Kepala Desa Muaro Jambi Ramli IM gelisah setelah mendengarkan
penjelasan sejumlah pakar. Mereka membahas rencana Situs Muaro Jambi
yang terletak di desanya, Muaro Jambi, akan diajukan sebagai warisan
budaya dunia. Ia lalu berkata, ”Apakah nantinya kami akan tergusur dari
situs ini?”
Menurut Ramli, banyak candi dan pecahan bangunan berstruktur candi
(menapo) berada di permukiman warga setempat. Bahkan, seperti pada
penemuan awal, Candi Gumpung dan candi tinggi yang kini berdiri megah
semula ditemukan arkeolog terkubur oleh pohon durian milik salah seorang
warga. Jika jadi warisan budaya dunia dan terus dikembangkan oleh
pemerintah, bisa saja situs yang ada diangkat dan dipugar dengan
memindahkan permukiman warga.
Saat ini juga beredar isu apabila candi menjadi warisan budaya dunia,
desa setempat akan dikosongkan dari penduduk untuk pengembangan
pariwisata. ”Apa betul akan seperti itu,” ujar Ramli.
Mendengar kekhawatiran itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jambi
Didy Wurjanto tersenyum. Ia lalu menjelaskan bahwa hal itu hanya isu
belaka. Kenyataannya, masyarakat tidak akan diusir ataupun dipindahkan
dari kompleks percandian peninggalan agama Buddha pada abad IX-XIV itu.
Masyarakat justru dilibatkan dalam pengelolaan wisata agar situs ini tak
menjadi obyek mati. Sektor pariwisata justru hidup jika warga setempat
turut serta mengembangkan.
Harus dirawat
Programme Specialist for Culture UNESCO, Prof Masanori Nagaoka,
sependapat. Bahkan, dia balik bertanya kepada Ramli bagaimana dirinya
bisa berpikir bahwa warga akan tergusur dari situs. Menurut dia, warga
dan situs dapat hidup berdampingan.
Situs ini malah harus terus dirawat masyarakat agar kelestariannya
dapat terjaga. Keberadaan situs juga menguntungkan warga lokal. Jika
kreatif, perekonomian masyarakat terangkat oleh semakin banyaknya
wisatawan yang berkunjung.
Percandian Muaro Jambi dapat diusulkan masuk nomine warisan budaya
dunia. Situs ini bahkan berpeluang besar lolos, melihat kondisinya yang
masih sangat asli. ”Bangunan dan lingkungannya juga relatif dirawat
masyarakat setempat sehingga ada kesan tercipta hubungan harmonis antara
masyarakat sekitar dan situs,” ujarnya.
Ketua Paguyuban Pemuda Muaro Jambi Hadi mengatakan, pemuda setempat
telah mengembangkan tarian topeng bagi orangtua dan anak-anak. Warga
juga mengembangkan paket wisata mengelilingi kompleks percandian melalui
jalur air. Wisatawan diajak melintasi kanal kuno menyaksikan 8 candi
yang telah dipugar dan puluhan menapo yang bertebaran di sekitarnya.
Wisatawan juga diajak berburu durian, menikmati makanan khas lokal (nasi
ibat, ikan gabas senggung, gangan kluwak, dan sayur pucuk rotan), serta
melihat tari topeng. Satu paket seharga Rp 85.000.
Menyusuri kanal kuno Muaro Jambi sekitar waktu setengah jam serta
menyaksikan aktivitas warga di tepi Sungai Senau dan Sungai Melayu yang
memancing, menjaring, memasang, atau menombak ikan. Ada pula tradisi
memasang tabung mini di tepi kanal yang jadi ruang tidur bagi ikan hias,
seperti ikan butia, ikan elang, atau jajubang. Ketika ikan tidur, warga
mengangkat tabung, lalu ikan hias berukuran kecil itu dijual.
Sumber: cetak.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar