Di dalam rumah betang, penghuninya terbiasa saling berbagi satu dengan lainnya.
Rumah yang Ramai
Satu rumah betang biasanya dihuni banyak keluarga. Jumlahnya bisa
mencapai seratusan orang lebih. Keluarga besar ini dipimpin oleh seorang
tetua yang disebut Pembakas Lewu.
Rumah betang berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat dayak. Di
sini, orang dayak melakukan kegiatan seperti menenun, memahat, mengukir,
menari, dan melaksanakan upacara adat. Karena itulah, rumah betang
disebut juga sebagai rumah suku.
Tempat Saling Berbagi
Orang-orang yang tinggal dalam rumah betang sangat memelihara rasa
kekeluargaan. Misalnya, jika ada salah satu penghuni meninggal, warga
betang semua berkabung selama satu minggu.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah betang juga digunakan sebagai tempat produksi berbagai kerajinan suku Dayak.
Rasa berkabung itu mereka wujudkan misalnya dengan tidak menggunakan
perhiasan, tidak berisik, tidak minum baram (minuman tradisional dari
beras ketan), dan tidak menghidupkan peralatan elektronik.
Sebaliknya, jika salah seorang penghuni rumah betang memperoleh ikan
dan hasil buruan lainnya, perolehan itu dibagi-bagi dan dimakan
bersama-sama.
Betang yang Tersisa
Jumlah rumah betang sudah tak banyak lagi. Rumah betang yang masih
berdiri dapat dijumpai di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Ada
lima rumah betang di sini yang dijadikan cagar budaya. Letaknya di Dusun
Sungai Uluk Apalin, Desa Nyabau, di Melapi, di Semangkok, dan di
Kecamatan Embaloh.
Rumah betang tua yang masih asli dapat dilihat di Dusun Sungai Uluk
Apalin. Rumah ini berumur sekitar 75 tahun. Namun, tiang-tiang
panggungnya ada yang diperkirakan berumur 200 tahun. Soalnya, sebagian
besar bahan bangunan rumah ini berasal dari pugaran rumah betang lama.
Tiang panggungnya dari kayu ulin yang diameternya mencapai setengah
meter. Panjang rumah betang ini 286 meter dan memiliki 54 ruang kamar.
Tinggal di rumah betang membuat penghuninya lebih akrab dan erat rasa
kekeluargaannya. Karena itulah, orang Kalimantan berusaha menjaga agar
rumah ini tidak sampai punah. (
teks: Joko, foto: Ricky
)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar