit Korawa dalam
jumlah besar sekaligus sekali serang. Gatotkaca pun memperbesar ukuran
tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan
prajurit Korawa setelah senjata pamungkas Karna menembus dadanya.
Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. Dalam barisan
Pandawa, hanya Kresna
yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna
telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan
aman.