Masyarakat Desa Muara Jambi merupakan masyarakat yang berasal dari perkembangan Marga Maro Sebo yang
telah lama hidup dan berkembang di wilayah ini. Perkembangan Marga Maro
Sebo diyakini oleh masyarakat telah berlangsung sebelum berdirinya
kompleks percandian di daerah ini. Namun jika dilihat lebih jauh
hubungan ini belum dapat dijawab dan diperkuat dengan temuan-temuan yang
telah berhasil ditemukan. Dilihat dari hubungan nilai-nilai budaya
masyarakat Muara Jambi saat ini yang berlandaskan nila-nilai islam
berbeda dengan nilai-nilai Budha.
*Dalam
perspesifikasi masyarakat Muara Jambi, Maro diartikan maju. Sementara
itu muara dalam pengetahuan mereka diartikan sebagai daerah yang menjadi
pusat aktivitas sehari-hari mereka, seperti: tempat berkumpun, MCK,
sarana transportasi dan lain-lain.
Bangunan candi dan benda purbakala yang ditemukan. Perlu dilakukan kajian yang lebih lanjut untuk mengetahui jawaban pertanyaan ini.
Perkembangan
kehidupan masyarakat Marga Muaro Sebo pada awalnya berkembang di
beberapa wilayah kampong asli antara lain: Kunangan, Talang Duku, Tebat
Patah, Kemingking Dalam, Teluk Jambu, Dusun Mudo, Sekumbung dan Muara
Jambi. Dalam struktur pemerintahan marga di wilayah persekutuan adat
Marga Muaro Sebo dipimpin oleh seorang Pesirah. Kependudukan Pesirah
dalam pemerintahan Marga Muaro Sebo berpusat di Kampung Muara Jambi.
2.3.2. Sejarah Pemerintahan di Muara Jambi
Dalam
sejarah pemerintahan di persekutukan adat Marga Sebo di Muara Jambi
telah dipimpin oleh beberapa orang pesirah.beberapa pemerintahan Pesirah
yang telah menerima antara lain adalah:
a. a. Pesirah Usman
b. b. Pesirah Bakar
c. c. Pesirah Mingking
d. d. Penghulu Kitun (A.Manas)
e. e. Penghulu Abdullahntaha
Catatan
sejarah tentang pemeritahan pesirah yang telah berlangsung di Muara
Jambi diperkirakan berlangsung hingga masa penjajahan colonial Belanda.
Catatan peristiwa dan kejadian-kejadian yang berlangsung dalam masa
pemerintahan pesirah tidak terwarisi secara baik pada generasi sekarang.
Pada masa
kemerdekaan terjadi peralihan dalam system pemerintahan adat daerah ini.
Penamaan Pesirah untuk pemimpin pemerintahan diganti dengan sebutan
Penghulu. Pengunaan istilah penghulu ini digunakan hingga diterapkannya
kebijakan tentang system pemerintahan desa sebagai pemerintahan terendah
di Pesirah/Penghulu sebagai system pemerintahan adat di Jambi,
khususnya di Muara Jambi berganti ke bentuk pemerintahan desa.
Palembang,
Kerinci, Riau dan Curup. Kelompok etnis pendatang yang paling banyak
adalah jawa. Banyaknya penduduk dari Jawa di desa Muara Jambi dilator
belakangi oleh pengaruh hubungan kekerabatan. Orang Jawa yang terlebih
dahulu masuk ke Desa Muara Jambi dan telah mempunyai kehidupan yang
sudah mapan (punya rumah dan kebun). Pada saat pulang ke Jawa
(lebaran/acara keluarga0, ketika kembali lagi mereka membawa serta
kerabatnya datang ke Muara Jambi. Pola migrasi seperti ini tidak berlaku
di Muara Jambi saja. Pada umumnya di propinsi Jambi, migrasi penduduk
dari jawa memperlihatkan intensitas yang tinggi. Semakin sempitnya lahan
yang sebanding lagi dengan perkebunan penduduk menjadi factor utama
terjadinya migrasi tersebut.
Dalam
kehidupan sehari-hari, interaksi dan hubungan social yang berlangsung
dengan menggunakan bahasa Melayu. Nilai-nilai Agama Islam sangat kuat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pada umumnya masyarakat Desa Muara
Jambi merupakan pemeluk Agama Islam.
Pada
saat in kehidupan kepala keluarga yang ada di Desa Muara Jambi lebih
kurang 600 kepala keluarga diperkirakan jumlah penduduk desa sekitar
2119 jiwa, dari jumlah ini penduduk Desa Muara Jambi yang berjenis
kelamin perempua berjumlah 1059 jiwa.
Berdasarkan
data kependudukan yang dimiliki oleh pemerintah Desa Muara Jambi.
Komposisi penduduk yang dibagi atas klasifikasi usia dapat dilihat
melalui table berikut ini
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Muara Jambi
Berdasarkan Pengolahan Usia 2009
NO
|
Usia
|
Jumlah
|
1
|
Bayi 0 – 12 bulan
|
44 jiwa
|
2
|
Balita 1 – 5 tahun
|
199 jiwa
|
3
|
Anak 6 – 12 tahun
|
316 jiwa
|
4
|
Remaja 13 – 21 tahun
|
377 jiwa
|
5
|
Dewasa 22 – 59 tahun
|
1102 jiwa
|
Penerapan
bentuk system pemerintahan ini berdampak dengan dipecahnya wilayah
pemerintahan adapt Marga Maro Sebo dalam beberapa wilayah. Marga Maro
Sebo yang awalnya terdiri atas delapan kampung dirubah menjadi
pemerintahan desa yang memiliki pemerintahan semdiri. Hai ini secara
tidak langsung berpengaruh ter hadap kehidupan social masyarakat.
Hubungan social dan integrasi kehidupan masyarakat yang selama ini fsatu
kesatuan berdasarkan kepada kesatuan adapt terpecah belah karena
dibatasi oleh wilayah administrasi desa yang berbeda. Peralihan struktur
kepemimpinan pun beralih, dari kepemimpinan seorang penghulu yang
menjadi symbol penyatu dan pemimpin masyarakat yang tersebar di delapan
kampung berganti dengan kepemimpinan Kepala Desa yang memerintah di
kampung yang berubah menjadi wilayah desa. Semenjak beralij ke
pemerintahan desa di Desa Muara Jambi telah memerintah beberapa Kepala
Desa anatara lain :
a. Sarkowi
b. Penghulu Abdullah
c. Penghulu Ibrahim ( 1986-2001)
d. Kepala Desa Ramli (2001- sekarang)
Sumber:
Draf Nominasi Daftar World Heritage, UNESCO - Situs Percandian
Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar