Info Muaro Jambi Radio // Lele dumbo merupakan jenis ikan tidak
besisik sehingga lendir merupakan salahsatu pelindung dari gangguan lingkungan.
Akibatnya bila terluka dengan sangat
mudah terjadi pengeluaran lendir yang berlebihan dari tubuhnya. Lendir ini
dapat dijadikan media hidup bakteri, dan dengan menempelnya bakteri pada
lendir, maka dengan segera kuman penyakit masuk hingga kedalam tubuh lele
dumbo. Terjadinya luka inilah yang menjadikan ketahanan tubuh lele dumbo
menurun dan menyebabkan sakit. Namun
kebanyakan patogen yang terlibat biasanya bersifat fakultatif yaitu organisme
yang hanya menimbulkan penyakit dalam kondisi tertentu saja. Organisme semacam
ini secara normal memang hidup dan berada pada berbagai jenis perairan, dan
hanya menyebabkan terjadinya penyakit bila daya tahan tubuh lele dumbo menurun
atau kelimpahan mahluk tersebut kelewat tinggi. Daya tahan tubuh lele
dumbo biasanya berkurang bila ada dalam
kondisi stress yang diakibatkan berbagai faktor terutama lingkungan yang
meliputi faktor fisik, kimiawi maupun biologis. Dengan demikian terjadinya
wabah sebetulnya merupakan akibat interaksi yang tidak seimbang antara ikan
sebagai subyek patogen, patogen itu sendiri serta kondisi lingkungan.
Sebenarnya, semua jenis ikan mempunyai kekebalan terhadap penyakit selama ikan
tersebut hidup dalam kondisi lingkungan yang baik dan tidak ada faktor yang
memperlemah badannya. Penyakit ikan dapat berkembang akibat bermacam macam
faktor antara lain trauma pengangkutan, kekurangan pakan, perubahan sifat
fisika dan kimia air serta epidemi dari suatu penyakit. Untuk mencegah dan
mengobati suatu penyakit maka perlu diketahui hal- hal yang berkaitan dengan
timbulnya penyakit, cara cara dan dosispengobatan yang tepat agar diperoleh
hasil yang baik.
UPAYA PENCEGAHAN
Tindakan
pencegahan terutama ditujukan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam
tempat budidaya ikan, atau mencegah
meluasnya wilayah yang terkena serangan penyakit dalam upaya mengurangi
kerugian produksi akibat timbulnya wabah penyakit.
Beberapa tindakan upaya pencegahan antara lain
melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan yang akan dipelihara serta lingkungan
tempat budidaya.
a. Sanitasi
kolam
Sanitasi
kolam dilaksanakan melalui pengeringan, pemjemuran dan pengapuran dengan kapur
tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m2 yang ditebar secara merata dipermukaan tanah
dasar kolam dan sekeliling pematang kolam. Setelah dikapur biarkan dalam
keadaan kering selama 3-5 hari, baru kemudian kolam dipupuk dan diairi. Bahan
lain yang bisa digunakan untuk sanitasi kolam diantaranya kalium permanganat
(PK) yang ditebarkan pada kolam yang telah diairi sebanyak 10-20 gram/m3 air
dan dibiarkan selama 2 jam, baru kemudian dimasukan air baru dan ditebari ikan
setelah kondisi air normal kembali.
b. Sanitasi
perlengkapan dan peralatan.
Perlengkapan dan peralatan kerja sebaiknya selalu
dalam keadaaan suci hama, dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan
kaporit selam 30-60 menit. Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan
memegang dan atau mencelupkan bagian tubuh kedalam media air pemeliharaan
sebelum disuci hamakan.
c. Sanitasi
Ikan tebaran
Lele dumbo yang akan ditebarkan sebaiknya selalu
diperiksa dahulu. Bila menunjukan gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut
harus dikarantinakan terlebih dahulu untuk diobati. Namun lele dumbo yang akan
ditebar dan dianggap sehat pun, sebelum ditebar sebaiknya direndam dahulu dalam
larutan PK dengan dosisi 20 gr/m3 air, atau dalam larutan methylin blue 20 ppm,
atau dengan formalin 1cc/10 liter air, masing – masing selama 10 -15 menit.
Bila sanitasi ikan tebaran akan menggunakan obat-obatan alami dapat dilakukan
dengan cara merendam lele dumbo yang akan di tebar dalam ektrak cair sambiloto
dengan dosis 25 ppm, atau dalam ektrak cair rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm
atau dapat juga menggunkan ektrak cair daun dewa dengan dosis 25 ppm,
perendaman masing masing selama 30 -60 menit.
d. Menjaga
lingkungan tempat budidaya
Upaya
perlindungan gangguan dari penyakit lele dumbo adalah dengan menjaga kondisi
lingkungan atau kondisi ekologis perairan dengan cara setiap kolam /bak
pemeliharaan lele dumbo diusahakan mendapat air yang baru dan masih segar,
telah melalui sistem filtrasi dan diusahakan agar bahan- bahan organik seperti
sampah yag memungkinkan masuk kedalam kolam sedapat mungkin dihindari.
UPAYA PENGOBATAN
Gejala –gejala klinis
Manifestasi
klinis dari proses penyakit, baik yang infektif maupun non infektif dalam suatu
populasi sering menunjukan tanda-tanda/petunjuk pertama terhadap suatu masalah
penyakit walaupun ikan jarang atau hampir tidak pernah memperlihatkan
tanda-tanda yang menciri (Pathogonomonic) oleh karena itu diagnosa yang tepat
berdasarkan gejala klinis membutuhkan pengalaman dan keterampilan mengobservasi
berbagai perubahan klinis. Beberapa perubahan atau tanda-tanda klinis yang
perlu diamati antara lain tingkah laku, sikap, keseimbanga warna reflex,
pergerakan, pernapasan, kerusakan / luka-luka pada kulit luar dll.
a. Tingkah laku
Lele
dumbo yang sakit biasanya memperlhatkan tingkah laku menyimpang, misalnya
sering menggosok-gosokan badannya pada benda- benda yang ada didalam kolam
seperti batu, tanaman air atau kepinggiran kolam/ pematang. Pada kasus lain,
ikan lele kehilangan keseimbangan tubuh sehingga gerakannya seprti tidak
terkontrol, dan pada ahirnya ikan lele diam didasar kolam dengan sirip dada
terbuka atau sekali-kali muncul kepermukaan air seperti menggantung. Ada pula
lele sakit yang membuka kedua tutup insangnya lebih lebar dari biasanya, prekuensi
pernafasannya meningkat dan tampak terengah-engah. Selain itu ada yang
menunjukan gejal mogok makan akibat
kehilangan nafsu makan.
b. Kelainan warna
tubuh
Jika tubuh lele dumbo mulai
terlihat pucat maka harus dicurigai karena kemungkinan sudah mulai ditempeli
parasit tertentu. Namun perubahan warna tubuh bisa juga disebabkan stress
akibat terjadinya intesitas cahaya gelap keterang. Jika hal ini terjadi
biasanya warna lele dumbo kembali normal
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Perubahan warna juga sering terjadi
jika lele dumbo dalam keadaan takut atau sesaat setelah atau sebelum memijah.
Dengan demikian berdasarkan kejadian tersebut, maka perubahan warna pada lele
dumbo dapat dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit bila tidak ada penyebab
lain seperti takut, stress atau setelah dan sebelum memijah. Perubahan warna
yang disebabkan oleh penyakit biasanya belangsung lama atau bersifat permanen.
c. Produksi Lendir
Lele
dumbo yang sakit seringkali memproduksi lendir yang berlebihan. Hal ini cukup terlihat
jelas karena lele dumbo berwarna gelap. Produksi lendir yang berlebihan
biasanya disebabkan oleh parasit yang menyerang bagian kulit. Banyaknya lendir
tersebut tergantung pada intensitas serangan penyakit.
d. Kelainan bentuk
organ tubuh.
Serangan
tertentu dapat juga menimbulkan kelainan pada organ –organ tubuh tertentu,
misalnya terdapat bintik –bintik putih atau merah pada bagian sirip, sisik atau
bagian tubuh lainnya. Kelainan bentuk juga dapat terjadi bila serangan sangat
hebat dan terjadi infeksi yang parah sehingga mengakibatkan tonjolan –
tonjolan semacam tumor pada insang,
mata dan bagian kepala.
Cara dan teknik mengobati ikan sakit
Tindakan penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan diupayakan agar
lele dumbo sembuh tanpa membahayakan keselamatannya karena keracunan obat.
Untuk itu perlu diketahui gejala – gejala umum yang timbul kemudian dilakukan
diagnosis untuk menemukan faktor
penyebabnya. Setelah itu barulah ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara
pasti faktor penyebabnya diketahui kemudian ditentukan pula jenis obat yang
akan digunakan serta dosisnya yang tepat sehingga tercapai efesiensi penggunaan
obat dan efektifitas pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan yang
dianjurkan dan biasa diterapkan dalam mengobati ikan terinfeksi suatu penyakit
antara lain
a. Pencelupan
Pencelupan adalah cara
pengobatan menggunakan obat obatan alami atau bahan kimia pada konsentrasi tinggi ( ratus atau ribuan
ppm) dan waktu pengobatan sangat pendek. ( 30 detik ) Pengobatan dengan cara
pencelupan biasanya menggunakan larutan obat dengan konsentrasi tinggi ( daya
racun tinggi ). Bila kondisi ikan sudah terlalu lemah sedang daya racun obat
sangat tinggi. Maka ikan bisa mati.Untuk pengobatan cara ini, lele dumbo yang terinfeksi ditangkap
menggunakan serok kemudian lele bersama serokannya dicelupkan kedalam larutan
obat yang telah disiapkan selama 30 - 60 detik.
Lele dumbo yang telah diobati dipindahkan ketempat penampungan sambil
diberi airasi dan air mengalir.
b. Perendaman
Pengobatan ini adalah dengan cara memandikan ikan –
ikan yang sakit dalam suatu larutan obat tertentu dengan konsentrasi tidak
terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam waktu antara 15 -60 menit. Teknis
pengobatan dengan cara peandian yaitu ikan – ikan yang terinfeksi di kumpulkan
dan secara langsung dimasukan/dilepaskan kedalam larutan obat yang telah
disediakan setelah mencapai batas waktu yang telah ditentukan ikan ditangkap
kemudian dipindah ketempat penampungan sementara dengan aliran air bersih.
c. Perendaman
Pengobatan melalui perendaman
biasanya menggunakan larutan obat tertentu pada konsentrasi relatif rendah,
waktu yang digunakan untuk perendaman cukup panjang yaitu sampai 24 jam.
Pengobatan dengan teknik perendaman ini dilakukan 3-5 kali berturut-turut
selama 3-5 hari. Setiap kali selesai mengobati, ikan dipindahkan ketempat yang
berisi air bersih sambil diberi pakan.
d. Usapan
/ Olesan.
Pengobatan ini biasanya hanya
dilakukan pada lele dumbo yang luka. Lele dumbo yang luka diolesi obat tepat
pada bagian yang luka, selanjutnya dipindahkan ketempat berair mengalir agar
sisa obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci.
e. Pemberian
pakan.
Pengobatan ini terutama
ditujukan bagi lele dumbo yang terinfeksi bakteri pada organ tubuh bagian
dalam. Obat yang akan digunakan dicampur kedalam pakan ikan sesuai dosis yang
dianjurkan. Pakan yang telah dicampuri obat diberikan kepada lele dumbo yang
akan diobati sebanyak 2-3% biomas, diberikan 3 kali perhari.
JENIS-JENIS OBAT
A. OBAT
ALAMI/TRADISIONAL
1. Kunyit (Curcuma
longa Linn)
Nama daerah:
Kunyir, Koneng, Kunyit, Alawahu, Nikwai Pagidon.
Sifat kimiawi dan
efek farmakologis : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, sedikit pedas, tidak
beracun. Berkhasiat sebagai anti radang ( anti inflamasi) dan anti bakteri.
Kandungan kimia :
Rimpang mengandung minyak atsiri 3-5 %, turmeron, zingberene, sesquiterpen,
alkohol pati , tanin dan damar.
Cara pemakaian :
Perendaman dan oles.
2. Lengkuas (Alpinia
galanga L willd)
Nama daerah :
Langkueh, halawas, lengkuas, lawas, laja, langkuwasa.
Sifat kimiawi dan
efek farmakologis: Rasanya pedas dan hangat. Berkhasiat untuk, menetralkan
racun, Meningatkan napsu makan( stomakik) dan sebagai obat jamur kulit.
Kandungan kimia:
Rimpang mengandung minyak atsiri 1% metilsinamat, kamfer, galangin dan eugenol.
Sedangkan buah mengandung, methyl ether, kaemferide, galangin dan
dimethoxyflavone.
Cara pemakaian :
melalui perendaman dan dioles.
3. Daun Dewa ( Gynura pseudochina DC.)
Nama daerah :
Beluntas cina, Daun dewa.
Sifat kimiawi dan
efek farmakologis Daunnya dapat dikonsumsi dengan cara dilalap atau dijus.
Berkhasiat sebagai anti radang, Penghilang nyeri (analgesik), obat luka bakar,
luka bekas gigitan hewan berbisa, anti kanker dan peradangan pada jaringan tubuh.
Kandungan kimia:
Batang, daun dan umbinya mengandung minyakatsiri, saponin , teranoid, tanin dan
tekalora.
Cara pemakaian :
melalui perendaman dan dioles.
4. Mahkota dewa (phaleria macrocarpa)
Sifat kimiawi dan
efek farmakologis : Jika dikonsumsi manusia dalam keadaan segar bisa
menyebabkan keracunan. Berkhasiat untuk mengobati kanker, anti oksidan,
bersifat analgesik, antipiretik, dan anti radang.
Kandungan kimia:
Daging buah dan cangkang biji mahkota dewa mengandung alkaloid, flavonoid,
senyawa politenol dan tanin.
Cara pemakaian :
melalui perendaman dan dioles.
Berhasiat sebagai penambah napsu
makan, menetralisir racun ( anti toksik), menghilangkan gumpalan darah dan
mengobati cacing ( Vermifuge ).
Kandungan Kimia :
Batang dan daun mengandung : Minyak atsiri, tanin, lemak, phytosterol dan
calcium oxalate.
Cara pemakaian
: melalui perendaman atau dioles
6.
Jarak Ulung ( Jatropha
gossipifolia L )
Nama daerah : Jarak kosta merah, Jarak cina, jarak ulung.
Sifat kimiawi dan
efek farmakologi : Getahnya bersabun, biji mengandung minyak. Bagian yang bisa
dipakai adalah daun dan biji. Berkhasiat untuk meningkatkan napsu makan,
mengobati pembengkakan dan penyakit kulit.
Kandungan kimia.
: Akar mengandung alkaloid. Daun dan
batang mengandung tanin, calcium
oxalate, dan sulfur.
Cara pemakaian :
Perendaman dan oles
Cara membuat obat alami/tradisional.
a. Ekstrak.
Ekstrak adalah obat alami dalam bentuk kering, kental
atau cair yang dibuat dengan cara mengambil sari simplisia (bahan obat )
menurut cara yang cocok tanpa pengaruh cahaya matahari langsung. Wadah untuk
menyari, merendam atau merebus simplisia bisa berupa panci stainlees atau
toples kaca dan pengaduk dari kayu. Sedangkan simplisia yang digunakan berupa
daun, buah, batang maupun rempang yang masih segar atau simplisia yang telah
dikeringkan dan telah diawetkan sebelumnya.
Salah satu cara ekstraksi
yang biasa dilakukan adalah dengan cara memasak air sampai mendidih, kemudian
simplisia direbus selama sekitar 30 menit. Selanjutnya bahan rebusan tersebut
disaring dengan kain atau kawat kasa. Setelah itu air rebusan di panaskan lagi
sampai mengental, dan didinginkan.
Ekstrak ini merupakan bahan dasar
untuk pembuatan obat dalam bentuk serbuk atau dalam bentuk salep/krim atau
dapat juga digunakan langsung untuk pengobatan dengan cara perendaman,
pemandian maupun pengusapan/oles dengan cara mencampur dengan air bersih sesuai
dosis yang dianjurkan.
b. Obat
serbuk
Obat serbuk dibuat dengan
cara mencampur ekstrak kental dengan saccarum lactis ( gula susu), sedikit demi
sedikit sampai terbentuk adonan yang dapat dibentuk lempengan. Selanjutnya
lempengan tersebut di jemur sampai kering lalu digiling dan hasil gilingannya
disaring dengan kawat kasa sehingga didapatkan serbuk halus yang berukuran
seragam.
Obat serbuk ini dapat
digunakan untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian, pengolesan dan
pengobatan melalui pakan.
c. Obat
oles ( krim/ Lulur )
Obat oles biasanya berupa
salep yang merupakan campuran minyak tumbuhan dengan bahan-bahan yang telah
berbentuk ekstrak. Minyak tumbuhan yang digunakan untuk mencampur adalah minyak
kelapa atau minyak zaitun dicampur bahan pengemulsi(emulgator) seperti gom
arab, acacia dan tragacanth. Pembuatannya dilakukan dengan cara mencampur,
minyak, ektrak kental dan emulgator dengan perbandingan 2 : 4 : 1 diaduk dengan
cepat hingga menjadi bentuk krim emulsi. Pembuatan obat oles ini tidak boleh
dipanaskan karena dapat memisahkan minyak dan air yang telah bercampur. Krim
atau lulur ini dapat digunakan untuk pengobatan luka atau borok yang terinfeksi
bakteri atau parasit. Dengan cara dioleskan tepat pada bagian yang luka.
d. Ramuan
Ramuan adalah
campuran berbagai macam bahan obat-obatan segar atau yang telah diawetkan untuk
mengobati penyakit tertentu, sehingga perbandingan jumlah bahannya disesuaikan
dengan kebutuhan kandungan bahan kimia dalam bahan yang akan digunakan. Cara
pembuatanya, semua bahan dirajang kecil-kecil kemudian direbus hingga air
rebusan tersisa separuhnya. Air rebusan tersebut selanjutnya digunakan untuk
pengobatan.
OBAT KIMIA
Obat-obatan kimia yang lazim
digunakan dalam pengobatan penyakit ikan banyak sekali jenisnya. Ada yang
berbentuk serbuk ada pula yang berbentuk cairan. Semuanya merupakan bahan
kimia. Berdasarkan sifatnya jenis-jenis obat obatan tersebut dapat dikelompkan
menjadi obat anti biotik, desinfektan , insektisida
obat oles dan obat obat lain.
a. Obat
serbuk
Umumnya obat antibiotik
digunakan untuk penyakit bakterial yang diaflikasikan dengan cara perendaman,
penyuntikan maupun pengobatan melalui pakan. Contoh obat antibiotik adalah
Tetrasiklin. Kemisitin, oksitetracyclin hcl, streptomisin, sulfamerizin
sulfanomid.
b. Obat
oles
Obat oles yaitu obat- obatan
yangdigunakan manusia terutama untuk mengobati luka luka. Obat ini berbentuk
cairan, penggunaannya dalam pengobatan ikan harus diencerkan dahulu hinga
sepuluh kali. Cara penggunaannya dioleskan dengan bantuan kapas tepat pada luka
ditubuh ikan yang terinfeksi penyakit bakterial atau parasit lainnya yang bisa
menyebabkan luka atau borok pada tubuh ikan. Contohnya adalah obat merah (
jodium tinktur, mercurochrome ) kecuali itu ada lagi bedak talk yang
penggunaannya juga dioleskan, terutama untuk melepaskan jenis ektoparasites
seperti argulus sp, yang menempel ketat pada tubuh ikan.
c. Obat-
obat lain
Justru obat- obatan inilah
yang paling sering dimanfaatkan dalam pengobatan lele dumbo, sebagian besar
berbentuk serbuk, bersifat racun, dan harganya relatif mahal. Obat ini mudah
diperoleh ditoko- toko kimia atau di afotik. Obat – obat dimaksud yang sudah
dikenal luas adalah malchyt green, methyline blue, cooper sulfat, PK, rivanol,
bromex, formalin, Hcl quinine, Chinine trifaplafin, garam amonia dan kalium
bikromat.
JENIS PENYAKIT
LELE DUMBO
Bila dilihat berdasarkan biotaksonominya, parasit
penyebab penyakit pada lele dumbo, digolongkan dalam dua golongan yaitu
zoo-parasites dan Phytoparasites.
Zoo parasites
Parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam
dunia hewan ( animal kingdom)
diantaranya sebagai berikut.
a. Cyclochaeta
( Trichodina sp )
Cyclochaeta atau lebih
dikenal dengan Trichodina, berkembang biak dengan cara membelah diri dan selama
hidupnya berada pada tubuh ikan. Bagian bawahnya terdapat mulut yang dilingkari
suatu alat dari zat kitin berjumlah 20 – 30 buah, berfungsi sebagai alat untuk
menempel pada tubuh atau insang, sekaligus sebagai alat pengisap. Parasit ini
sering menempel pada lele yang telah terjangkit parasit lain. Bagian badan yang
diserang menjadi
pucat, terkadang disertai dengan pendarahan. Bagian tubuh yang terinfeksi
banyak mengeluarkan lendir
Siklus hidup
Berdasrkan siklus hidupnya
,cyclochaeta termasuk parasit onligat yaitu selama hidupnya berfungsi penuh
sebagai parasit dan tidak pernah melepaskan diri dari inangnya ( ikan )
sehingga parasit ini tidak bisa hidup tanpa ikan. Penularannya akan terjadi
apabila ada kontak langsung antara ikan yang terjangkit dengan ikan sehat
Gejala infeksi
Tubuh
lele dumbo bagian luar yang terkena infeksi menjadi pucat, banyak mengeluarkan
lendir, serta kemerah merahan karena terjadi pendarahan. Warna tubuh pucat dan
tingkah laku tidak normal ( ikan
menjadi lemah terjadi penurunan berat tubuh, terjadi iritasi pada kulit )
Pencegahan :
Memelihara kondisi lingkungan, Kolam didesinfekstan sebelum penebaran ikan.
Kalau memungkinkan, copepoda harus dihambat agar tidak masuk kekolam. Populasi
lele dumbo dijaga serendah mungkin, makanan harus tersedia dalam jumlah dan
mutu yang cukup
b.
Bintik Putih (white spot)
Parasit
ini sering dijumpai pada lele dumbo dan terlihat seperti bintik- bintik putih
sehingga disebut penyakit bintik putih ( White spot). Parasit tersebut
menyerang lele dumbo secara berkelompok membentuk koloni yang bersarang pada
lapisan lendir kulit, sirip hingga lapisan insang.
Parasit
yang dapat menyebabkan pendarahan ini termasuk protozoa yang sangat ganas,
sesuai namanya ichtioptirius berarti penghancur ikan, yang mampu berkembang
biak dalam waktu yang sangat singkat.
Siklus hidup
Didaerah tropis siklus hidup
nya lebih pendek dari pada didaerah sub tropis ( sedang) . Metabolismenya
sangat cepat pada suhu yang hangat sehingga perkembang biakannya pun pesat
sekali. Penyakit
Bintik putih agak sulit diberantas karena pada tahap parasiter hidup terbungkus
selaput sel lendir ikan. Larutan obat tidak akan meresap mengenai parasit tanpa
merusak selaput lendir ikan. Namun demikian cara memutuskan siklus hidupnya,
parsit ini dapat diberantas secara efektif.
Siklus hidup Ichtyoptihirius
multifilis dibagi menjadi empat fase yaitu :
1. Fase parasiter , ketika hidup
pada ikan
1.
Fase pra kista :
Setelah dewasa dan melepaskan diri dari tubuh ikan, tetapia belum membentuk
kista
2.
Fase kista :
Selama terjadi proses membelah diri, terbungkus dinding lendir melekat padaa suatu benndda didalamair.
3.
Fase paskakista : Berupa benih- benih parasit
yang baru keluar dari kista.
Pada fase parasiter parasit
ini melekat padad tubuh ikan selama lebih kurang 8 hari, setelah itu melepaskan
diri dan hidup bersifat planktonis ( melayang-layang) didalam air untuk
beberapa saat lamanya. ( fase prakista). Saat itulah kesempatan paling tepat
untuk mengobati lele yang sakit sekaligus membunuh parasit. Kesempatan kedua
terjadi pada saat parasit baru keluar dari kista dan masih berupa benih parasit
( fase paskakista)
Gejala Infeksi
Bagian tubuh lele dumbo yang
menjadi sasarannya adalah sel- sel pigmen, sel- sel darah, dan sel- sel lendir.
Bila yang diserang bagian kepala, terutama permukaan insang, lele dumbo
biasanya megap- megap seperti sesak nafas, lama kelamaan mati. Serangan yang
ringan pada selaput lendir mengakibatkan lele gatal- gatal, jika serangan
menghebat tak jarang terjadi pendarahan. Sering juga terjadi lele dumbo
yang diserang penyakit bintik putih banyak mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat,
serta pertumbuhannya lambat.Terjadi iritasi, lele menggosok gosokan tubuhnya
ketepi kolam. Pada lele dumbo yang terinfeksi lebih lanjut, akan terlihat
meloncat loncat kepermukaan air dan megap megap untuk mengambil udara, nafsu
makan berkurang, terjadi perubahan warna, geraka nmenjadi lamban dan tidak
responsip terhadap rangsangan.
Penyakit bakteri
a. Aeromonas
( Bercak merah)
Bakteri
Aeromonas termasuk patogen terhadap ikan. Dari genus aeromonas terdapat 3
spesies yaitu Aeromonas punctata,
Aeromonas Hydrophilla dan Aeromonas liquifaciens.
Terlepas
dari adanya perbedaan dalam hal klasifikasi, yang jelas bakteri terdapat di
dalam tanah maupun didalam alat pencernaan ikan. Habitatnya adalah air tawar
terutama yang mengandung kadar bahan organik tinggi. Khusus bakteri Aeromonas hydrophilla biasanya merupakan
penyerang kedua setelah terinfeksi parasit lain ataujika ikan menderita
stress.
Gejala Infeksi
Ikan lele yang terserang bakteri Aeromonas warna
tubuhnya berubah menjadi gelap, kulitnya kesat karena kehilangan banyak lendir
diikuti pendarahan dan luka/borok. Selain itu ikan berenang sangat lemah ,
napasnya megap- megap,sering timbul atau menggantung dipermukaan air. Bila menyerang organ dalam
biasanya ginjal dan limpanya bengkak atau terkadang terjadi pendarahan
Faktor penunjang : Kualitas air buruk, terutama bila bahan organik tinggi
karena perubahan musim. Temperatur air berfluktuasi tinggi antara siang dan
malam serta kadar oksigen sangat rendah.
Pencegahan
- Sanitasi air dan wadah/kolam.
-
Desinfeksi peralatan
-
Karantina ikan
yang baru
Phyto-parasites
Phyto- parasites adalah
parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam dunia tanaman ( plant kingdom
). Dari golongan phyto parasites terdapat dua genus jamur ( fungi) yang paling
dikenal didunia perikanan yaitu jamur achliya dan saprolegnia.
Kedu parasit ini memiliki bentuk yang
hampir sama yaitu menyerupai benang- benang halus. Jamur achliya dan
saprolegnia cukup berbahaya bagi benih dan telur ikan. Ikan dewasa yang
badannya mengalami luka fisik juga akan mudah menjadi mangsa parasit ini.
Siklus hidup
Meskipun siklus jamur ini belum
diketahui secara pasti, tetapi wabah achliya dan saprolegnia umumnya terjadi
pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan organik terutama bila
sedang terjadi proses pembusukan. Dalam keadaan suhu relatif rendah,
serangannya juga bisa menghebat. Ikan yang tubuhnya lemah atau menderita luka
akibat terkena serangan parasit lain
akan cepat dijangkiti jamur ini sebagai infeksi kedua.
Gejala infeksi
Ciri khas akibat serangan jamur pada
badan lele dumbo terdapat benang – benang halus berwarna putih seperti kapas.
Kalau tidak segera ditangani lama kelamaan lele dumbo menjadi kurus dan
akhirnya mati karena jamur mampu menerobos kulit bagian dalam terus masuk
keotot daging bahkan sampai ketulang. Sasaran penyakit jamur bukan saja benih
atau ikan dewasa tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. Penyerangan terjadi
terutama pada lele yang sebelumnya sudah terjangkit parasit lain atau mengalami
luka fisik sehingga penyerangan jamur ini merupakan infeksi kedua. Mewabahnya
penyakit ini sering terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung
bahan-bahan organik dan sedang terjadi pembusukan. Serangannya sangat menghebat
bila terjadi penurunan suhu air.
PENGOBATAN/PENGENDALIAN PENYAKIT
NO
|
JENIS PENYAKIT
|
PENGOBATAN/PEMBERANTASN
|
ALAMI
|
KIMIA
|
1
|
Tricodina/
cyclochaeta
|
1. Perendaman
dalam 20 gr serbuk sambiloto dalam 100
liter air bersih selama 12 jam. Sebanyak 3 kali berturut – turut selama 3
hari.
|
1. Dimandikan
dalam larutan garam dapur (NaCl) 2.5 % atau 2.5 gr Na CL dalam 100 ml Air
bersih sebanyak 3 kali berturut – turut selama 3 hari
|
|
|
2. Perendaman
dalam ramuan, buah mahkota dewa 20 gram, Rempang kunyit 30 gram dan daun
miana 25 gram. Semua bahan direbus dalam 1 liter air sampai tersisa 500 cc.
Air rebusan dicampur 100 liter air bersih untuk peren daman selama 24 jam.
Pengobatan dilakkan 3 kali berturut-turut.
|
2. Perendaman dengan formalin
konsentrasi 25 mg/l atau 2,5 gr formalin dalam 100 liter air bersih.
Perendaman dilakukan selama 10 menit ditempat yang teduh. Pengobatan diulangi
2 -3 kali dalam jangka waktu 2-3 hari.
|
2
|
Bintik Putih (white spot)
|
1. Perendaman dengan serbuk kunyit 50
gram dalam air 100 liter, dengan suhu air 28-30oC selama 24 jam.
Pengobatan dilakukan 3 kali berturut-turut.
|
1.Perendaman dalam larutan metil biru
0.1
gr dalam 100 ml air bersih
Masukan ikan yang sakit dan biarkan selama 24 jam
|
|
|
2. Perendaman
dalam ramuan segar daun dewa 30 gram, daun sambiloto 25 gram, buah mahkota
dewa 30 gram dan daun jarak ulung 25 gram. Semua bahan direjang kecil-kecil,
direbus dalam air 1 liter sampai tersisa 500 cc. Air rebusan dicampur 100
liter air bersih dengan suhu 28-30oC. Untuk perendaman selama 24
jam. Pengobtan dilaku kan 3 kali berturut-turut.
|
2. Perendaman
dalam larutan chinine tripaflavin dan vinanol, dosis nya 10 ppm ( 10 mg/l air
) selama tiga hari berturut turut. menit.
|
3
|
Aeromonas (Bercak merah)
|
1. Perendaman
dalam ekstrak cair lengkuas 25 ppm selama 24 jam. Perendaman dilakukan
berulang-ulang sampai ikan sembuh.
|
1. Perendaman
dalam nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24 jam.
|
|
|
2. Perendaman
dalam irisan buah mahkota dewa segar sebanyak 40 gram dalam air 100 liter
selama 24. jam. Pengobatan dilakukan berulang-ulang.
|
2.Perendaman
dalam PK 10 – 20 ppm selama 30-60 menit atau 3-5 ppm selama 12-24 jam
|
|
|
3. Ramuan
serbuk daun dewa 15 gram, serbuk daun sambiloto 20 gr dan serbuk daun jalak
ulung 15 gram dicampur dalam
setiap kilogram makanan. Diberikan
selama 1-2 minggu sebanyak 3% biomas/hari.
|
3.Perendaman
dengan oxytetra cyclin 5 ppm selama 24 jam, imequyl 5 ppm selama 24 jam,
bytril 5-8 ml/m3 selama waktu tak terbatas.
|
4
|
Phyto-parasites/ jamur
|
Telur yang akan
ditetaskan direndam terlebih dahulu dalam ekstrak cair sambiloto sebanyak 25
gram, atau ekstrak cair daun miana sebanyak 25 gram dalam air 100 liter
selama 60 menit.
|
Telur yang akan
ditetaskan sebaiknya direndam dahulu dlm larutan malachite green 0.15 ppm
selama 30 -60 menit. Larutan tersebut dapat dibuat dari 150 mg malachyte
green dicampur kedalam 1000 l air bersih
|
|
|
2. Untuk lele
berukuran besar dapat diobati dengan olesan obat oles/krim daun dewa, atau
krim sambiloto. Sebelum dioles, terlebih dahulu jamur dicabut atau dipotong
dari tubuh ikan.
|
3.Olesan bisa
dilakukan pada ikan berukuran besar dengan obat merah 2 % yang diencerkan 10
kali ( 1 bagian obat dicampur dengan 9 bagian air )
|
DAFTAR PUSTAKA
Darti S.L , Penyakit ikan hias, Penebar swadaya, Jakarta
Prihartono Eko, Juansyah R, dan Usni
Arie, Mengatasi Permasalahan Budidaya
Lele dumbo. Penebar swadaya, cet 3, Jakarta
2001.
Susanto, H. Ikan Lele. Kanisius
Yogyakarta
Sudewo, Bambang. Tanaman Obat Populer,
Agro Media Pustaka, Jakarta. 2004.
Syambas M. dan Syafei L.S, 2005. Buku
Seri Kesehatan Ikan “Lele Dumbo Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.