Pemerintah Kabupaten Muarojambi,
Provinsi Jambi, berencana merelokasi
sedikitnya 50 kepala keluarga pascabencana longsor di Desa Pulau Kayu
Aro, Kecamatan Sekernan belum lama ini.
"Ini termasuk bencana cukup besar, apabila dibangun turap juga membutuhkan biaya tidak sedikit. Relokasi bisa menjadi pilihan terbaik untuk menghindari kejadian yang sama," ujarnya kepada wartawan di Sengeti, ibu kota Kabupaten Muarojambi, Rabu.
Menurut dia, Pemkab Muarojambi akan menyediakan tanah seluas dua hektare secara gratis yang akan dibagikan kepada 50 kepala keluarga korban bencana tanah longsor di Desa Pulau Kayu Aro.
"Kami berharap ini kejadian terakhir. Semoga tidak terulang lagi, masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai juga harus waspada," tambahnya.
Secara terpisah, Kasi Evaluasi Balai Pengelolaa Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Provinsi Jambi Sartono menyebutkan sepanjang 100 kilometer daerah aliran sungai Batanghari, Jambi, mulai dari Kabupaten Muarojambi hingga kawasan hilir di Kabupaten Tanjung Jabung Timur masuk pada kawasan rawan longsor.
"Kondisi itu disebabkan kontur tanah yang merupakan daerah endapan pasir dan debu. Jadi sangat rawan longsor, saat musim kemarau, air sungai kering, namun tiba-tiba hujan deras," ujarnya.
Kondisi berbeda justru terjadi di kawasan hulu sungai Batanghari mulai dari Kabupaten Batanghari hingga Kerinci. Bencana sungai yang kerap terjadi lebih disebabkan ulah manusia melalui pembalakan hutan dan konsesi lahan secara berlebihan, khususnya di sepanjang daerah aliran sungai.
Bencana tanah longsor di daerah aliran sungai Batanghari, Jambi, yang terbaru terjadi di Desa Kayu Aro, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muarojambi pada Kamis (30/8). Sedikitnya 90 unit rumah warga rusak akibat longsor dan terjadi abrasi sepanjang kurang lebih 70 meter.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muarojambi, bencana tanah longsor itu merupakan yang terbesar di daerah itu. Sedikitnya 360 jiwa terpaksa mengungsi akibat kejadian itu.
"Ini termasuk bencana cukup besar, apabila dibangun turap juga membutuhkan biaya tidak sedikit. Relokasi bisa menjadi pilihan terbaik untuk menghindari kejadian yang sama," ujarnya kepada wartawan di Sengeti, ibu kota Kabupaten Muarojambi, Rabu.
Menurut dia, Pemkab Muarojambi akan menyediakan tanah seluas dua hektare secara gratis yang akan dibagikan kepada 50 kepala keluarga korban bencana tanah longsor di Desa Pulau Kayu Aro.
"Kami berharap ini kejadian terakhir. Semoga tidak terulang lagi, masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai juga harus waspada," tambahnya.
Secara terpisah, Kasi Evaluasi Balai Pengelolaa Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Provinsi Jambi Sartono menyebutkan sepanjang 100 kilometer daerah aliran sungai Batanghari, Jambi, mulai dari Kabupaten Muarojambi hingga kawasan hilir di Kabupaten Tanjung Jabung Timur masuk pada kawasan rawan longsor.
"Kondisi itu disebabkan kontur tanah yang merupakan daerah endapan pasir dan debu. Jadi sangat rawan longsor, saat musim kemarau, air sungai kering, namun tiba-tiba hujan deras," ujarnya.
Kondisi berbeda justru terjadi di kawasan hulu sungai Batanghari mulai dari Kabupaten Batanghari hingga Kerinci. Bencana sungai yang kerap terjadi lebih disebabkan ulah manusia melalui pembalakan hutan dan konsesi lahan secara berlebihan, khususnya di sepanjang daerah aliran sungai.
Bencana tanah longsor di daerah aliran sungai Batanghari, Jambi, yang terbaru terjadi di Desa Kayu Aro, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muarojambi pada Kamis (30/8). Sedikitnya 90 unit rumah warga rusak akibat longsor dan terjadi abrasi sepanjang kurang lebih 70 meter.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Muarojambi, bencana tanah longsor itu merupakan yang terbesar di daerah itu. Sedikitnya 360 jiwa terpaksa mengungsi akibat kejadian itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar