MJN, Sarbu, Pada 16 April 2012 Kopassus menginjak
Usianya ke 60, berbagai kegiatan dilaksanakan mulai dari Bhakti
Sosial,Olahraga Dll, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, HUT kali ini
tidak dilakukan secara meriah tetapi dilakukan secara sederhana dengan
lebih mendekatkan kepada Rakyat. seperti diketahui, Kopassus adalah bagian dari TNI Angkatan Darat yang memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus
berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu
menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Pepera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma,
serta berbagai operasi militer lainnya. Dikarenakan misi dan tugas
operasi yang bersifat rahasia, mayoritas dari kegiatan tugas daripada
satuan KOPASSUS tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh
operasi KOPASSUS yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik
seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu
pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat
(CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli
jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua nugini.
Prajurit Kopassus dapat mudah dikenali
dengan baret merah yang disandangnya, sehingga pasukan ini sering
disebut sebagai pasukan baret merah. Kopassus memiliki moto Berani, Benar, Berhasil.
Discovery Channel Military edisi Tahun 2008 pernah membahas tentang
pasukan khusus terbaik di dunia (TOP ELITE SPECIAL FORCES IN THE WORLD).
Seluruh pasukan khusus didunia dinilai kinerjanya dengan parameter
menurut pendapat dari berbagai pengamat bidang militer dan ahli sejarah.
Posisi pertama di tempati SAS (Inggris), peringkat kedua MOSSAD (ISRAEL) lalu peringkat ketiga adalah KOPASUS (Indonesia). Narator dari Discovery Channel Military menjelaskan mengapa pasukan khusus dari amerika tidak masuk peringkat terhormat. Itu
karena mereka terlalu bergantung pada peralatan yang mengusung
teknologi super canggih, akurat dan serba digital. Pasukan khusus yang
hebat adalah pasukan yang mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal
kemampuan individu. Termasuk didalamnya kemampuan bela diri, bertahan
hidup, kamuflase, strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap, dan
lain2nya. Kemampuan yang tidak terlalu mengandalkan teknologi canggih
dan Skill di atas rata-rata pasukan luar Elit luar negeri lainnya
menjadi nilai plus dari KOPASSUS.Itu pula yang menimbulkan anggapan 1 prajurit KOPASSUS setara dengan 5 prajurit reguler.
Mungkin karena itu pula kenapa sekitar Tahun 90-an Amerika Serikat keberatan dan Australia ketakutan ketika Indonesia akan memperbesar jumlah anggota Kopassus.
Mungkin karena itu pula kenapa sekitar Tahun 90-an Amerika Serikat keberatan dan Australia ketakutan ketika Indonesia akan memperbesar jumlah anggota Kopassus.
Sejarah Kopassus
Pada tanggal 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS. A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Komandan pertama saat itu adalah Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser. Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
KKAD
Pada tanggal 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
RPKAD
Tanggal 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang tetap dipimpin oleh Mochamad Idjon Djanbi.
Tahun 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, di timur Jakarta. Dan pada tahun 1959 itu pula Kepanjangan RPKAD diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Saat itu organisasi militer itu telah dipimpin oleh Mayor Kaharuddin Nasution.
Pada saat operasi penumpasan DI/TII, komandan pertama, Mayor Idjon Djanbi terluka, dan akhirnya digantikan oleh Mayor RE Djailani.
Puspassus AD
Pada tanggal 12 Desember 1966, RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus AD (Puspassus AD). Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun. Sebenarnya hingga tahun 1963, RPKAD terdiri dari dua batalyon, yaitu batalyon 1 dan batalyon 2, kesemuanya bermarkas di Jakarta.
Ketika, batalyon 1 dikerahkan ke Lumbis dan Long Bawan, saat
konfrontasi dengan Malaysia, sedangkan batalyon 2 juga mengalami
penderitaan juga di Kuching, Malaysia, maka komandan RPKAD saat itu,
Letnan Kolonel Sarwo Edhie -karena kedekatannya dengan Panglima Angkatan
Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani, mengusulkan 2 batalyon 'Banteng
Raider' bentukan Ahmad Yani ketika memberantas DI/TII di Jawa Tengah di
upgrade di Batujajar, Bandung menjadi Batalyon di RPKAD, masing-masing
Batalyon 441"Banteng Raider III", Semarang ditahbiskan sebagai Batalyon 3
RPKAD di akhir tahung 1963. Menyusul kemudian Batalyon Lintas Udara 436
"Banteng Raider I", Magelang menjadi Batalyon 2 menggantikan batalyon 2
lama yang kekurangan tenaga di pertengahan 1965. Sedangkan Batalyon 454
"Banteng Raider II" tetap menjadi batalyon di bawah naungan Kodam
Diponegoro. Batalyon ini kelak berpetualang di Jakarta dan terlibat tembak menembak dengan Batalyon 1 RPKAD di Hek.
Kopassandha
Tanggal 17 Februari 1971, resimen tersebut kemudian diberi nama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha).
Dalam operasi di Timor Timur pasukan ini memainkan peran sejak awal. Mereka melakukan operasi khusus guna mendorong integrasi Timtim dengan Indonesia. Pada tanggal 7 Desember 1975,
pasukan ini merupakan angkatan utama yang pertama ke Dili. Pasukan ini
ditugaskan untuk mengamankan lapangan udara. Sementara Angkatan Laut dan
Angkatan Udara mengamankan kota.
Semenjak saat itu peran pasukan ini terus berlanjut dan membentuk
sebagian dari kekuatan udara yang bergerak (mobile) untuk memburu tokoh Fretilin, Nicolau dos Reis Lobato pada Desember 1978.
Prestasi yang melambungkan nama Kopassandha adalah saat melakukan
operasi pembebasan sandera yaitu para awak dan penumpang pesawat DC-9 Woyla Garuda Indonesian Airways yang dibajak oleh lima orang yang mengaku berasal dari kelompok ekstremis Islam "Komando Jihad" yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, 28 Maret 1981. Pesawat yang tengah menerbangi rute Palembang-Medan itu sempat didaratkan di Penang, Malaysia dan akhirnya mendarat di Bandara Don Mueang, Bangkok. Di bawah pimpinan Letkol Sintong Panjaitan,
pasukan Kopassandha mampu membebaskan seluruh sandera dan menembak mati
semua pelaku pembajakan. Korban yang jatuh dari operasi ini adalah Capa
(anumerta) Achmad Kirang yang meninggal tertembak pembajak serta pilot Kapten Herman Rante yang juga ditembak oleh pembajak. Imran bin Muhammad Zein ditangkap dalam peristiwa tersebut dan dijatuhi hukuman mati.
Pada tahun 1992 menangkap penerus Lobato, Xanana Gusmao, yang bersembunyi di Dili bersama pendukungnya.
Kopassus
Dengan adanya reorganisasi di tubuh ABRI, sejak tanggal 26 Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali
terhadap grup di kesatuan Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan
pendidikan digabungkan menjadi Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss,
serta Detasemen 81.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup.
- Grup 1/Parakomando — berlokasi di Serang, Banten
- Grup 2/Parakomando — berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
- Grup 3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus — berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
- Grup 4/Sandhi Yudha — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
- Grup 5/Anti Teror — berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
Detasemen 81,
unit anti teroris Kopassus, ditiadakan dan diintegrasikan ke grup-grup
tadi. Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Komandan Jendral (Danjen) Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.
Secara garis besar satuan dalam Kopassus dibagi dalam lima Grup, yaitu:
- Grup 1/Para Komando - berlokasi di Serang, Banten
- Grup 2/Para Komando - berlokasi di Kartasura, Jawa Tengah
- Pusat Pendidikan Pasukan Khusus - berlokasi di Batujajar, Jawa Barat
- Grup 3/Sandhi Yudha - berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur
- Satuan 81/Penanggulangan Teror - berlokasi di Cijantung, Jakarta Timur (Berbagai Sumber/SKM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar