RADIO NEWS MUARO JAMBI - DPRD Muarojambi merasa ditinggalkan dalam
perizinan PLTMG Sungaigelam. Dimana tidak satupun yang terlibat dalam
mengeluarkan izin dan rekomendasi memberitahu kepada dewan, sehingga
DPRD Muarojambi merasa gerah dan merasa tidak dianggap, sehingga
rekomendasi dari kantor Lingkungan Hidup (LH) yang seharusnya melalui
seminar dulu malah dikeluarkan dengan gampang.
Ketua DPRD Kabupaten Muarojambi H Syahidan Alfajri ketika dimintai
keteranganya belum lama ini mengatakan, dalam rapat koordinasi dalam
pembahasan dokumen UKL-UPL PLTMG Sungaigelam Kabupaten Muarojambi yang
membahas sendiri dan tidak melibatkan isntansi teknis serta pihak yang
berkompeten pihaknya tidak diikutsertakan dalam pembahasan tersebut.
Namun
dia meminta pihak pemerintah untuk mendiskusikan hal tersebut dengan
DPRD. Setidaknya koordinasi, sehinga apa yang direncanakan jangan
mendapat masalah.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Muarojambi
Samsul Bahri ketika dimintai keterangannya mengatakan, kalau terkait
dengan pembangunan PLTMG di Kebun Sembilan Kecamatan Sungaigelam yang
dua belas mega watt saja sangat bermasalah karena berdampak terhadap
masyarakat. Apalagi dengan membangun mesin untuk 90 MW ini perlu
pengkajian yang lebih dalam agar saat mesin berdiri tidak menganggu
warga sekitar.
(Reporter:Oto)
Senin, 30 September 2013
SANDIWARA RADIO SAUR SEPUH DI ERA TAHUN 1980-AN
Saur
Sepuh adalah sebuah sandiwara yang disiarkan melalui media radio pada
tahun 1980-an di Indonesia. Saur Sepuh mengambil latar pada masa
pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada zaman kerajaan Hindu Buddha Majapahit
di nusantara. Serial ini mampu memukau
jutaan pendengarnya di seluruh pelosok nusantara. Hampir di tiap-tiap
jam tertentu, masyarakat dengan seksama mendengarkan serial ini. Pada
saat itu, radio adalah satu-satunya media hiburan
rakyat Indonesia yang
masih langka, sehingga untuk mendengarkannya mesti secara beramai-ramai
ke rumah tetangga yang memiliki radio.
Serial sandiwara ini adalah karya Niki Kosasih sebagi pencetus ide dan cerita. Perusahaan farmasi Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan
Serial sandiwara ini adalah karya Niki Kosasih sebagi pencetus ide dan cerita. Perusahaan farmasi Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan
durasi 30 menit dipotong iklan produk
obat-obatan, serial ini mampu menghipnotis para pendengarnya untuk
berhenti beraktivitas, dan berkonsentrasi untuk mendengarkannya.
Senin, 23 September 2013
Sabtu, 14 September 2013
RUMAH GADANG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL BERSAMA
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai
ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah
perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut
yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua
dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja
memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar
dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke
belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke
belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.
Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung
(Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau
tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula
sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago
tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan
Koto-Piliang memakai tongkat
penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang
dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut
prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai
tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung
di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga
dibangun sebuah surau
kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga
sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum
menikah.
ANEKA RUMAH ADAT DI NUSANTARA
Rumah Adat Honai (papua)
Honai adalah rumah khas Papua. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk kandang ternak. Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat. Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu.
Rumah Gadang (Suku Minangkabau)
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
Fungsi
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.
Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.
Rumah Joglo (Jawa)
Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa. Terdiri dari 2 bagian utama yakni Pendapa dan dalam. Bagaian pendapa adalah bagian depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan untuk menerima tamu atau ruang bermain anak dan tempat bersantai keluarga. Bagian dalam adalah bagian dalam rumah yang berupa ruangan kamar,ruang kamar dan ruangan lainnya yang bersifat lebih privasi. Ciri-ciri bangunan adalah pada bagian atap pendapanya yang menjulang tinggi seperti gunung.
Jenis Variasi Bangunan Joglo
1. Joglo limasan lawakan atau “joglo lawakan”.
2. Joglo Sinom
3. Joglo Jompongan
4. Joglo Pangrawit
5. Joglo Mangkurat
6. Joglo Hageng
7. Joglo Semar Tinandhu
Rumah Betang (Kalbar dan Kalteng)
Rumah Betang (sebutan untuk rumah adat di provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), merupakan rumah yang dihuni oleh masyarakat Dayak.
Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya kearah matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari tumbuh dan pulang ke rumah di matahari padam.
Di Kalimantan Barat mulai dari Kota Pontianak dapat kita jumpai rumah adat Dayak. Salah satunya berada di jalan Letjen Sutoyo. Walaupun hanya sebuah Imitasi, tetapi rumah Betang ini, cukup aktif dalam menampung aktivitas kaum muda dan sanggar seni Dayak. kemudian jika kita ke Arah Kabupaten landak, maka kita akan menjumpai sebuah Rumah Betang Dayak di Kampung Sahapm Kec. Pahauman. Kemudian jika kita ke Kabupaten Sanggau, maka kita dapat melihat Rumah Betang di kampung Kopar Kecamatan Parindu, Kemudian selanjutnya jika kita ke kabupaten Sekadau, maka kita dapat melihat rumah betang di Kampung Sungai Antu Hulu, Kecamatan Belitang Hulu, Kemudian di kabupaten Sintang kita Dapat melihat rumah Betang di Desa Ensaid panjang, Kecamatan Kelam, Kemudian Di Kapuas Hulu, Kita juga dapat melihat Masih banyak rumah-rumah betang Dayak yang masih lestari
Komentar : Indonesia memiliki beragam suku budaya, dan setiap suku memiliki rumah adat masing-masing, di Indonesia banyak memiliki rumah adat, dengan bentuk menarik dan memiliki fungsi spesial sesuai suku tersebut.
KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI
KEBUDAYAAN
MELAYU JAMBI
Jauh
sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan
melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat
pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang
kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000
SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku
tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti
kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran
agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak
kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan
melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di
Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan
melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah
aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara
Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad
11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam
diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat
pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang
sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah
mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh
pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi
kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti,
mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan
melayu Islam.
Kebudayaan
daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah etnis melayu Jambi.*
2.
MATA
PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi
sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian
mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal
dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak
di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal
melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga
mencari dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha
tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam
berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan
TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan
Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang
berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan
material.**
Orang
jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah:
a.
Sawah
Terdapat
tiga model sawah yaitu:
1. Sawah
payau
Adalah sawah yang dibuat di atas
sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air,
atau tanahnya sendiri telah mengandung air
2. Sawah
tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah
dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang
sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan
3. Sawah
irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan
sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air
atau sungai.
b.
Ladang
Ada
dua macam ladang yaitu:
1. Umo
renah
Adalah ladang yang cukup luas yang
terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di
pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo
talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan
belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang
akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata
dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada memiliki adat istiadat
yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang
menyatakan seperti ini, “umo berkandang
siang, ternak berkandang malam”. Yang memiliki arti adalah para petani
harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya kerbau
mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau dirusak
pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila
tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti
rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional
seperti pengunaan kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang
serta bajak kerbau.
**
http://wennyastaria.blogspot.com/2009/04/kebudayaan-jambi.html
***www.wahanabudayaindonesia.com
Sedangkan
penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai
batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah
sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai
nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang
berada di pingir pantai dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu,
hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan
tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang,
geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung,
pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan
mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.
3.
KERAJINAN
Provinsi
Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya
adalah:
a. Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk
aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput
laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia.
Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung,
katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan
alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya.
b. Tenun dan
batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan
batik motif flora. Batik biasa
kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu
tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga
memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di
hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk
batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan
baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan
berkembang di daerah Jambi.
Pada zaman dahulu
batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum bangsawan/raja Melayu
Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875,
Haji Muhibat beserta keluarga
datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan memperkenalkan pengolahan
batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu berupa motif – motif ragam
hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin,
motif ini masih dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada
dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat,
namun sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya dan masih terbatas di
lingkungan istana.
Dengan
berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini
tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya
permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga
yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan
batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun 70-an ditemukan
beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha wanita “Ibu Ratu Mas Hadijah” dan dari
sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali pengembangannya. Salah seorang ibu
yang turut juga membantu perkembangan pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan
membatik di Seberang Kota.
Pada mulanya
pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan
yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
- Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
- Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
- Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
- Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna
tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang mempunyai daya pesona
khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
c.
Ukir kayu betung
Merupakan
kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para
pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis
kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan jelutung.
Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan
tempat tidur.
4. KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a. seni
tari
Seni tari
daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah
mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok
masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni
tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan
dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang
dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a)
Kota Jambi
· Tari Sekapur
Sirih
Tari ini
diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh OK
Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang
dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan
oleh penari remaja putri
-
Tari Dana Sarah
Tari ini
berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang
Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada
tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang
ditarikan oleh penari putra dan putri.
·
Tari Serengkuh Dayung
Tari ni
penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada
tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan searah setujuan,
kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
b) Kabupaten
Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi
·
Tari Piring Jambi
Tari ini
berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian ditata
ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda
mudi dalam memainkan piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
·
Tari Baselang
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977.
Tarian ini menceritakan tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan
ditarikan oleh penari putra dan putri.
c)
Kabupaten Tanjung Jabung
Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
·
Tari Inai
Penciptanya
tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada tahun
1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai
dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja
putra dan putri.
·
Tari Sumbun
Pencipta
tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah
Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun
ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini
ditarikan hanya oleh penari putri.
·
Tari Japin Rantau
Tari ini
diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri.
Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan
ditarikan oleh remaja putri.
d) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo
·
Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban
kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.
·
Tari Cucu Ungko
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat
dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari
putra dan putri.
·
Tari Tauh
Pencipta
tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda mudi,
dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
e) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
·
Tari Kisan
Penciptanya
tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri
tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi
menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.
·
Tari Kromong
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias,
dan dibawakan oleh penari putri
·
Tari Mengatur Berentak
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun
1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan
dibawakan oleh penari putri.
f) Kabupaten Kerinci
·
Tari Mandi Taman
Penciptanya
tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini
menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh
penari putri.
·
Tari Rangguk
Penciptanya
tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa
ditarikan untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh
penari putri.
· Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan
kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan
sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
·
tari rentak kudo
tari ini
sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas
budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci, Jambi yang banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten
Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak
Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya
penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu
sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini
getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh
dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen
pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan
dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang
panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa
kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari
pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran
masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim
subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh
masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya
Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap
pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa
hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak
kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo
ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu
pernikahan.******
b. seni musik dan teater
1)
kelintang kayu
merupakan
alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya
beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman
jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya
didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2)
Hadrah
Merupakan
jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang
atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai
nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin
pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3)
Dul muluk
Merupakan
seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah
jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan
dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para
pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja
dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu
ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin
meriah.
4)
Krinok
Adalah
pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang
kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung,
sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si
pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani
sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik
krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas
pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai
pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat menunggu hasil
panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan burung, tikus, babi, dan
lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam harinya mereka
mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk melangsungkan
acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak
gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara
berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut
diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai
sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di
Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro
Bungo.
c. Seni
Sastra
Salah
satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini
berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi,
pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan
cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat,
pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.
KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI
KEBUDAYAAN
MELAYU JAMBI
Jauh
sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan
melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat
pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang
kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000
SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku
tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti
kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran
agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak
kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan
melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di
Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan
melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah
aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara
Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad
11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam
diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat
pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang
sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah
mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh
pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi
kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti,
mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan
melayu Islam.
Kebudayaan
daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah etnis melayu Jambi.*
2.
MATA
PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi
sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian
mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal
dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak
di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal
melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga
mencari dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha
tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam
berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan
TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan
Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang
berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan
material.**
Orang
jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah:
a.
Sawah
Terdapat
tiga model sawah yaitu:
1. Sawah
payau
Adalah sawah yang dibuat di atas
sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air,
atau tanahnya sendiri telah mengandung air
2. Sawah
tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah
dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang
sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan
3. Sawah
irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan
sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air
atau sungai.
b.
Ladang
Ada
dua macam ladang yaitu:
1. Umo
renah
Adalah ladang yang cukup luas yang
terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di
pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo
talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan
belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang
akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata
dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada memiliki adat istiadat
yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang
menyatakan seperti ini, “umo berkandang
siang, ternak berkandang malam”. Yang memiliki arti adalah para petani
harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya kerbau
mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau dirusak
pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila
tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti
rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional
seperti pengunaan kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang
serta bajak kerbau.
**
http://wennyastaria.blogspot.com/2009/04/kebudayaan-jambi.html
***www.wahanabudayaindonesia.com
Sedangkan
penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai
batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah
sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai
nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang
berada di pingir pantai dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu,
hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan
tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang,
geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung,
pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan
mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.
3.
KERAJINAN
Provinsi
Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya
adalah:
a. Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk
aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput
laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia.
Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung,
katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan
alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya.
b. Tenun dan
batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan
batik motif flora. Batik biasa
kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu
tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga
memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di
hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk
batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan
baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan
berkembang di daerah Jambi.
Pada zaman dahulu
batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum bangsawan/raja Melayu
Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875,
Haji Muhibat beserta keluarga
datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan memperkenalkan pengolahan
batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu berupa motif – motif ragam
hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin,
motif ini masih dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada
dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat,
namun sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya dan masih terbatas di
lingkungan istana.
Dengan
berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini
tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya
permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga
yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan
batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun 70-an ditemukan
beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha wanita “Ibu Ratu Mas Hadijah” dan dari
sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali pengembangannya. Salah seorang ibu
yang turut juga membantu perkembangan pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan
membatik di Seberang Kota.
Pada mulanya
pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan
yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
- Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
- Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
- Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
- Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna
tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang mempunyai daya pesona
khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
c.
Ukir kayu betung
Merupakan
kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para
pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis
kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan jelutung.
Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan
tempat tidur.
4. KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a. seni
tari
Seni tari
daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah
mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok
masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni
tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan
dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang
dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a)
Kota Jambi
· Tari Sekapur
Sirih
Tari ini
diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh OK
Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang
dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan
oleh penari remaja putri
-
Tari Dana Sarah
Tari ini
berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang
Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada
tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang
ditarikan oleh penari putra dan putri.
·
Tari Serengkuh Dayung
Tari ni
penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada
tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan searah setujuan,
kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
b) Kabupaten
Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi
·
Tari Piring Jambi
Tari ini
berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian ditata
ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda
mudi dalam memainkan piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
·
Tari Baselang
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977.
Tarian ini menceritakan tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan
ditarikan oleh penari putra dan putri.
c)
Kabupaten Tanjung Jabung
Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
·
Tari Inai
Penciptanya
tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada tahun
1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai
dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja
putra dan putri.
·
Tari Sumbun
Pencipta
tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah
Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun
ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini
ditarikan hanya oleh penari putri.
·
Tari Japin Rantau
Tari ini
diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri.
Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan
ditarikan oleh remaja putri.
d) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo
·
Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban
kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.
·
Tari Cucu Ungko
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat
dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari
putra dan putri.
·
Tari Tauh
Pencipta
tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda mudi,
dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
e) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
·
Tari Kisan
Penciptanya
tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri
tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi
menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.
·
Tari Kromong
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias,
dan dibawakan oleh penari putri
·
Tari Mengatur Berentak
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun
1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan
dibawakan oleh penari putri.
f) Kabupaten Kerinci
·
Tari Mandi Taman
Penciptanya
tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini
menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh
penari putri.
·
Tari Rangguk
Penciptanya
tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa
ditarikan untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh
penari putri.
· Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan
kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan
sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
·
tari rentak kudo
tari ini
sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas
budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci, Jambi yang banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten
Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak
Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya
penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu
sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini
getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh
dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen
pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan
dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang
panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa
kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari
pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran
masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim
subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh
masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya
Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap
pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa
hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak
kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo
ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu
pernikahan.******
b. seni musik dan teater
1)
kelintang kayu
merupakan
alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya
beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman
jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya
didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2)
Hadrah
Merupakan
jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang
atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai
nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin
pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3)
Dul muluk
Merupakan
seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah
jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan
dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para
pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja
dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu
ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin
meriah.
4)
Krinok
Adalah
pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang
kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung,
sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si
pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani
sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik
krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas
pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai
pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat menunggu hasil
panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan burung, tikus, babi, dan
lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam harinya mereka
mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk melangsungkan
acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak
gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara
berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut
diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai
sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di
Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro
Bungo.
c. Seni
Sastra
Salah
satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini
berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi,
pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan
cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat,
pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengapa selalu dengar radio
-
Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus memerah sapi Radio News Muaro Jambi- Budidaya sapi perah ber dikembangkan di Jambi. Pasaln...
-
Spot 30 detik : Rp. 22.000,- Spot 60 detik : Rp. 35.000,- Adlibs : Rp. 25.000,- Spo...