Senin, 16 Desember 2013
KAPAL MOTOR KAYU RIWAYATMU KINI
Pada Tahun 1984-1999 transportasi jambi muara sabak ,teluk Buan,kota gandis .puding simpang dan sekitar nya menuju jambi mengunakan kapal MOTOR kayu dari angso duo jambi.
onkos pada waktu itu RP.12.000,- hingga Rp 15,000,- dari angso dua jambi menuju kampungku Sidomukti kecamatan Dendan1 Yang dulu orang nyebut KUALA (teluk Buan) mebutuhkan waktu semalam ,sebelum berangkat kapal motor ""INTANG UWEK" mereka sabar menunggu penumpang yang selalu jadi langanan
berguliunya waktu pada tahun 1999 otonomi daerah tanjung jabung di mekarkan menjadi dua daerah tajabbarat dan timur .kapal motor yang dulunya jadi primadona transportasi Laut berlahan - lahan Sepi.
karena tidak ada penumpang melainakan sakarang jadi kenangan . pada masa itu perjalanan di tyempunh satu malam denga pembanguan jalan dari lintas timur 3 jamb dan dari jalur uarduri 2 bisa di tembus dengan waktu kurang lebih satu jam.
Tim.radio mjn
Pelaksana Seismik Sepakat Ganti Kerugian Korban
SENGETI - Warga yang merupakan korban kerusakan rumah akibat program seismik yang dilakukan Pertamina melalui pihak ketiga akan menerima ganti rugi sesuai dengan jenis kerusakan akibat getaran ledakan survey seismik.
‘’Namun, ganti kerugian ini sendiri tidak akan berupa uang tunai, melainkan diperbaiki oleh pihak kontraktor dengan perbaikan seperti keaadan semula, seperti perbaikan keretakan rumah, pondasi atau lainnya,’’ sebut Kadis ESDM Muarojambi, Firmansyah SKM Mkm.
Dikatakannya, pelaksanaan seismik ini sendiri bertujuan untuk memetakan kondisi migas di Muarojambi yang sudah sejak puluhan tahun lalu belum dilakukan pemetaan Pemerintah Pusat. "Kabupaten ini belum pernah dilakukan pemetaaan migas, terakhir pada tahun 1931, saat itu masih menyatu dengan Kabupaten Batanghari, jadi ketika dimekarkan kami minta dilakukan pemetaan khusus untuk Muarojambi dan ususlan itu diterima dan saat ini sedang dilangsungkan," tuturnya.
Survey seismik ini, katanya, malah membawa keuntungan yang besar untuk masyarakat Muarojambi kedepan. Betapa tidak, setelah dilakukan pemetaan akan diketahui lokasi Migas yang ada di Bumi Muarojambi, sehingga kedepan PAD akan meningkats eiring dengan bertambahnya lokasi Migas di Muarojambi. "Untuk penggantian korban sendiri akan dilakukan beberapa hari setelah pelaksanaan Seismik selesai, dan saya jami semua korban akan dapat ganti rugi perbaikan kerusakan," janji Firman.
(era)
SULITNYA MENGATUR POLITISI
MEMANG susah mengatur politisi kita. Dan memang, politisi kita belum dewasa menyikapi dan mematuhi ketentuan dan aturan yang terkait pelaksanaan pemilihan umum yang bersih, jujur dan adil. Selagi ada celah yang mau diabaikan, pasti diabaikan.
Kali ini, ulah tidak pedulinya politisi kita terhadap penyelenggaraan pemilihan umum terlihat dari jumlah partai politik yang melaporkan rekening ke KPU. Untuk Pemilu 2014, parpol memang diwajibkan menyerahkan nomor rekening dana kampanye --yang berbeda dari rekening parpol-- selain melaporkan sumber dan pemanfaatannya per tiga bulan sekali.
Semestinya, tiga hari setelah ditetapkan sebagai peserta kampanye, para pengurus parpol sudah harus menyerahkan rekening dana kampanye mereka. Sedangkan pelaporan dana kampanye ditentukan dua tahap, dengan tahap awal paling lambat 27 Desember 2013.
Namun, sampai dua hari lalu, baru lima parpol yang menyampaikan rekening khusus dana kampanyenya ke KPU Provinsi Jambi.
Ini baru yang melaporkan nomor rekening khusus dana kampanye. Sedangkan yang melaporkan sumber dan pemanfaatan dananya baru tiga parpol. Sementara calon anggota DPD yang menyerahkan rekening baru delapan orang dari 32 total jumlah calon DPD dari Jambi. Selebihnya membangkang.
Fakta-fakta itu menunjukkan tipisnya kepedulian peserta pemilu terhadap suksesnya pelaksaan pesta demokrasi lima tahunan ini. Padahal, apa sih sulitnya membuka rekening di bank dan apa pula susahnya menyerahkan nomor rekening dan membuat laporan pemanfaatan dana kampanye ke KPU. Khusus untuk membuat laporan, ada pihak sekretariat yang siap membantu bila para pengurus parpol masih kesulitan.
Ada sejumlah kemungkinan yang membuat para politisi itu tidak kunjung menyerahkan nomor rekening dan laporan pengelolaan dana kampanye ke KPU. Pertama, mereka tidak peduli dengan aturan itu. Ini tipe politisi atau pengurus parpol yang terbelakang dalam berdemokrasi di negara yang terus berkembang maju ini. Apalagi bila sanksi bagi pelanggar ketentuan tersebut lemah. Mereka akan cuek bebek.
Alasan kedua, masih ada niat melakukan kecurangan sehingga menganggap riskan bila cepat-cepat menyerahkan nomor rekening dan laporan dana kampanye. Ini tipe politisi dan pengurus parpol yang benar-benar tidak menginginkan kemajuan dalam bedemokrasi. Politisi seperti ini biasanya hanya mementingkan diri sendiri, yang biasa bermain curang di setiap pemilu.
Padahal, bila keterbukaan di dalam pemilu dipatuhi, salah satunya melalui keterbukaan sumber dan pemanfaatan dana kampanye, maka kualitas pemilu yang jujur dan adil akan tercapai. Bila demokrasi kita berkualitas, maka akan lahir bangsa dan pemerintahan yang berkualitas pula.
Tetapi bila semua politisi dan pengurus parpol kita masih berniat main curang, takut keterbukaan, maka alamat kan sulit kita mencapai bangsa yang berkualitas.(*)
"Doyan” Nongkrong di Kafe, dari Trend hingga Lahirnya Inspirasi
Tak dapat dipungkiri, budaya nongkrong remaja masa kini semakin diminati. Walaupun ada hal yang positif yang dilakukan oleh para kaum remaja, tapi tetap saja bagi masyarakat awam, akan selalu beranggapan remaja nongkrong di kafe seuatu hal yang negatif.
Pagi itu, waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB. Sekelompok anak remaja yang masih mengenakan seragam sekolah tampak asyik bercerita di salah satu resto Amerika di Jambi. Mereka tampak gembira dengan canda tawa sembari minum aroma soda. Remaja lainnya tampak serius menikmati sajian ala Negeri Paman Sam.
Gaya remaja seperti itu, tak lagi jarang kita jumpai saat ini, khususnya di Kota Jambi. Gaya ala kebarat-baratan kerap merasuki remaja-remaja masa kini. Kalau tidak seperti itu, katanya dibilang tak gaul.
Kota Jambi dikenal juga sebagai kota yang berkembang dan salah satu menjadi pusat pendidikan yang cukup dikenal bagus di semua kalangan masyrakat, bukan saja dikenal di kalangan masyarakat Jambi. Tetapi juga dikenal di berbagai daerah lain, contohnya Povinsi Riau, Sumatera Selatan dan sebagainya.
Sehingga para generasi muda yang menuntut ilmu pendidikan di Jambi, kebanyakan anak-anak yang di luar daerah. Dengan demikian, didukung dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan kemajuan modernisasi, sehingga pola pikir para generasi muda berubah baik dari segi tingkah laku maupun dari segi pergaulan.
Ketua Komunitas Indonesia Bass Family Chapter Jambi Gono mengatakan, dengan perkembangan teknologi dan modernisasi seperti saat ini, para generasi muda, mau tidak mau harus mengikuti perkembangan itu.
“Karena hal yamg seperti ini juga, merupakan sebuah demokrasi bagi generasi muda, dalam artian bukan kebebasan yang sifatnya ke arah negatif. Melainkan kebebasan dalam berkreasi, salah satu contohnya anak-anak band,” kata Gono.
Pada saat ini, para pemuda Jambi, memiliki hobi yang baru, yaitu membentuk sebuah komunitas baik komunitas anak band maupun komunitas yang bersifat oragnisasi kepemudaan. Dan salah satu cara para komunitas untuk selalu bisa berkumpul dengan para anggota komunitasnya masing-masing.
Mereka sering kali mengadakan pertemuan di tempat- tempat yang mereka anggap sederhana, seperti di kafe-kafe yang ada di Kota Jambi. Menurut Gono, yang mengatakan seluruh komunitas anak-anak Jambi, sering kali nongkrong di kafe-kafe, contohnya di kafe The Trees Kafe, Warung Tuka Late, Jambi Milk dan masih banyak yang lainya dan rata-rata anak muda yang nongkrong di kafe kebanyakan para komunitas anak band,” kata Gono.
Menurut Gono, kafe bukan saja dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul ataupun makan-makan, tetapi para generasi muda khususnya yang memiliki komunitas anak band, mereka lebih cenderung menggunakan kafe.
Kafe sebagai Tempat Inspirasi
Sebagai tempat inspirasi untuk bisa berkreasi. Kafe bisa dijadikan tempat untuk mengeluarkan ide-ide dalam membuat sebuah karya lagu maupun musik, dan kafe juga kebanyakan telah memiliki sarana dan prasaran yang cukup memadai untuk bisa dipergunakan oleh para generasi muda khususnya anak band yang ingin menampilkan karyanya.
Hal ini juga disampaikan Gono. “Kafe bukanlah tempat hanya sekedar untuk ngmpul-ngmpul atau makan-makan dengan kawan-kawan, tetapi kafe kami jadikan sebagai tempat inspirasi kami, di saat kami ingin membuat sebuah karya,” kata Gono.
Dengan perkembangan saat ini, kafe-kafe bukanlah tempat yang tersembunyi bagi masyarakat, karena pada zaman dulu, kafe selalu identik dengan hal-hal yang negatif. Tapi saat ini kafe dan warung biasa tidak jauh berbeda.
“Hanya membedakan adalah dari segi sarana-prasarana yang ada di dalamnya. Keberadaan kafe bukan saja hanya ada di kota-kota besar. Kafe untuk saat ini telah berada di setiap daerah dan di daerah pedesaan,” katanya.
Jimmy, salah satu teman Gono, mengatakan, dengan perkembangan zaman modernisasi, kafe-kafe pun mulai berkembang di kalangan masyarakat, dan dulu orangtua-orangtua kita, kafe itu adalah tempat yang tidak baik.
“Mereka selalu memandang kafe itu negatif, tapi untuk saat ini, di kalangan orangtua pun banyak nongkrong di kafe,” kata Jimmy.
Saat ditanya, biasanya para generasi muda yang nongkrong di kafe identik dengan anak-anak yang memiliki sifat yang hedonis, Gono mengatakan bahwa, apabila ada orang yang beranggapan demikian, maka itu anggapan yang salah.
“Karena kenyataannya berbeda, karena kami yang sering nongkrong di kafe, juga sering tidak memiliki uang yang banyak untuk bisa nongkrong di kafe. Karena kami tidak menjadikan kafe itu sebagai tempat untuk foya-foya, tapi kami jadikan kafe itu sebagai sarana untuk menambah pergaulan,” katanya.
Kafe meluangkan ide-ide kami untuk membuat sebuah karya, begitu juga dengan teman-teman yang lain, komunitas-komunitas yang lain seperti komunitas yang identik dengan otomotif, malah kita berbagi ilmu, antara komunitas yang satu ke komunitas yang lain.
Untuk berkumpunya mereka tidak selalu setiap hari, dan biasanya mereka berkumpul pada waktu-waktu yang tidak mengganggu jam kuliah, bagi yang kuliah, dan tidak mengganggu kerjaan, bagi yang kerja, sehingga aktivitas yang dimiliki oleh para personel komunitas tidak terganggu.
Jimmy menambahkan, pihaknya nongkrong di kafe tidak selalu setiap hari. “Kami juga memiliki aktivitas masing-masing. Ada yang kuliah dan ada yang sudah bekerja dan telah memiliki keluarga, sehingga kami mencari waktu yang tepat untuk bisa berkumpul dengan tidak menganggu jam aktivitas para anggota,” Jimmy.
Bagaimana dari perkembangan segi pendidikan, apakah ada dampak yang negatif bagi teman-teman yang masih duduk di lembaga pendidikan khususnya bagi teman-teman yang masih duduk di bangku perkuliahan?
Gono menegaskan, dampak yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas komunitas pasti ada. Namun itu tidak mejadikan kendala dalam berkarya. Karena hal yang seperti itu bersifat kepada individual, tergantung orangnya.
“Karena dalam komunitas tidak ada paksaan dalam melaksanakan sebuah pertujukan ataupun dalam melaksanakan sesi latihan. Dalam komuntas, sebuah kebersamaan dan komunikasi yang baik. Hal seperti inilah harus dijaga dan dipertahankan demi terciptanya sebuah hubungan yang harmonis antara komunitas sendiri maupun teman-teman komunitas yang lainnya,” kata Gono.
Disebutkan, tradisi anak-anak nongkrong, itu sudah merupakan hal yang tidak dipungkiri di kalangan remaja. Banyak sebenarnya tempat-tempat tongkrongan para anak muda, khususnya di Kota Jambi.
“Baik tempat-tempat eksklusif seperti kafe, diskotik dan malah sekarang yang menjamur di Jambi adalah warung-warung bandrek yang buka di setiap jalan trotoar. Tapi para komunitas kebanyakan nongkrong di kafe,” kata Jimmy.(*)
Minggu, 03 November 2013
Besudut, Anak Orang Rimba Pertama Jadi Mahasiswa
JAMBI - Besudut, anak Orang Rimba dari Taman Nasional Bukit Dua Belas diterima menjadi mahasiswa di Universitas Jambi. Anak dari suku terasing di Jambi ini berhasil lulus mengikuti Ujian Masuk Bersama - UMB yang digelar Universitas Jambi.
Menurut Manajer Komunikasi KKI Warsi, Rudi Syaff, Besudut diterima kuliah di Faskultas Pendidikan Universitas Jambi dan kelak diharapkan bisa menjadi guru SD bagi anak-anak Orang Rimba.
"S1 Pendidikan Sekolah Dasar. Dan itu memang pilihan Besudut sendiri. Dia memilih jurusan itu karena dia tidak bercita muluk-muluk, dia mau setelah selesai kuliah ingin kembali ke rimba untuk mengajar anak-anak Orang Rimba yang berusia SD," ujar Rudi Syaff kepada Berita3jambi.com, Senin (29/7/2013).
Manajer Komunikasi KKI Warsi, Rudi Syaff, menyatakan Besudut merupakan mahasiswa pertama dari masyarakat adat Orang Rimba. Kesuksesan Besudut merupakan keberhasilan program pendidikan anak Orang Rimba yang dilaksanakan KKI Warsi selama ini.
Muhammad Usman
Rabu, 09 Oktober 2013
TARI REMO SURABAYA
Tari Remo
Tari Remo adalah tari yang mengisahkan perjuangan seorang pangeran yang berjuang di medan pertempuran. Untuk menari tari Remo ini dibutuhkan kemaskulinan karena pada umumnya tari remo dibawakan oleh penari lelaki. Pada awalnya, sen tari Remo adalah tari yang digunakan untuk dalam pertunjukan ludruk. Namun seiring waktu, tari Remo menjadi tari pembuka ludruk, lalu menjadi tari penyambut tamu, pada khususnya tamu penting. Tari Remo sendiri asalnya dari Jombang, Jawa Timur. Kesenian tari Remo sendiri saat ini tidak hanya dibawakan oleh penari pria, namun juga penari wanita. Hal ini dilakukan untuk menjaga khasanah kekayaan budaya Jawa Timur.
tari remo jawa timur
Maka kemudian berkembanglah tari Remo putri yang penarinya memakai sanggul lengkap dengan satu selendang yang disampirkan di bahu, sedangkan penari Remo pria menggunakan busana khas Surabaya dan Jombang. Keindahan tari Remo adalah karakteristik dalam membuat gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Pagelaran tari Remo umumnya diiringi dengan alat musik saron, bonang, seruling dan gambang. Tari Remo sekarang bahkan berkembang menjadi tari penyambutan tamu negara seperti tari Yosakoi di Jepang.
Banyak sekali penari-penari dari berbagai daerah yang mengikuti Tari Remo dan Yosakoi, dan hal tersebut membuat keseniat tari ini banyak disukai oleh masyarakat. Apalagi jika dikaitkan dengan kesenian Jepang, dalam hal ini Tari Yosakoi, karena kedua jenis tarian ini memiliki keindahan yang hampir sama.
LEGENDA "JOKO TINGKIR"
Dalam tradisi Jawa Jaka Tingkir, kadang-kadang juga ditulis Joko Tingkir, adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang yang memerintah tahun 1549-1582 dengan nama Hadiwijaya.
Asal-usul
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).
Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.
Silsilah Jaka Tingkir :
Andayaningrat (tidak diketahui nasabnya) + Ratu Pembayun (Putri Raja Brawijaya)→ Kebo kenanga (Putra Andayaningrat)+ Nyai Ageng Pengging→ Mas Karebet/Jaka Tingkir
Mengabdi ke Demak
Babad Tanah Jawi selanjutnya mengisahkan, Jaka Tingkir ingin mengabdi ke ibu kota Demak. Di sana ia tinggal di rumah Kyai Gandamustaka (saudara Nyi Ageng Tingkir) yang menjadi perawat Masjid Demak berpangkat lurah ganjur. Jaka Tingkir pandai menarik simpati raja Demak Trenggana sehingga ia diangkat menjadi kepala prajurit Demak berpangkat lurah wiratamtama.
Beberapa waktu kemudian, Jaka Tingkir bertugas menyeleksi penerimaan prajurit baru. Ada seorang pelamar bernama Dadungawuk yang sombong dan suka pamer. Jaka Tingkir menguji kesaktiannya dan Dadungawuk tewas hanya dengan menggunakan SADAK KINANG. Akibatnya, Jaka Tingkir pun dipecat dari ketentaraan dan diusir dari Demak.
Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Setelah tamat, ia kembali ke Demak bersama ketiga murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil.
Rombongan Jaka Tingkir menyusuri Sungai Kedung Srengenge menggunakan rakit. Muncul kawanan siluman buaya menyerang mereka namun dapat ditaklukkan. Bahkan, kawanan tersebut kemudian membantu mendorong rakit sampai ke tujuan.
Saat itu Trenggana sekeluarga sedang berwisata di Gunung Prawoto. Jaka Tingkir melepas seekor kerbau gila yang dinamakan sebagai Kebo Danu yang sudah diberi mantra (diberi tanah kuburan pada telinganya). Kerbau itu mengamuk menyerang pesanggrahan raja, di mana tidak ada prajurit yang mampu melukainya.
Jaka Tingkir tampil menghadapi kerbau gila. Kerbau itu dengan mudah dibunuhnya. Atas jasanya itu, Trenggana mengangkat kembali Jaka Tingkir menjadi lurah wiratamtama.
Kisah dalam babad tersebut seolah hanya kiasan, bahwa setelah dipecat, Jaka Tingkir menciptakan kerusuhan di Demak, dan ia tampil sebagai pahlawan yang meredakannya. Oleh karena itu, ia pun mendapatkan simpati raja kembali.
Menjadi Raja Pajang
Prestasi Jaka Tingkir sangat cemerlang meskipun tidak diceritakan secara jelas dalam Babad Tanah Jawi. Hal itu dapat dilihat dengan diangkatnya Jaka Tingkir sebagai Adipati Pajang bergelar Adipati Adiwijaya. Ia juga menikahi Ratu Mas Cempa, putri Trenggana.
Sepeninggal Trenggana tahun 1546, puteranya yang bergelar Sunan Prawoto seharusnya naik takhta, tapi kemudian ia tewas dibunuh Arya Penangsang (sepupunya di Jipang) tahun 1549. Arya Penangsang membunuh karena Sunan Prawoto sebelumnya membunuh karena Sunan Prawoto sebelumnya juga membunuh ayah Aryo Penangsang yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen sewaktu ia menyelesaikan salat ashar di tepi Bengawan Sore. Pangeran Sekar merupakan adik kandung Trenggana sekaligus juga merupakan murid pertama Sunan Kudus. Pembunuhan-pembunuhan ini dilakukan dengan menggunakan Keris Kiai Setan Kober. Selain itu Aryo Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri suami dari Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara.
Kemudian Aryo Penangsang mengirim utusan untuk membunuh Adiwijaya di Pajang, tapi gagal. Justru Adiwijaya menjamu para pembunuh itu dengan baik, serta memberi mereka hadiah untuk mempermalukan Arya Penangsang.
Sepeninggal suaminya, Ratu Kalinyamat (adik Sunan Prawoto) mendesak Adiwijaya agar menumpas Aryo Penangsang karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan adipati Jipang tersebut. Adiwijaya segan memerangi Aryo Penangsang secara langsung karena sama-sama anggota keluarga Demak dan merupakan saudara seperguruan sama-sama murid Sunan Kudus.
Maka, Adiwijaya pun mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat membunuh Aryo Penangsang akan mendapatkan tanah Pati dan mentaok/Mataram sebagai hadiah.
Sayembara diikuti kedua cucu Ki Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi. Dalam perang itu, Ki Juru Martani (kakak ipar Ki Ageng Pemanahan) berhasil menyusun siasat cerdik sehingga sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan) dapat menewaskan Arya Penangsang setelah menusukkan Tombak Kyai Plered ketika Aryo Penangsang menyeberang Bengawan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan Gagak Rimang.
Setelah peristiwa tahun 1549 tersebut, Pusat kerajaan tersebut kemudian dipindah ke Pajang dengan Hadiwijaya sebagai raja pertama. Demak kemudian dijadikan Kadipaten dengan anak Suan Prawoto yang menjadi Adipatinya
Hadiwijaya juga mengangkat rekan-rekan seperjuangannya dalam pemerintahan. Mas Manca dijadikan patih bergelar Patih Mancanegara, sedangkan Mas Wila dan Ki Wuragil dijadikan menteri berpangkat ngabehi.
Sumpah setia Ki Ageng Mataram
Sesuai perjanjian sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan bergelar Ki Ageng Pati. Sementara itu, Ki Ageng Pemanahan masih menunggu karena seolah-olah Hadiwijaya menunda penyerahan tanah Mataram.
Sampai tahun 1556, tanah Mataram masih ditahan Adiwijaya. Ki Ageng Pemanahan segan untuk meminta. Sunan Kalijaga selaku guru tampil sebagai penengah kedua muridnya itu. Ternyata, alasan penundaan hadiah adalah dikarenakan rasa cemas Adiwijaya ketika mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir sebuah kerajaan yang mampu mengalahkan kebesaran Pajang. Ramalan itu didengarnya saat ia dilantik menjadi raja usai kematian Arya Penangsang.
Sunan Kalijaga meminta Adiwijaya agar menepati janji karena sebagai raja ia adalah panutan rakyat. Sebaliknya, Ki Ageng Pemanahan juga diwajibkan bersumpah setia kepada Pajang. Ki Ageng bersedia. Maka, Adiwijaya pun rela menyerahkan tanah Mataram pada kakak angkatnya itu.
Tanah Mataram adalah bekas kerajaan kuno, bernama Kerajaan Mataram yang saat itu sudah tertutup hutan bernama Alas Mentaok. Ki Ageng Pemanahan sekeluarga, termasuk Ki Juru Martani, membuka hutan tersebut menjadi desa Mataram. Meskipun hanya sebuah desa namun bersifat perdikan atau sima swatantra. Ki Ageng Pemanahan yang kemudian bergelar Ki Ageng Mataram, hanya diwajibkan menghadap ke Pajang secara rutin sebagai bukti kesetiaan tanpa harus membayar pajak dan upeti.
Menundukkan Jawa Timur
Saat naik takhta, kekuasaan Adiwijaya hanya mencakup wilayah Jawa Tengah saja, karena sepeninggal Trenggana, banyak daerah bawahan Demak yang melepaskan diri.
Negeri-negeri di Jawa Timur yang tergabung dalam Persekutuan Adipati Bang Wetan saat itu dipimpin oleh Panji Wiryakrama bupati Surabaya. Persekutuan adipati tersebut sedang menghadapi ancaman invansi dari berbagai penjuru, yaitu Pajang, Madura, dan Blambangan.
Pada tahun 1568 Sunan Prapen penguasa Giri Kedaton menjadi mediator pertemuan antara Hadiwijaya raja Pajang di atas negeri yang mereka pimpin. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama diambil sebagai menantu Adiwijaya.
Selain itu, Adiwijaya juga berhasil menundukkan Madura setelah penguasa pulau itu yang bernama Raden Pratanu bergelar Panembahan Lemah Duwur Arosbaya menjadi menantunya.
Dalam pertemuan tahun 1568 itu, Sunan Prapen untuk pertama kalinya berjumpa dengan Ki Ageng Pemanahan dan untuk kedua kalinya meramalkan bahwa Pajang akan ditaklukkan Mataram melalui keturunan Ki Ageng tersebut.
Mendengar ramalan tersebut, Adiwijaya tidak lagi merasa cemas karena ia menyerahkan semuanya pada kehendak takdir.
Pemberontakan Sutawijaya
Sutawijaya adalah putra Ki Ageng Pemanahan yang juga menjadi anak angkat Hadiwijaya. Sepeninggal ayahnya tahun 1575, Sutawijaya menjadi penguasa baru di Mataram, dan diberi hak untuk tidak menghadap selama setahun penuh.
Waktu setahun berlalu dan Sutawijaya tidak datang menghadap. Adiwijaya mengirim Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil untuk menanyakan kesetiaan Mataram. Mereka menemukan Sutawijaya bersikap kurang sopan dan terkesan ingin memberontak. Namun kedua pejabat senior itu pandai menenangkan hati Adiwijaya melalui laporan mereka yang disampaikan secara halus.
Tahun demi tahun berlalu. Adiwijaya mendengar kemajuan Mataram semakin pesat. Ia pun kembali mengirim utusan untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya. Kali ini yang berangkat adalah Pangeran Benawa (putra mahkota), Arya Pamalad (menantu yang menjadi adipati Tuban), serta Patih Mancanegara. Ketiganya dijamu dengan pesta oleh Sutawijaya. Di tengah keramaian pesta, putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga membunuh seorang prajurit Tuban yang didesak Arya Pamalad. Arya Pamalad sendiri sejak awal kurang suka dengan Sutawijaya sekeluarga.
Maka sesampainya di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya, sedangkan Pangeran Benawa menjelaskan kalau peristiwa pembunuhan tersebut hanya kecelakaan saja. Hadiwijaya menerima kedua laporan itu dan berusaha menahan diri.
Pada tahun 1582 seorang keponakan Sutawijaya yang tinggal di Pajang, bernama Raden Pabelan dihukum mati karena berani menyusup ke dalam keputrian menemui Ratu Sekar Kedaton (putri bungsu Adiwijaya). Ayah Pabelan yang bernama Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman buang karena diduga ikut membantu anaknya.
Ibu Raden Pabelan yang merupakan adik perempuan Sutawijaya meminta bantuan ke Mataram. Sutawijaya pun mengirim utusan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam perjalanan pembuangannya ke Semarang.
Kematian
Perbuatan Sutawijaya itu menjadi alasan Hadiwijaya untuk menyerang Mataram. Perang antara kedua pihak pun meletus. Pasukan Pajang bermarkas di Prambanan dengan jumlah lebih banyak, namun menderita kekalahan. Adiwijaya semakin tergoncang mendengar Gunung Merapi tiba-tiba meletus dan laharnya ikut menerjang pasukan Pajang yang berperang dekat gunung tersebut.
Adiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan Tembayat namun tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat kalau ajalnya segera tiba.
Adiwijaya melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan ia jatuh dari punggung gajah tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampai di Pajang, datang makhluk halus anak buah Sutawijaya bernama Ki Juru Taman memukul dada Adiwijaya, membuat sakitnya bertambah parah.
Adiwijaya berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya, karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir. Selain itu, Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Adiwijaya yang dianggapnya sebagai putra tertua. Pada cerita rakyat dinyatakan bahwa sebenarnya Sutawijaya adalah anak kandung Adiwijaya dengan anak Ki Ageng Sela.
Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.
Pengganti
Hadiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain dinikahkan dengan Panji Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan Arya Pamalad Tuban. Adapun putri yang paling tua dinikahkan dengan Arya Pangiri bupati Demak. Arya Pangiri sebenarnya adalah anak Sunan Prawoto, yang seharusnya memang menggantikan Trenggana menjadi raja Demak.
Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus (pengganti Sunan Kudus) untuk menjadi raja. Pangeran Benawa sang putra mahkota disingkirkan menjadi bupati Jipang. Arya Pangiri pun menjadi raja baru di Pajang dengan nama tahta Ngawantipura.
Senin, 07 Oktober 2013
5. Rp 1,4 juta dan dua tas polo
Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Jambi mengamankan orang yang berprofesi sebagai gelandangan dan pengemis (gepeng) berpendapatan jutaan.
Kepala Dinas Sosnakertrans Kota Jambi Kaspul di Jambi, Rabu membenarkan ada gepeng yang berhasil ditangkap dan saat digeledah dari mereka ditemukan uang hasil mengemis dan meminta-minta hingga Rp 1 juta.
Ia menambahkan, Kota Jambi masih menjadi lahan subur bagi para gepeng dari luar kota.
Dari pengakuan seorang pengemis bernama Supriadi (70) asal Wonosobo, Jawa Timur, ia menjadi pengemis karena mudah untuk mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Supriadi terjaring razia yang dilakukan petugas Dinsosnakertrans Kota Jambi pada Rabu siang sekitar pukul 12.30 WIB saat sedang mangkal untuk mengemis di depan kantor Samsat Jambi di kawasan Jelutung, Kota Jambi.
Saat diperiksa petugas terungkap dari tangan Supriadi ditemukan uang tunai lebih dari Rp1,4 juta. Selain itu, petugas juga mendapati dua buah tas merek Polo untuk menyimpan pakaian.
Minggu, 06 Oktober 2013
FESTIVAL CANDI MUARO JAMBI (FCMJ) X & HUT KAB. MUARO JAMBI 10 - 12 OKTOBER 2013
FESTIVAL CANDI MUARO JAMBI (FCMJ) X
10 - 12 OKTOBER 2013
Festival Kuliner Masakan Tradisional
(Rumah Makan, Catherig,SKPD, Kecamatan)
- Guest star master cheef Indonesia
Kegiatan Lomba Seni Budaya :
1, Lomba tari Kreasi tingkat SMP dan SMA
2.Lomba Lagu Daerah tingkat SMP dan SMA
3. Lomba Mewarnai tingkat TK
4. Lomba Hadrah
5. Lomba Seni UPPK / Etnis Kecamatan
6. Festival Band tingkat SMA/sederajat
7. Lomba Permainan tradisional
8. Pertunjukan Seni Kabupaten / Kota
Sumber : Radio News Muaro JAmbi
10 - 12 OKTOBER 2013
Festival Kuliner Masakan Tradisional
(Rumah Makan, Catherig,SKPD, Kecamatan)
- Guest star master cheef Indonesia
Kegiatan Lomba Seni Budaya :
1, Lomba tari Kreasi tingkat SMP dan SMA
2.Lomba Lagu Daerah tingkat SMP dan SMA
3. Lomba Mewarnai tingkat TK
4. Lomba Hadrah
5. Lomba Seni UPPK / Etnis Kecamatan
6. Festival Band tingkat SMA/sederajat
7. Lomba Permainan tradisional
8. Pertunjukan Seni Kabupaten / Kota
Sumber : Radio News Muaro JAmbi
KULINER sate sangat terkenal di Indonesia
Ternyata, Sate Berasal dari Tiongkok!
KULINER sate sangat terkenal di Indonesia, bahkan
kelezatannya pun sudah diakui dunia. Tapi, siapa sangka ternyata sate
dahulu berasal dari Tiongkok.
Arie Parikesit, pengamat kuliner Indonesia, menceritakan makanan sate datang ke Indonesia pada abad 18-an. Saat itu para pedagang Tiongkok ingin menikmati daging bakar namun dalam bentuk yang sederhana. Dari sanalah sate mulai dibuat.
Sate yang diambil dari bahasa Tiongkok, Sa berarti tiga dan Te merupakan tusuk. Para warga Tiongkok selalu menghadirkan sate tanpa memakai bahan tambahan lainnya, sehingga rasanya hanya alami dari dagingnya saja.
"Kebanyakan warga Tiongkok lebih menyukai rasa yang original, daging mentah yang dipotong sesuai selera kemudian dimasukkan ke dalam batang kayu dan dibakar. Dari situlah, kuliner sate itu muncul," ucapnya kepada Okezone saat ditemui usai acara konsistensi Bango dalam menghadirkan sajian kuliner kambing di KH. Ahmad Dahlan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Lalu, bagaimana akhirnya sate bisa menjadi kuliner terkenal di Indonesia?
"Masyarakat Indonesia melihat proses pemasakan sate yang begitu sederhana, dan dari sana lah mulai dikembangkan olahan satenya. Mulai sebatas diberi tambahan rempah-rempah, kemudian mulai merambah pada pemakaian bumbu kacang," timpalnya.
Menurutnya, dari kuliner sate inilah akan terlihat betapa banyaknya kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
"Dari Aceh hingga Irian, tentunya memiliki sajian sate. Semuanya dikemas dengan cara yang berbeda. Disesuaikan dengan budayanya masing-masing," tutupnya. (uky) (ftr)
Browser anda tidak mendukung iFrame
Arie Parikesit, pengamat kuliner Indonesia, menceritakan makanan sate datang ke Indonesia pada abad 18-an. Saat itu para pedagang Tiongkok ingin menikmati daging bakar namun dalam bentuk yang sederhana. Dari sanalah sate mulai dibuat.
Sate yang diambil dari bahasa Tiongkok, Sa berarti tiga dan Te merupakan tusuk. Para warga Tiongkok selalu menghadirkan sate tanpa memakai bahan tambahan lainnya, sehingga rasanya hanya alami dari dagingnya saja.
"Kebanyakan warga Tiongkok lebih menyukai rasa yang original, daging mentah yang dipotong sesuai selera kemudian dimasukkan ke dalam batang kayu dan dibakar. Dari situlah, kuliner sate itu muncul," ucapnya kepada Okezone saat ditemui usai acara konsistensi Bango dalam menghadirkan sajian kuliner kambing di KH. Ahmad Dahlan, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Lalu, bagaimana akhirnya sate bisa menjadi kuliner terkenal di Indonesia?
"Masyarakat Indonesia melihat proses pemasakan sate yang begitu sederhana, dan dari sana lah mulai dikembangkan olahan satenya. Mulai sebatas diberi tambahan rempah-rempah, kemudian mulai merambah pada pemakaian bumbu kacang," timpalnya.
Menurutnya, dari kuliner sate inilah akan terlihat betapa banyaknya kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia.
"Dari Aceh hingga Irian, tentunya memiliki sajian sate. Semuanya dikemas dengan cara yang berbeda. Disesuaikan dengan budayanya masing-masing," tutupnya. (uky) (ftr)
Warga Muaro Jambi dan Situs Harus Terus Berdampingan
Kepala Desa Muaro Jambi Ramli IM gelisah setelah mendengarkan
penjelasan sejumlah pakar. Mereka membahas rencana Situs Muaro Jambi
yang terletak di desanya, Muaro Jambi, akan diajukan sebagai warisan
budaya dunia. Ia lalu berkata, ”Apakah nantinya kami akan tergusur dari
situs ini?”
Menurut Ramli, banyak candi dan pecahan bangunan berstruktur candi
(menapo) berada di permukiman warga setempat. Bahkan, seperti pada
penemuan awal, Candi Gumpung dan candi tinggi yang kini berdiri megah
semula ditemukan arkeolog terkubur oleh pohon durian milik salah seorang
warga. Jika jadi warisan budaya dunia dan terus dikembangkan oleh
pemerintah, bisa saja situs yang ada diangkat dan dipugar dengan
memindahkan permukiman warga.
Saat ini juga beredar isu apabila candi menjadi warisan budaya dunia,
desa setempat akan dikosongkan dari penduduk untuk pengembangan
pariwisata. ”Apa betul akan seperti itu,” ujar Ramli.
Mendengar kekhawatiran itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jambi
Didy Wurjanto tersenyum. Ia lalu menjelaskan bahwa hal itu hanya isu
belaka. Kenyataannya, masyarakat tidak akan diusir ataupun dipindahkan
dari kompleks percandian peninggalan agama Buddha pada abad IX-XIV itu.
Masyarakat justru dilibatkan dalam pengelolaan wisata agar situs ini tak
menjadi obyek mati. Sektor pariwisata justru hidup jika warga setempat
turut serta mengembangkan.
Harus dirawat
Programme Specialist for Culture UNESCO, Prof Masanori Nagaoka,
sependapat. Bahkan, dia balik bertanya kepada Ramli bagaimana dirinya
bisa berpikir bahwa warga akan tergusur dari situs. Menurut dia, warga
dan situs dapat hidup berdampingan.
Situs ini malah harus terus dirawat masyarakat agar kelestariannya
dapat terjaga. Keberadaan situs juga menguntungkan warga lokal. Jika
kreatif, perekonomian masyarakat terangkat oleh semakin banyaknya
wisatawan yang berkunjung.
Percandian Muaro Jambi dapat diusulkan masuk nomine warisan budaya
dunia. Situs ini bahkan berpeluang besar lolos, melihat kondisinya yang
masih sangat asli. ”Bangunan dan lingkungannya juga relatif dirawat
masyarakat setempat sehingga ada kesan tercipta hubungan harmonis antara
masyarakat sekitar dan situs,” ujarnya.
Ketua Paguyuban Pemuda Muaro Jambi Hadi mengatakan, pemuda setempat
telah mengembangkan tarian topeng bagi orangtua dan anak-anak. Warga
juga mengembangkan paket wisata mengelilingi kompleks percandian melalui
jalur air. Wisatawan diajak melintasi kanal kuno menyaksikan 8 candi
yang telah dipugar dan puluhan menapo yang bertebaran di sekitarnya.
Wisatawan juga diajak berburu durian, menikmati makanan khas lokal (nasi
ibat, ikan gabas senggung, gangan kluwak, dan sayur pucuk rotan), serta
melihat tari topeng. Satu paket seharga Rp 85.000.
Menyusuri kanal kuno Muaro Jambi sekitar waktu setengah jam serta
menyaksikan aktivitas warga di tepi Sungai Senau dan Sungai Melayu yang
memancing, menjaring, memasang, atau menombak ikan. Ada pula tradisi
memasang tabung mini di tepi kanal yang jadi ruang tidur bagi ikan hias,
seperti ikan butia, ikan elang, atau jajubang. Ketika ikan tidur, warga
mengangkat tabung, lalu ikan hias berukuran kecil itu dijual.
Sumber: cetak.kompas.com
Pertemuan APEC, momentum promosi produk UKM
JAKARTA - Pertemuan para pemimpin negara anggota Asia Pacific
Economic Cooperation (APEC) 2013 diharapkan menjadi momentum pemerintah
dalam mendorong daya saing usaha kecil menengah (UKM) dalam negeri di
pasar international.
Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. menilai langkah pemerintah menggelar kegiatan pengembangan wirausaha muda dalam event APEC tersebut sangat positif. Menurutnya, peluang UKM untuk masuk pasar global cukup besar.
“Saya harap pemerintah bisa mendorong ekspansi UKM di pasar international mengingat potensinya yang sangat besar. Selain pembiayaan, pemerintah juga harus memprioritaskan kualitas terhadap produk-produk UKM,” katanya, Senin (30/9/2013).
Sebelumnya, pemerintah berencana menggelar APEC Unthinkable Week di Bali guna mempromosikan UKM dalam negeri. Dalam kegiatan tersebut, akan diisi pelatihan dan pendampingan bagi UKM yang berminat memasarkan produk ke pasar global.
Kegiatan APEC Unthinkable Week bakal diikuti sekitar 200 peserta asal Indonesia dan sebanyak 60 wirausahawan dari negara-negara anggota APEC lainnya.
Di sisi lain, pemerintah juga meminta 214 perusahaan multinasional dari anggota APEC untuk berpartisipasi dalam pengembangan wirausaha kreatif dan UKM dari dana corporate social responsibillity/CSR). | bisnis.com
Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. menilai langkah pemerintah menggelar kegiatan pengembangan wirausaha muda dalam event APEC tersebut sangat positif. Menurutnya, peluang UKM untuk masuk pasar global cukup besar.
“Saya harap pemerintah bisa mendorong ekspansi UKM di pasar international mengingat potensinya yang sangat besar. Selain pembiayaan, pemerintah juga harus memprioritaskan kualitas terhadap produk-produk UKM,” katanya, Senin (30/9/2013).
Sebelumnya, pemerintah berencana menggelar APEC Unthinkable Week di Bali guna mempromosikan UKM dalam negeri. Dalam kegiatan tersebut, akan diisi pelatihan dan pendampingan bagi UKM yang berminat memasarkan produk ke pasar global.
Kegiatan APEC Unthinkable Week bakal diikuti sekitar 200 peserta asal Indonesia dan sebanyak 60 wirausahawan dari negara-negara anggota APEC lainnya.
Di sisi lain, pemerintah juga meminta 214 perusahaan multinasional dari anggota APEC untuk berpartisipasi dalam pengembangan wirausaha kreatif dan UKM dari dana corporate social responsibillity/CSR). | bisnis.com
Sabtu, 05 Oktober 2013
Jumbara BKKBN bersama Radio Komunitas
Seperti yang dilakukan Radio Komunitas yang tergabung dalam JRKI
(Jaringan Radio Komunitas Indonesia) berkerja sama dengan BKKB ( Badan
Koordinasi Keluarga Berancana) melakukan Jumbara Nasional zona satu
untuk wilayah sejawa dan Lampung.
27-29 September 2013 berlokasi di Diamond Convention Hall berkumpul
300 orang pegiat Radio Komunitas dari wilayah Banten,DKI Jakarta,Jawa
Barat,Jawa Tengah, Yogyakarta,Jawa Timur dan Lampung mengikuti kegiatan
ini ditambah dengan beberapa perwakilan BKKBN Provinsi dan Kabupaten.
” Kegiatan ini untuk meningkatkan ajang silaturahmi antara Rakom dan
BKKBN serta meningkatkan koordinasi tentang program KB yang sedang
berjalan di Rakom untuk menyuarakan sosialisasi dan aspirasi soal
KB”,Terang Uung Kuswara Kasubit Advokasi dan Pencitraan BKKBN Pusat saat
sambutan acara ramah tamah Jumat/27 September 2013.
Kegiatan yang dimulai pukul 13.00 wib dalam sesi ramah tamah dan
perkenalan anggotan JRKI dan JRK WIlayah dan pembagian hotel penginapan
bagi peserta ini selesai pukul 17.00 wib dilanjutkan chek in di hotel.
Sedangkan acara pembukaan akan diselanggarakan malam harinya pukul
19.30 wib yang akan dihadiri beberapa tamu undangan dari Kominfo,KPI dan
Deputi BKKBN.
SangkalaJRKI- Bayu Sapta Nugraha
sumber : SangkalaJRKi.net
Senin, 30 September 2013
LH Diminta Tinjau Ulang Rekomendasi PLTMG
RADIO NEWS MUARO JAMBI - DPRD Muarojambi merasa ditinggalkan dalam
perizinan PLTMG Sungaigelam. Dimana tidak satupun yang terlibat dalam
mengeluarkan izin dan rekomendasi memberitahu kepada dewan, sehingga
DPRD Muarojambi merasa gerah dan merasa tidak dianggap, sehingga
rekomendasi dari kantor Lingkungan Hidup (LH) yang seharusnya melalui
seminar dulu malah dikeluarkan dengan gampang.
Ketua DPRD Kabupaten Muarojambi H Syahidan Alfajri ketika dimintai keteranganya belum lama ini mengatakan, dalam rapat koordinasi dalam pembahasan dokumen UKL-UPL PLTMG Sungaigelam Kabupaten Muarojambi yang membahas sendiri dan tidak melibatkan isntansi teknis serta pihak yang berkompeten pihaknya tidak diikutsertakan dalam pembahasan tersebut.
Namun dia meminta pihak pemerintah untuk mendiskusikan hal tersebut dengan DPRD. Setidaknya koordinasi, sehinga apa yang direncanakan jangan mendapat masalah.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Muarojambi Samsul Bahri ketika dimintai keterangannya mengatakan, kalau terkait dengan pembangunan PLTMG di Kebun Sembilan Kecamatan Sungaigelam yang dua belas mega watt saja sangat bermasalah karena berdampak terhadap masyarakat. Apalagi dengan membangun mesin untuk 90 MW ini perlu pengkajian yang lebih dalam agar saat mesin berdiri tidak menganggu warga sekitar.
(Reporter:Oto)
Ketua DPRD Kabupaten Muarojambi H Syahidan Alfajri ketika dimintai keteranganya belum lama ini mengatakan, dalam rapat koordinasi dalam pembahasan dokumen UKL-UPL PLTMG Sungaigelam Kabupaten Muarojambi yang membahas sendiri dan tidak melibatkan isntansi teknis serta pihak yang berkompeten pihaknya tidak diikutsertakan dalam pembahasan tersebut.
Namun dia meminta pihak pemerintah untuk mendiskusikan hal tersebut dengan DPRD. Setidaknya koordinasi, sehinga apa yang direncanakan jangan mendapat masalah.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Muarojambi Samsul Bahri ketika dimintai keterangannya mengatakan, kalau terkait dengan pembangunan PLTMG di Kebun Sembilan Kecamatan Sungaigelam yang dua belas mega watt saja sangat bermasalah karena berdampak terhadap masyarakat. Apalagi dengan membangun mesin untuk 90 MW ini perlu pengkajian yang lebih dalam agar saat mesin berdiri tidak menganggu warga sekitar.
(Reporter:Oto)
SANDIWARA RADIO SAUR SEPUH DI ERA TAHUN 1980-AN
Saur
Sepuh adalah sebuah sandiwara yang disiarkan melalui media radio pada
tahun 1980-an di Indonesia. Saur Sepuh mengambil latar pada masa
pemerintahan Raja Hayam Wuruk pada zaman kerajaan Hindu Buddha Majapahit
di nusantara. Serial ini mampu memukau
jutaan pendengarnya di seluruh pelosok nusantara. Hampir di tiap-tiap
jam tertentu, masyarakat dengan seksama mendengarkan serial ini. Pada
saat itu, radio adalah satu-satunya media hiburan
rakyat Indonesia yang
masih langka, sehingga untuk mendengarkannya mesti secara beramai-ramai
ke rumah tetangga yang memiliki radio.
Serial sandiwara ini adalah karya Niki Kosasih sebagi pencetus ide dan cerita. Perusahaan farmasi Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan
Serial sandiwara ini adalah karya Niki Kosasih sebagi pencetus ide dan cerita. Perusahaan farmasi Kalbe Farma sebagai produsen obat-obatan ternama menjadi mitra utama dari serial ini. Dengan
durasi 30 menit dipotong iklan produk
obat-obatan, serial ini mampu menghipnotis para pendengarnya untuk
berhenti beraktivitas, dan berkonsentrasi untuk mendengarkannya.
Senin, 23 September 2013
Sabtu, 14 September 2013
RUMAH GADANG SEBAGAI TEMPAT TINGGAL BERSAMA
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai
ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah
perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut
yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua
dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja
memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar
dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke
belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke
belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.
Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung
(Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau
tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula
sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago
tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan
Koto-Piliang memakai tongkat
penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang
dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut
prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai
tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung
di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga
dibangun sebuah surau
kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga
sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum
menikah.
ANEKA RUMAH ADAT DI NUSANTARA
Rumah Adat Honai (papua)
Honai adalah rumah khas Papua. Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk kandang ternak. Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat. Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu.
Rumah Gadang (Suku Minangkabau)
Rumah Gadang atau Rumah Godang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjung.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
Fungsi
Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain.
Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.
Rumah Gadang biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.
Rumah Joglo (Jawa)
Joglo adalah rumah adat masyarakat Jawa. Terdiri dari 2 bagian utama yakni Pendapa dan dalam. Bagaian pendapa adalah bagian depan Joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan untuk menerima tamu atau ruang bermain anak dan tempat bersantai keluarga. Bagian dalam adalah bagian dalam rumah yang berupa ruangan kamar,ruang kamar dan ruangan lainnya yang bersifat lebih privasi. Ciri-ciri bangunan adalah pada bagian atap pendapanya yang menjulang tinggi seperti gunung.
Jenis Variasi Bangunan Joglo
1. Joglo limasan lawakan atau “joglo lawakan”.
2. Joglo Sinom
3. Joglo Jompongan
4. Joglo Pangrawit
5. Joglo Mangkurat
6. Joglo Hageng
7. Joglo Semar Tinandhu
Rumah Betang (Kalbar dan Kalteng)
Rumah Betang (sebutan untuk rumah adat di provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), merupakan rumah yang dihuni oleh masyarakat Dayak.
Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya kearah matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari tumbuh dan pulang ke rumah di matahari padam.
Di Kalimantan Barat mulai dari Kota Pontianak dapat kita jumpai rumah adat Dayak. Salah satunya berada di jalan Letjen Sutoyo. Walaupun hanya sebuah Imitasi, tetapi rumah Betang ini, cukup aktif dalam menampung aktivitas kaum muda dan sanggar seni Dayak. kemudian jika kita ke Arah Kabupaten landak, maka kita akan menjumpai sebuah Rumah Betang Dayak di Kampung Sahapm Kec. Pahauman. Kemudian jika kita ke Kabupaten Sanggau, maka kita dapat melihat Rumah Betang di kampung Kopar Kecamatan Parindu, Kemudian selanjutnya jika kita ke kabupaten Sekadau, maka kita dapat melihat rumah betang di Kampung Sungai Antu Hulu, Kecamatan Belitang Hulu, Kemudian di kabupaten Sintang kita Dapat melihat rumah Betang di Desa Ensaid panjang, Kecamatan Kelam, Kemudian Di Kapuas Hulu, Kita juga dapat melihat Masih banyak rumah-rumah betang Dayak yang masih lestari
Komentar : Indonesia memiliki beragam suku budaya, dan setiap suku memiliki rumah adat masing-masing, di Indonesia banyak memiliki rumah adat, dengan bentuk menarik dan memiliki fungsi spesial sesuai suku tersebut.
KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI
KEBUDAYAAN
MELAYU JAMBI
Jauh
sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan
melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat
pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang
kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000
SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku
tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti
kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran
agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak
kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan
melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di
Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan
melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah
aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara
Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad
11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam
diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat
pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang
sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah
mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh
pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi
kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti,
mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan
melayu Islam.
Kebudayaan
daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah etnis melayu Jambi.*
2.
MATA
PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen getah dan melaut Di Jambi
sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata pencaharian
mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal
dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota lainnya yang terletak
di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan kosong. Sedangkan dalam hal
melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu juga
mencari dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha
tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam
berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan
TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan
Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang
berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan
material.**
Orang
jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah:
a.
Sawah
Terdapat
tiga model sawah yaitu:
1. Sawah
payau
Adalah sawah yang dibuat di atas
sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air,
atau tanahnya sendiri telah mengandung air
2. Sawah
tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang diolah
dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang
sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan
3. Sawah
irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap dengan
sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari mata air
atau sungai.
b.
Ladang
Ada
dua macam ladang yaitu:
1. Umo
renah
Adalah ladang yang cukup luas yang
terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di
pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo
talang
Adalah ladang yang dibuat orang di dalam hutan
belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo talang orang
akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata
dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada memiliki adat istiadat
yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang
menyatakan seperti ini, “umo berkandang
siang, ternak berkandang malam”. Yang memiliki arti adalah para petani
harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang hari, bagi yang punya kerbau
mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman padi petani dimakan atau dirusak
pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat diminta ganti rugi, namun bila
tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik ternak dapat dimintai ganti
rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga mengunakan cara yang tradisional
seperti pengunaan kincir air sebagai sistem perairan, cangkul, sabit, parang
serta bajak kerbau.
**
http://wennyastaria.blogspot.com/2009/04/kebudayaan-jambi.html
***www.wahanabudayaindonesia.com
Sedangkan
penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai
batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah
sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai
nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang
berada di pingir pantai dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu,
hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan
tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang,
geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung,
pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan
mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.
3.
KERAJINAN
Provinsi
Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya
adalah:
a. Anyaman
anyaman yang berkembang dalam bentuk
aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan, daun rasau, rumput
laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia.
Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul, sumpit, ambung,
katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan
alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan sebagainya.
b. Tenun dan
batik motif flora
Tenun dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan
batik motif flora. Batik biasa
kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu
tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga
memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di
hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk
batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan
baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan
berkembang di daerah Jambi.
Pada zaman dahulu
batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum bangsawan/raja Melayu
Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875,
Haji Muhibat beserta keluarga
datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan memperkenalkan pengolahan
batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu berupa motif – motif ragam
hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi dan pada pakaian pengantin,
motif ini masih dalam jumlah yang terbatas. Penggunaan motif batik Jambi, pada
dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan pembagian kasta menurut adat,
namun sebagai produk yang masih eksklusif pemakaiannya dan masih terbatas di
lingkungan istana.
Dengan
berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini
tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya
permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga
yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan
batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun 70-an ditemukan
beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha wanita “Ibu Ratu Mas Hadijah” dan dari
sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali pengembangannya. Salah seorang ibu
yang turut juga membantu perkembangan pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan
membatik di Seberang Kota.
Pada mulanya
pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami dari tumbuh-tumbuhan
yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
- Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
- Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
- Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
- Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna
tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang mempunyai daya pesona
khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
c.
Ukir kayu betung
Merupakan
kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para
pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis
kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan jelutung.
Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan
tempat tidur.
4. KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a. seni
tari
Seni tari
daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap daerah
mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok
masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni
tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan
dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang
dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a)
Kota Jambi
· Tari Sekapur
Sirih
Tari ini
diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh OK
Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang
dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan
oleh penari remaja putri
-
Tari Dana Sarah
Tari ini
berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang
Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada
tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang
ditarikan oleh penari putra dan putri.
·
Tari Serengkuh Dayung
Tari ni
penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada
tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan searah setujuan,
kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
b) Kabupaten
Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi
·
Tari Piring Jambi
Tari ini
berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian ditata
ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan kelincahan muda
mudi dalam memainkan piring dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
·
Tari Baselang
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977.
Tarian ini menceritakan tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan
ditarikan oleh penari putra dan putri.
c)
Kabupaten Tanjung Jabung
Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
·
Tari Inai
Penciptanya
tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada tahun
1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai
dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja
putra dan putri.
·
Tari Sumbun
Pencipta
tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah
Effendi. Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun
ditepian pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini
ditarikan hanya oleh penari putri.
·
Tari Japin Rantau
Tari ini
diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri.
Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan
ditarikan oleh remaja putri.
d) Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo
·
Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban
kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.
·
Tari Cucu Ungko
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat
dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari
putra dan putri.
·
Tari Tauh
Pencipta
tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda mudi,
dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
e) Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
·
Tari Kisan
Penciptanya
tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri
tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi
menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.
·
Tari Kromong
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias,
dan dibawakan oleh penari putri
·
Tari Mengatur Berentak
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun
1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan
dibawakan oleh penari putri.
f) Kabupaten Kerinci
·
Tari Mandi Taman
Penciptanya
tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini
menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh
penari putri.
·
Tari Rangguk
Penciptanya
tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa
ditarikan untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh
penari putri.
· Tari Rangguk Ayak
Pencipta tari ini tidak dikenal dan
kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini menggambarkan kegembiraan
sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
·
tari rentak kudo
tari ini
sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian kesenian khas
budaya asli masyarakat Kerinci yang berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci, Jambi yang banyak diminati kalangan masyarakat di Kabupaten
Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak
Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya
penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu
sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini
getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh
dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen
pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan
dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang
panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa
kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari
pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran
masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim
subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh
masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya
Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap
pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa
hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak
kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo
ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu
pernikahan.******
b. seni musik dan teater
1)
kelintang kayu
merupakan
alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya
beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman
jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya
didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2)
Hadrah
Merupakan
jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang
atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai
nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin
pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3)
Dul muluk
Merupakan
seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah
jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan
dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para
pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja
dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu
ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin
meriah.
4)
Krinok
Adalah
pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang
kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung,
sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si
pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani
sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik
krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas
pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai
pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat menunggu hasil
panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan burung, tikus, babi, dan
lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam harinya mereka
mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk melangsungkan
acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak
gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara
berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut
diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai
sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di
Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro
Bungo.
c. Seni
Sastra
Salah
satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini
berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi,
pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan
cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat,
pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengapa selalu dengar radio
-
Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus memerah sapi Radio News Muaro Jambi- Budidaya sapi perah ber dikembangkan di Jambi. Pasaln...
-
Spot 30 detik : Rp. 22.000,- Spot 60 detik : Rp. 35.000,- Adlibs : Rp. 25.000,- Spo...