Jumat, 21 Juni 2013

SEJARAH MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN MUARO JAMBI

Sejarah Asal Usul Masyarakat Muara Jambi
Masyarakat Desa Muara Jambi merupakan masyarakat yang berasal dari perkembangan Marga Maro Sebo  yang telah lama hidup dan berkembang di wilayah ini. Perkembangan Marga Maro Sebo diyakini oleh masyarakat telah berlangsung sebelum berdirinya kompleks percandian di daerah ini. Namun jika dilihat lebih jauh hubungan ini belum dapat dijawab dan diperkuat dengan temuan-temuan yang telah berhasil ditemukan. Dilihat dari hubungan nilai-nilai budaya masyarakat Muara Jambi saat ini yang berlandaskan nila-nilai islam berbeda dengan nilai-nilai Budha.
*Dalam perspesifikasi masyarakat Muara Jambi, Maro diartikan maju. Sementara itu muara dalam pengetahuan mereka diartikan sebagai daerah yang menjadi pusat aktivitas sehari-hari mereka, seperti: tempat berkumpun, MCK, sarana transportasi dan lain-lain.
Bangunan  candi dan benda purbakala yang ditemukan. Perlu dilakukan kajian yang lebih lanjut untuk mengetahui jawaban pertanyaan ini.
Perkembangan kehidupan masyarakat Marga Muaro Sebo pada awalnya berkembang di beberapa wilayah kampong asli antara lain: Kunangan, Talang Duku, Tebat Patah, Kemingking Dalam, Teluk Jambu, Dusun Mudo, Sekumbung dan Muara Jambi. Dalam struktur pemerintahan marga di wilayah persekutuan adat Marga Muaro Sebo dipimpin oleh seorang Pesirah. Kependudukan Pesirah dalam pemerintahan Marga Muaro Sebo berpusat di Kampung Muara Jambi.
2.3.2. Sejarah Pemerintahan di Muara Jambi
Dalam sejarah pemerintahan di persekutukan adat Marga Sebo di Muara Jambi telah dipimpin oleh beberapa orang pesirah.beberapa pemerintahan Pesirah yang telah menerima antara lain adalah:
a.       a. Pesirah Usman
b.       b. Pesirah Bakar
c.       c. Pesirah Mingking
d.       d. Penghulu Kitun (A.Manas)
e.       e. Penghulu Abdullahntaha
Catatan sejarah tentang pemeritahan pesirah yang telah berlangsung di Muara Jambi diperkirakan berlangsung hingga masa penjajahan colonial Belanda. Catatan peristiwa dan kejadian-kejadian yang berlangsung dalam masa pemerintahan pesirah tidak terwarisi secara baik pada generasi sekarang. Pada masa kemerdekaan terjadi peralihan dalam system pemerintahan adat daerah ini. Penamaan Pesirah untuk pemimpin pemerintahan diganti dengan sebutan Penghulu. Pengunaan istilah penghulu ini digunakan hingga diterapkannya kebijakan tentang system pemerintahan desa sebagai pemerintahan terendah di Pesirah/Penghulu sebagai system pemerintahan adat di Jambi, khususnya di Muara Jambi berganti ke bentuk pemerintahan desa.
Palembang, Kerinci, Riau dan Curup. Kelompok etnis pendatang yang paling banyak adalah jawa. Banyaknya penduduk dari Jawa di desa Muara Jambi dilator belakangi oleh pengaruh hubungan kekerabatan. Orang Jawa yang terlebih dahulu masuk ke Desa Muara Jambi dan telah mempunyai kehidupan yang sudah mapan (punya rumah dan kebun). Pada saat pulang ke Jawa (lebaran/acara keluarga0, ketika kembali lagi mereka membawa serta kerabatnya datang ke Muara Jambi. Pola migrasi seperti ini tidak berlaku di Muara Jambi saja. Pada umumnya di propinsi Jambi, migrasi penduduk dari jawa memperlihatkan intensitas yang tinggi. Semakin sempitnya lahan yang sebanding lagi dengan perkebunan penduduk menjadi factor utama terjadinya migrasi tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi dan hubungan social yang berlangsung dengan menggunakan bahasa Melayu. Nilai-nilai Agama Islam sangat kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Pada umumnya masyarakat Desa Muara Jambi merupakan pemeluk Agama Islam.
Pada saat in kehidupan kepala keluarga yang ada di Desa Muara Jambi lebih kurang 600 kepala keluarga diperkirakan jumlah penduduk desa sekitar 2119 jiwa, dari jumlah ini penduduk Desa Muara Jambi yang berjenis kelamin perempua berjumlah 1059 jiwa.
Berdasarkan data kependudukan yang dimiliki oleh pemerintah Desa Muara Jambi. Komposisi penduduk yang dibagi atas klasifikasi usia dapat dilihat melalui table berikut ini

              Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Muara Jambi
Berdasarkan Pengolahan Usia 2009
NO
Usia
Jumlah
1
Bayi 0 – 12 bulan
44 jiwa
2
Balita 1 – 5 tahun
199 jiwa
3
Anak 6 – 12 tahun
316 jiwa
4
Remaja 13 – 21 tahun
377 jiwa
5
Dewasa 22 – 59 tahun
1102 jiwa
Penerapan bentuk system pemerintahan ini berdampak dengan dipecahnya wilayah pemerintahan adapt Marga Maro Sebo dalam beberapa wilayah. Marga Maro Sebo yang awalnya terdiri atas delapan kampung dirubah menjadi pemerintahan desa yang memiliki pemerintahan semdiri. Hai ini secara tidak langsung berpengaruh ter hadap kehidupan social masyarakat. Hubungan social dan integrasi kehidupan masyarakat yang selama ini fsatu kesatuan berdasarkan kepada kesatuan adapt terpecah belah karena dibatasi oleh wilayah administrasi desa yang berbeda. Peralihan struktur kepemimpinan pun beralih, dari kepemimpinan seorang penghulu yang menjadi symbol penyatu dan pemimpin masyarakat yang tersebar di delapan kampung berganti dengan kepemimpinan Kepala Desa yang memerintah di kampung yang berubah menjadi wilayah desa. Semenjak beralij ke pemerintahan desa di Desa Muara Jambi telah memerintah beberapa Kepala Desa anatara lain :
a.       Sarkowi
b.       Penghulu Abdullah
c.       Penghulu Ibrahim ( 1986-2001)
d.       Kepala Desa Ramli (2001- sekarang)

Sumber: Draf Nominasi Daftar World Heritage, UNESCO - Situs Percandian Muarajambi (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengapa selalu dengar radio