Rabu, 27 Februari 2013
Pemkot Jambi Akan Bantu Outlet Perikanan untuk Nelayan
Radio News Muaro Jambi. Pemerintah Kota Jambi melalui dinas pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan akan membantu nelayan setempat mendirikan outlet khusus perikanan di daerah itu.
"Tujuannya adalah membantu nelayan di Kota Jambi dalam upaya memudahkan proses penjualan produksi ikan," ujar Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan (DP3K) Kota Jambi Harlik di Jambi, Jumat 16 September 2011.Harlik menjelaskan, DP3K Kota Jambi sedikitnya akan mendirikan 20 outlet khusus menjual produksi ikan di Kota Jambi, yakni mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias.
Sementara lokasi pendirikan outlet tersebut akan dipusatkan disekitar kawasan danau Sipin Kota Jambi yang terkenal sebagai sentra penjualan ikan di daerah itu. Selain membantu mendirikan sentra penjualan ikan, DP3K juga berencana menggulirkan bantuan berupa 40 unit Keramba Jaring Apung (KJA) bagi petani ikan di Kelurahan Teluk Kenali, Kecamatan Telanaipura.
"Bantuan KJA itu juga akan diikuti penyerahan bantuan bibit beserta pakan ikan bagi nelayan," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dengan bantuan khusus petani ikan tersebut, diharapkan produksi ikan di Kota Jambi bisa lebih meningkat. Sementara, kendala petani yakni masalah penjualan bisa diatasi dengan didirikannya outlet khusus perikanan. Menurut dia, salah satu kendala yang dihadapi petani ikan di Kota Jambi adalah lokasi penjualan produksi ikan yang dinilai kurang memadai. Akibatnya, sekitar 300 petani ikan budidaya di daerah itu hanya mengandalkan lokasi dipinggir jalan untuk menarik pembeli.
"Dengan dibangunnya kawasan khusus outlet perikanan diharapkan bisa lebih menarik konsumen baik ikan untuk dikonsumsi maupun ikan hias," ujarnya.
Berdasarkan data di DP3K Kota Jambi, pada 2010 lalu nilai ekspor ikan hias di Kota Jambi mencapai Rp5 miliar, dengan jumlah ikan mencapai 6,7 juta ekor dari berbagai jenis. Sementara untuk ikan budidaya, nilai penjualan produksi ikan di Kota Jambi mencapai lebih dari Rp2 miliar.
Paska banjir masyarakat Butuh Bantuan kesehatan
Radio News muaro Jmabi. Paska banjir Februari 2013 Masyarakat Kecamatan Jaluko masih membutukan bantuan .dari pantau radio news muaro jambi saat ini yang di rasakan oleh warga baik anak-anak maupun orang dewasa mulai dari tangan dan kaki gatal-gatal bintik merah dan kurangnya air bersih yang tersedia .selama ,masyarakat mengunakan air kotor dan bau.
Bakri Minta Pemprov Jambi Tanggap jalan penghubung
Radio News muaro jambi Fm 92,5. Anggota komisi V
DPR-RI dapil Jambi, A Bakri saat kunjungan kerjanya ke Nipah Panjang,
menyesalkan kondisi infrastruktur jalan provinsi penghubung Muara
Sabak-Nipah Panjang.
Kepada Tribun, dia berharap, kondisi ini tidak berlarut lama.
"Biasanya
untuk ke sini, cuma butuh waktu 1,5 jam saja. Ini sudah tiga jam baru
sampai. Karena ini jalan provinsi, ya PU Provinsi harus cepat tanggap
dong," ujarnya, Kamis (1/2).
Tak lama kemudian
dia menghubungi Kepala Dina PU Provinsi. Kata Bakri, Kadis PU melalui
dana APBD Provinsi sudah menganggarkan jalan tersebut."Untuk tahun ini
sudah dianggarkan 15 Miliar," ujarnya.
Sementara
itu, Bupati Tanjabtin, Zumi Zola mengatakan, terkait kerusakan jalan
tersebut, pemkab Tanjabtim juga sudah menganggarkan Rp.20 miliar pada
tahun 2013.
"Demi kenyamanan warga, saya rela
mengeluarkan anggaran dari APBD kabupaten. Padahal ini tugas dari
Prmprov. Tapi tidak apa apa, semua saya lakukan demi warga,
Pramuka Tanam Seribu Pohon Di Candi Muaro Jambi
Radio News Muaro Jambi - Sebagai bentuk kepedulian terhadap
kelestarian alam di Bumi Muarojambi dan untuk memperingati hari Pohon
Sedunia yang jatuh pada 21 November, Peserta Perkempinas yang berada di
camp Candi Muarojambi melakukan aksi penanaman pohon sebanyak 1000
batang diseputaran Candi Muarojambi.
Penanaman
ini selain dilakukan oleh peserta Perkempinas juga diikuti oleh Pemkab
Muarojambi dan unsur masyarakat lainnya, pelaksanaan sendiri demi
menekan tingkap polusi udara yang semakin meningkat.
Salah seorang peserta Perkempinas,
Riana, yang ikut melakukan penanaman pohon mengatakan kepedulian
terhadap alam memang harus dimiliki sejak dini oleh setiap manusia,
sebab alam juga menentukan kualitas hidup manusia di masa depan. ‘’1000
pohon yang ditanam hari ini tidakkanlah cukup, maka setiap manusia harus
juga ikut menanam pohon demi kelangsungan hidup kedepan,’’ timpal Dewi,
rekan Riana.
Sementara Kepala Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Muarojambi, yang ikut melakukan penanaman
mengatakan bahwa tujuan utamanya ialah untuk mengatasi Global Warning,
Banjir, Longsor maupun kerusakan alam lainnya. ‘’Saat ini beragam
bencana telah menimpa masyarakat, salah satunya ialah akibat penebangan
pohon tanpa ada perbaikan, lapisan tanah menjadi tandus dan akar pohon
sebagai penahan air menjadi hilang, jadi melalui kegiatan ini mengajak
seluruh masyarakat untuk saling bahu membahu menjaga kelsetarian alam,
sebab dampak positif hal ini akan dirasakan oleh seluruh masyarakat,’’
tuturnya.
Infrastruktur MTQ Mulai Dibangun di Jambi Kecil
Radio News MuaroJambi _Pemkab Muarojambi tahun
2013 ini tampaknya telah mempersiapkan diri menjadi tuan rumah
pelaksanaan MTQ tingkat Provinsi Jambi. Alokasi anggaran APBD tahun
2013 akan cukup banyak dianggarkan untuk pembangunan lokasi venue yang
akan dibangun di Kecamatam Marosebo, Pembangunan arena MTQ tingkat
Provinsi di Kabupaten Muarojambi mendatang pengangaran dananya akan
dialokasikan di beberapa SKPD.
‘’Ada
beberapa SKPD yang terlibat yaitu, dinas PU bertanggunjawab membangun
jalan,arena utama dan bentuk areananya. Dinas ESDM, bertanggujawab
untuk listrik, selain itu ada juga dinas Kesehatan dan bagian
perlengkapan dan sosial,’’ tutur Ketua DPRD Muarojambi, H Syahidan Al
Fajri.
Meskipun disebutkan SKPD yang
bertanggunjawab, lanjutnya, namun dirinya belum bisa memastikan berapa
dana yang disiapkan. ‘’Dana pastinya belum tahu,’’ terang Syahidan.
Wakil Ketua DPRD Muarojambi, Fahmi May,
juga menjelaskan dana yang digunakan untuk pengerjaan sekarang
murupakan dana APBDP tahun 2012. ‘’Dana awal ini dari APBDP tahun 2012
lalu,’’ ujarnya.
Dijelaskannya, arena
serta gedung eks MTQ nanti akan diupayakan agar tidak sia-sia. ‘’Kami
akan upayakan membangun yayasan pendidikan dengan menggunakan gedung
serta lahan MTQ, sehingga bisa berguna untuk yang lainnya,’’ kata Fahmi
May.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum
(PU) Muarojambi Farial Adhi, ketika ditemui mengatakan lahan yang
disediakan seluruhanya seluas 20 hektar. ‘’Tapi yang diperlukan untuk
MTQ sementara ini hanya 5 hektar di Desa Tunas Baru, Kecamatan
Muarosebo,’’ tutur Adhi.
Lebih lanjut
Adhi menjelaskan, untuk membuka lahan ini Pemkab Muarojambi
mengeluarkan dana sebesar Rp 6,7 milyar yang berasal dari APBD-P
Kabupaten Muarojambi tahun 2012. ‘’Awalnya kami akan membanguan
infrastruktur jalan dulu menuju ke lokasi MTQ. Dananya dari APBD-P
Muarojambi. dan, dana tersebut akan ditambah lagi dari APBD murni tahun
2013, sekarang masih dalam tahap pembahasan,’’ terangnya.
Ditambahkanna, selain untuk jalan, dana tersebut akan digunakan untuk
membangun fasilitas MTQ lainnya. ‘’Seperti membangun, lapangan, tribun
mimbar tilawah serta bangunan fisik lainnya,’’ kata Adhi seraya
berharap setelah pelaksaan MTQ selesai, lokasi tersebut dapat dijadikan
lokasi kegiitan sosial lainnya.
JANGAN ADA PUNGUTAN LES PERSIAPAN UAN
M. Rifa’i: Jangan Ada Pungutan Les Persiapan UAN
Berita Terkait
Untuk pelajaran ekstra tersebut, pihaknya juga sudah memberitahuan kepada sekolah-sekolah dan guru-guru bidang studi yang bersangkutan, untuk benar-benar menggunakan kesempatan yang sedikit ini dengan baik.
Waktu bagi guru dan murid memang sedikit, karena adanya libur banjir yang cukup panjang. Apalagi, ada sekolah yang mengungsi ke sekolah lain.
Selain itu, M. Rifa’i menegaskan, untuk biaya les tambahan, pihak sekolah dan guru studi yang bersangkutan diharamkan untuk melakukan pemungutan.
“Kalau les, kita usahakan les. Tetapi kendalanya, kita tidak boleh memungut biaya les, gitu. Les itu boleh, tapi jangan sampai gara-gara les, memungut biaya, [maka] timbul masalah baru. Dana les itu sudah ada dari Dinas Kota [Jambi], walaupun tidak banyak, tapi cukuplah dana itu,” terangnya M. Rifa’i kepada SR28 Selasa (26/2).
Jika masih terdapat pungutan tersebut, maka dari dinas pendidikan sendiri akan melakukan tindakan tegas.
“Ya sekarang [gini saja], ada juga beberapa laporan. Begitu dapat laporan, misal laporan pagi, kita langsung turunkan, ya guru yang bersangkutan dengan pengawasnya, kalau [itu] betul-betul ada laporan guru sekolah menarik pungutan.”
Selain itu, M. Rifa’i juga bercerita “Banyak ‘tuh [kita] dapat laporan. Kadang-kadang guru itu, tanpa sepengetahuan kepala sekolah. Kadang-kadang guru kelas 6, mata pelajaran ini, memberitahukan kepada siswa, ‘les di rumah saya saja’, gitu. Terus kami cek kepada pihak sekolahnya, gak ada. Berarti, gurunya tidak berkoordinasi dengan kepala sekolahnya. Pada prinsipnya, kita setuju dengan les [untuk persiapan UAN], tapi jangan ada pungutan-pungutan. sumber liputan sr Jambi.
RAJA JAMBI PENAKLUK HANTU PIRAU
Raja Jambi Penakluk Hantu Pirau
Raja
Jambi dalam cerita ini adalah Raja Jambi Pertama yang berasal dari
negeri Keling (India). Pada suatu ketika, Negeri Jambi dikacaukan oleh
Hantu Pirau. Seluruh warga menjadi resah, karena mereka tidak bisa
keluar rumah mencari nafkah. Bagaimana Raja Jambi menaklukkan Hantu
Pirau itu? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Raja Jambi Penakluk
Hantu Pirau berikut.
* * *
Alkisah,
di Negeri Jambi, ada seorang raja yang terkenal sakti mandraguna. Ia
adalah Raja Jambi Pertama yang berasal dari Negeri Keling. Selain sakti
mandraguna, ia juga terkenal arif dan bijaksana. Ia senantiasa
memikirkan nasib dan mengutamakan kepentingan rakyatnya. Keadaan ini
membuat rakyat tenang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari mencari
nafkah. Itulah sebabnya, ia sangat disegani oleh seluruh rakyatnya.
Pada suatu ketika, suasana tenang tersebut tiba-tiba terusik oleh kedatangan Hantu Pirau. Ia selalu datang menakut-nakuti anak-anak kecil yang sedang bermain dan mengganggu bayi-bayi yang sedang tidur. Jika melihat bayi ataupun anak-anak kecil, Hantu Pirau suka tertawa terkekeh-kekeh kegirangan, sehingga anak-anak menjadi ketakutan dan bayi-bayi pun menangis. Namun, jika para orangtua menjaga anak-anak mereka, hantu itu tidak berani datang mengganggu. Oleh karenanya, para orangtua setiap saat harus selalu menjaga anak-anak mereka baik ketika sedang bermain maupun tidur di buaian. Keadaan tersebut membuat warga menjadi resah, karena mereka tidak bisa keluar rumah untuk pergi mencari nafkah.
Melihat keadaan itu, para pemimpin masyarakat dari Tujuh Koto, Sembilan Koto, dan Batin Duo Belas atau yang lazim disebut Dubalang Tujuh, Dubalang Sembilan, dan Dubalang Duo Belas, mencoba mengusir hantu tersebut dengan membacakan segala macam mantra yang mereka kuasai. Namun, semuanya sia-sia. Bahkan, kelakuan hantu itu semakin menjadi-jadi. Hampir setiap saat, baik siang maupun malam, ia selalu datang mengganggu anak-anak hingga menangis dan menjerit-jerit ketakutan.
“Segala cara sudah kita lakukan, tapi Hantu Pirau itu tetap saja tidak mau enyah dari negeri ini. Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Dubalang Tujuh bingung.
“Bagaimana kalau kejadian ini kita sampaikan kepada raja?” usul Dubalang Sembilan.
“Aku setuju. Bukankah beliau seorang raja yang sakti mandraguna?” sahut Dubalang Duo Belas.
“Baiklah kalau begitu! Ayo kita bersama-sama pergi menghadap kepada raja,” kata Dubalang Tujuh.
Setelah mendapat kata mufakat, akhirnya ketiga dubalang tersebut segera menghadap Raja Negeri Jambi. Sesampainya di istana, mereka pun segera melaporkan semua peristiwa yang sedang menimpa negeri mereka.
“Ampun, Baginda! Kami ingin melaporkan sesuatu kepada Baginda,” kata Dubalang Dua Belas.
“Katakanlah! Apakah gerangan yang terjadi di negeri ini, wahai Dubalang?” tanya Raja Jambi ingin tahu.
“Ampun Baginda! Beberapa hari ini, Hantu Pirau selalu datang mengganggu anak-anak kami. Mula-mula mereka merasa geli dan tertawa, tapi lama-kelamaan mereka menangis dan menjerit ketakutan,” jawab Dubalang Duo Belas.
“Ampun, Baginda! Kami sudah melakukan berbagai cara, namun Hantu Pirau itu selalu saja datang mengganggu mereka,” tambah Dubalang Sembilan.
“Bagaimana bentuk dan rupa Hantu Pirau itu? Apakah kalian pernah melihatnya?” tanya Raja Jambi.
“Belum Baginda! Kami hanya sering mendengar suara gelak tawanya kegirangan ketika anak-anak itu menangis dan menjerit-jerit,” jawab Dubalang Duo Belas.
Mendengar laporan para dubalang tersebut, Raja Jambi tersenyum sambil mengelus-elus jenggotnya yang lebat dan sudah mulai memutih. Ia kemudian beranjak dari singgasananya lalu berjalan mondar-mandir.
“Baiklah kalau begitu. Pulanglah ke negeri kalian dan sampaikan kepada seluruh warga yang pandai membuat lukah[1] agar masing-masing orang membuat sebuah lukah!” titah Raja Negeri Jambi.
“Ampun, Baginda! Untuk apa lukah itu? Bukankah sekarang belum musim berkarang (mencari ikan)?” tanya Duabalang Duo Belas dengan penuh keheranan.
“Sudahlah, laksanakan saja apa yang aku perintahkan tadi! Jangan lupa, setelah lukah-lukah tersebut selesai, segeralah memasangnya di atas bukit dengan mengikatkannya pada tonggak-tonggak yang kuat. Setelah itu, setiap pagi dan sore kalian bergiliran ke atas bukit untuk melihat lukah-lukah tersebut!” perintah sang Raja.
Mendengar penjelasan sang Raja, ketiga dubalang itu langsung mohon diri untuk melaksanakan perintah. Tak satu pun dari mereka yang berani kembali bertanya kepada raja. Dalam perjalanan pulang, mereka terus bertanya-tanya dalam hati tentang perintah sang Raja.
Sesampainya di negeri masing-masing, ketiga dulabang itu langsung menyampaikan perintah raja kepada seluruh warganya. Para warga hanya terheran-heran ketika menerima perintah itu. Ketika bertanya kepada ketiga dubalang, mereka tidak mendapat jawaban yang pasti. Sebab ketiga dubalang itu juga tidak mengetahui maksud sang Raja. Namun karena itu adalah perintah raja, para warga pun segera membuat lukah, meskipun dalam hati mereka selalu bertanya-tanya. Lukah-lukah tersebut kemudian mereka pasang di atas bukit yang tak jauh dari permukiman penduduk. Setiap pagi dan sore ketiga dubalang itu secara bergiliran naik ke atas bukit untuk melihat dan memeriksa lukah-lukah tersebut. Pada hari pertama, kedua, ketiga hingga hari keenam, belum menunjukkan adanya tanda-tanda yang mencurigakan.
Pada hari ketujuh di pagi hari, Dubalang Duo Belas mendapat giliran naik ke atas bukit untuk memeriksa lukah-lukah tersebut. Alangkah terkejutnya saat ia berada di atas bukit. Ia melihat sesuatu menggelepar-gelepar di dalam sebuah lukah. Bentuknya menyerupai manusia, tetapi kecil. Makhluk itu juga dapat berbicara seperti manusia. Ketika Dubalang Duo Belas mendekat, makhluk aneh itu mengeluarkan suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya.
“Hei, sepertinya aku sering mendengar suara itu. Bukankah itu suara Hantu Pirau yang sering mengganggu anak-anak kecil?” tanya Dubalang Duo Belas dalam hati.
Setelah memastikan bahwa suara itu benar-benar Hantu Pirau, maka yakinlah ia bahwa makhluk yang terperangkap dalam lukah itu pastilah Hantu Pirau. Ia pun segera melaporkan hal itu kepada Raja Negeri Jambi.
“Ampun, Baginda! Hamba baru saja dari bukit itu. Hamba menemukan seekor makhluk yang terperangkap ke dalam lukah. Apakah dia itu Hantu Pirau?” tanya Dubalang Duo Belas.
“Benar, dubalang! Bawalah Hantu Pirau itu kemari!” titah sang Raja.
“Baik, Baginda! Hamba laksanakan!” ucap Dubalang Duo Belas seraya berpamitan.
Sebelum menuju ke atas bukit, ia mengajak Dubalang Sembilan dan Dubalang Tujuh untuk bersama-sama mengambil lukah tersebut. Setelah membuka tali pengikat lukah dari tonggak, ketiga dubalang tersebut membawa lukah yang berisi Hantu Pirau itu ke hadapan sang Raja.
“Sudah tahukah kalian, wahai dubalang! Makhluk inilah yang bernama Hantu Pirau yang sering menganggu anak-anak kecil,” ungkap sang Raja.
“Mengerti Baginda!” jawab ketiga dubalang itu serentak.
“Pengawal! Siapkan pedang yang tajam! Aku akan memotong-motong tubuh hantu ini,” perintah sang Raja kepada seorang pengawal.
Mendengar ancaman tersebut, Hantu Pirau itu pun langsung memohon ampun kepada Raja Negeri Jambi.
“Ampun, Tuan! Janganlah bunuh hamba! Jika Tuan sudi melepaskan hamba dari lukah ini, hamba akan memenuhi segala permintaan Tuan. Bukankah Tuan adalah Raja yang arif dan bijaksana?”
“Baiklah, kalau begitu! Aku hanya ada dua permitaan. Pertama, setelah keluar dari lukah ini, tinggalkan negeri ini dan jangan pernah kembali mengganggu wargaku lagi, terutama anak-anak kecil. Kedua, serahkan cincin pinto-pinto (pinta-pinta, yakni cincin sakti, apo yang kuminta harus ado) itu kepadaku!” kata sang Raja.
Hantu Pirau pun langsung menyanggupi permintaan Raja Jambi. Setelah dikeluarkan dari lukah, ia pun segera menyerahkan cincin pinto-pinto nya kepada sang Raja, lalu pergi meninggalkan Negeri Jambi. Sejak itu, Negeri Jambi tidak pernah lagi diganggu oleh Hantu Pirau. Keadaan negeri kembali aman, damai dan tenang. Seluruh penduduk kembali melakukan pekerjaan mereka sehari-hari dengan perasaan aman dan tenang.
Beberapa tahun setelah peristiwa Hantu Pirau itu, Raja Negeri Jambi tiba-tiba berpikir ingin membuktikan kesaktian cincin pinto-pinto pemberian Hantu Pirau. Namun karena keinginannya tidak ingin diketahui oleh rakyat Negeri Jambi, maka ia pun menyampaikan kepada rakyatnya bahwa dia akan pulang ke negerinya di Keling (India) dalam waktu beberapa lama.
Sesampai di negerinya, Raja Jambi pun segera menguji kesaktian cincin pinto-pinto itu.
“Hei cincin pinto-pinto! Jadikanlah Kota Bambay ini sebagai kota yang bertahtakan mutiara, batu permata, dan intan berlian!” pinta Raja Jambi.
Dalam waktu sekejap, suasana Kota Bombay tiba-tiba berubah menjadi gemerlap. Seluruh sudut kota dipenuhi dengan mutiara, batu permata dan intan berlian. Alangkah senang hati sang Raja melihat pemandangan yang indah dan menggiurkan itu. Ia pun enggan untuk kembali ke Negeri Jambi. Namun sebagai raja yang arif dan bijaksana, beberapa tahun kemudian ia mengutus salah seorang putranya yang bernama Sultan Baring untuk menggantikannya sebagai Raja Jambi.
Mendapat perintah itu, Sultan Baring pun segera berangkat ke Negeri Jambi bersama dengan beberapa orang pengawalnya. Sesampainya di Negeri Jambi, ia pun segera menyampaikan amanah ayahnya kepada seluruh rakyat Jambi bahwa sang Ayah tidak dapat lagi memerintah Negeri Jambi karena sudah tua. Setelah itu, ia membacakan surat pengangkatannya sebagai Raja Jambi Kedua setelah ayahnya. Rakyat Jambi pun menyambutnya dengan gembira, karena ia juga seorang Raja yang arif dan bijaksana seperti ayahnya. Konon, Sultan Baring inilah yang menurunkan raja-raja, sultan-sultan maupun raden-raden berikutnya, seperti Sultan Taha Saifuddin dan Raden Ino Kartopati.
Pada suatu ketika, suasana tenang tersebut tiba-tiba terusik oleh kedatangan Hantu Pirau. Ia selalu datang menakut-nakuti anak-anak kecil yang sedang bermain dan mengganggu bayi-bayi yang sedang tidur. Jika melihat bayi ataupun anak-anak kecil, Hantu Pirau suka tertawa terkekeh-kekeh kegirangan, sehingga anak-anak menjadi ketakutan dan bayi-bayi pun menangis. Namun, jika para orangtua menjaga anak-anak mereka, hantu itu tidak berani datang mengganggu. Oleh karenanya, para orangtua setiap saat harus selalu menjaga anak-anak mereka baik ketika sedang bermain maupun tidur di buaian. Keadaan tersebut membuat warga menjadi resah, karena mereka tidak bisa keluar rumah untuk pergi mencari nafkah.
Melihat keadaan itu, para pemimpin masyarakat dari Tujuh Koto, Sembilan Koto, dan Batin Duo Belas atau yang lazim disebut Dubalang Tujuh, Dubalang Sembilan, dan Dubalang Duo Belas, mencoba mengusir hantu tersebut dengan membacakan segala macam mantra yang mereka kuasai. Namun, semuanya sia-sia. Bahkan, kelakuan hantu itu semakin menjadi-jadi. Hampir setiap saat, baik siang maupun malam, ia selalu datang mengganggu anak-anak hingga menangis dan menjerit-jerit ketakutan.
“Segala cara sudah kita lakukan, tapi Hantu Pirau itu tetap saja tidak mau enyah dari negeri ini. Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Dubalang Tujuh bingung.
“Bagaimana kalau kejadian ini kita sampaikan kepada raja?” usul Dubalang Sembilan.
“Aku setuju. Bukankah beliau seorang raja yang sakti mandraguna?” sahut Dubalang Duo Belas.
“Baiklah kalau begitu! Ayo kita bersama-sama pergi menghadap kepada raja,” kata Dubalang Tujuh.
Setelah mendapat kata mufakat, akhirnya ketiga dubalang tersebut segera menghadap Raja Negeri Jambi. Sesampainya di istana, mereka pun segera melaporkan semua peristiwa yang sedang menimpa negeri mereka.
“Ampun, Baginda! Kami ingin melaporkan sesuatu kepada Baginda,” kata Dubalang Dua Belas.
“Katakanlah! Apakah gerangan yang terjadi di negeri ini, wahai Dubalang?” tanya Raja Jambi ingin tahu.
“Ampun Baginda! Beberapa hari ini, Hantu Pirau selalu datang mengganggu anak-anak kami. Mula-mula mereka merasa geli dan tertawa, tapi lama-kelamaan mereka menangis dan menjerit ketakutan,” jawab Dubalang Duo Belas.
“Ampun, Baginda! Kami sudah melakukan berbagai cara, namun Hantu Pirau itu selalu saja datang mengganggu mereka,” tambah Dubalang Sembilan.
“Bagaimana bentuk dan rupa Hantu Pirau itu? Apakah kalian pernah melihatnya?” tanya Raja Jambi.
“Belum Baginda! Kami hanya sering mendengar suara gelak tawanya kegirangan ketika anak-anak itu menangis dan menjerit-jerit,” jawab Dubalang Duo Belas.
Mendengar laporan para dubalang tersebut, Raja Jambi tersenyum sambil mengelus-elus jenggotnya yang lebat dan sudah mulai memutih. Ia kemudian beranjak dari singgasananya lalu berjalan mondar-mandir.
“Baiklah kalau begitu. Pulanglah ke negeri kalian dan sampaikan kepada seluruh warga yang pandai membuat lukah[1] agar masing-masing orang membuat sebuah lukah!” titah Raja Negeri Jambi.
“Ampun, Baginda! Untuk apa lukah itu? Bukankah sekarang belum musim berkarang (mencari ikan)?” tanya Duabalang Duo Belas dengan penuh keheranan.
“Sudahlah, laksanakan saja apa yang aku perintahkan tadi! Jangan lupa, setelah lukah-lukah tersebut selesai, segeralah memasangnya di atas bukit dengan mengikatkannya pada tonggak-tonggak yang kuat. Setelah itu, setiap pagi dan sore kalian bergiliran ke atas bukit untuk melihat lukah-lukah tersebut!” perintah sang Raja.
Mendengar penjelasan sang Raja, ketiga dubalang itu langsung mohon diri untuk melaksanakan perintah. Tak satu pun dari mereka yang berani kembali bertanya kepada raja. Dalam perjalanan pulang, mereka terus bertanya-tanya dalam hati tentang perintah sang Raja.
Sesampainya di negeri masing-masing, ketiga dulabang itu langsung menyampaikan perintah raja kepada seluruh warganya. Para warga hanya terheran-heran ketika menerima perintah itu. Ketika bertanya kepada ketiga dubalang, mereka tidak mendapat jawaban yang pasti. Sebab ketiga dubalang itu juga tidak mengetahui maksud sang Raja. Namun karena itu adalah perintah raja, para warga pun segera membuat lukah, meskipun dalam hati mereka selalu bertanya-tanya. Lukah-lukah tersebut kemudian mereka pasang di atas bukit yang tak jauh dari permukiman penduduk. Setiap pagi dan sore ketiga dubalang itu secara bergiliran naik ke atas bukit untuk melihat dan memeriksa lukah-lukah tersebut. Pada hari pertama, kedua, ketiga hingga hari keenam, belum menunjukkan adanya tanda-tanda yang mencurigakan.
Pada hari ketujuh di pagi hari, Dubalang Duo Belas mendapat giliran naik ke atas bukit untuk memeriksa lukah-lukah tersebut. Alangkah terkejutnya saat ia berada di atas bukit. Ia melihat sesuatu menggelepar-gelepar di dalam sebuah lukah. Bentuknya menyerupai manusia, tetapi kecil. Makhluk itu juga dapat berbicara seperti manusia. Ketika Dubalang Duo Belas mendekat, makhluk aneh itu mengeluarkan suara yang sudah tidak asing lagi di telinganya.
“Hei, sepertinya aku sering mendengar suara itu. Bukankah itu suara Hantu Pirau yang sering mengganggu anak-anak kecil?” tanya Dubalang Duo Belas dalam hati.
Setelah memastikan bahwa suara itu benar-benar Hantu Pirau, maka yakinlah ia bahwa makhluk yang terperangkap dalam lukah itu pastilah Hantu Pirau. Ia pun segera melaporkan hal itu kepada Raja Negeri Jambi.
“Ampun, Baginda! Hamba baru saja dari bukit itu. Hamba menemukan seekor makhluk yang terperangkap ke dalam lukah. Apakah dia itu Hantu Pirau?” tanya Dubalang Duo Belas.
“Benar, dubalang! Bawalah Hantu Pirau itu kemari!” titah sang Raja.
“Baik, Baginda! Hamba laksanakan!” ucap Dubalang Duo Belas seraya berpamitan.
Sebelum menuju ke atas bukit, ia mengajak Dubalang Sembilan dan Dubalang Tujuh untuk bersama-sama mengambil lukah tersebut. Setelah membuka tali pengikat lukah dari tonggak, ketiga dubalang tersebut membawa lukah yang berisi Hantu Pirau itu ke hadapan sang Raja.
“Sudah tahukah kalian, wahai dubalang! Makhluk inilah yang bernama Hantu Pirau yang sering menganggu anak-anak kecil,” ungkap sang Raja.
“Mengerti Baginda!” jawab ketiga dubalang itu serentak.
“Pengawal! Siapkan pedang yang tajam! Aku akan memotong-motong tubuh hantu ini,” perintah sang Raja kepada seorang pengawal.
Mendengar ancaman tersebut, Hantu Pirau itu pun langsung memohon ampun kepada Raja Negeri Jambi.
“Ampun, Tuan! Janganlah bunuh hamba! Jika Tuan sudi melepaskan hamba dari lukah ini, hamba akan memenuhi segala permintaan Tuan. Bukankah Tuan adalah Raja yang arif dan bijaksana?”
“Baiklah, kalau begitu! Aku hanya ada dua permitaan. Pertama, setelah keluar dari lukah ini, tinggalkan negeri ini dan jangan pernah kembali mengganggu wargaku lagi, terutama anak-anak kecil. Kedua, serahkan cincin pinto-pinto (pinta-pinta, yakni cincin sakti, apo yang kuminta harus ado) itu kepadaku!” kata sang Raja.
Hantu Pirau pun langsung menyanggupi permintaan Raja Jambi. Setelah dikeluarkan dari lukah, ia pun segera menyerahkan cincin pinto-pinto nya kepada sang Raja, lalu pergi meninggalkan Negeri Jambi. Sejak itu, Negeri Jambi tidak pernah lagi diganggu oleh Hantu Pirau. Keadaan negeri kembali aman, damai dan tenang. Seluruh penduduk kembali melakukan pekerjaan mereka sehari-hari dengan perasaan aman dan tenang.
Beberapa tahun setelah peristiwa Hantu Pirau itu, Raja Negeri Jambi tiba-tiba berpikir ingin membuktikan kesaktian cincin pinto-pinto pemberian Hantu Pirau. Namun karena keinginannya tidak ingin diketahui oleh rakyat Negeri Jambi, maka ia pun menyampaikan kepada rakyatnya bahwa dia akan pulang ke negerinya di Keling (India) dalam waktu beberapa lama.
Sesampai di negerinya, Raja Jambi pun segera menguji kesaktian cincin pinto-pinto itu.
“Hei cincin pinto-pinto! Jadikanlah Kota Bambay ini sebagai kota yang bertahtakan mutiara, batu permata, dan intan berlian!” pinta Raja Jambi.
Dalam waktu sekejap, suasana Kota Bombay tiba-tiba berubah menjadi gemerlap. Seluruh sudut kota dipenuhi dengan mutiara, batu permata dan intan berlian. Alangkah senang hati sang Raja melihat pemandangan yang indah dan menggiurkan itu. Ia pun enggan untuk kembali ke Negeri Jambi. Namun sebagai raja yang arif dan bijaksana, beberapa tahun kemudian ia mengutus salah seorang putranya yang bernama Sultan Baring untuk menggantikannya sebagai Raja Jambi.
Mendapat perintah itu, Sultan Baring pun segera berangkat ke Negeri Jambi bersama dengan beberapa orang pengawalnya. Sesampainya di Negeri Jambi, ia pun segera menyampaikan amanah ayahnya kepada seluruh rakyat Jambi bahwa sang Ayah tidak dapat lagi memerintah Negeri Jambi karena sudah tua. Setelah itu, ia membacakan surat pengangkatannya sebagai Raja Jambi Kedua setelah ayahnya. Rakyat Jambi pun menyambutnya dengan gembira, karena ia juga seorang Raja yang arif dan bijaksana seperti ayahnya. Konon, Sultan Baring inilah yang menurunkan raja-raja, sultan-sultan maupun raden-raden berikutnya, seperti Sultan Taha Saifuddin dan Raden Ino Kartopati.
* * *
Demikian
cerita Raja Jambi Penakluk Hantu Pirau dari daerah Jambi, Indonesia.
Cerita di atas termasuk ke dalam kategori dongeng yang mengandung
pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan
sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat diambil dari cerita di
atas adalah keutamaan sifat musyawarah mufakat untuk mengatasi segala
permasalahan. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Dubalang
Tujuh, Dubalang Sembilan, dan Dubalang Duo Belas. Ketika sudah tidak
sanggup mengatasi Hantu Pirau, mereka segera bermusyawarah untuk mencari
jalan keluar. Dalam kehidupan orang Melayu, musyawarah dan mufakat
sangatlah dijunjung tinggi, dihormati dan dimuliakan, karena dengan
musyawarah segala kesulitan yang dihadapi mudah untuk diselesaikan.
Dikatakan dalam tunjuk Aja Melayu:
apa tanda hidup berilmu,
manfaat mufakat ianya tahu
duduk berunding bersanding bahu
sebelum melangkah memberi tahu
sebelum terlanjur mencari guru
sebelum menyalah bertanya dahulu
Pelajaran lain yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa ilmu pengetahuan sangatlah penting dalam kehidupan manusia, karena dengan ilmu pengetahuan segala kesulitan dapat diatasi dengan mudah. Oleh karenanya, setiap orang dituntut untuk rajin belajar agar mempunyai pengetahuan yang luas. Menurut orang tua-tua Melayu, manfaat ilmu pengetahuan bukan saja untuk kepentingan pribadi, juga bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Itulah sebabnya, dalam kehidupan orang Melayu, menuntut ilmu pengetahuan sangatlah diutamakan. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:
apa tanda hidup berilmu,
manfaat mufakat ianya tahu
duduk berunding bersanding bahu
sebelum melangkah memberi tahu
sebelum terlanjur mencari guru
sebelum menyalah bertanya dahulu
Pelajaran lain yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa ilmu pengetahuan sangatlah penting dalam kehidupan manusia, karena dengan ilmu pengetahuan segala kesulitan dapat diatasi dengan mudah. Oleh karenanya, setiap orang dituntut untuk rajin belajar agar mempunyai pengetahuan yang luas. Menurut orang tua-tua Melayu, manfaat ilmu pengetahuan bukan saja untuk kepentingan pribadi, juga bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Itulah sebabnya, dalam kehidupan orang Melayu, menuntut ilmu pengetahuan sangatlah diutamakan. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:
wahai ananda dengarlah pesan,
menuntut ilmu engkau utamakan
banyakan amal kuatkan iman
supaya dirimu dikasihi Tuhan
bertuah parang karena hulunya,
bulu dikepal elok terasa
bertuah orang karena ilmunya
ilmu diamalkan hidup sentosa
Sumber:
Kaslani. Buku Cerita Rakyat Dari Jambi 2. Jakarta: Grasindo. 1998.
CEROBOH MEMBAWA BENCANA
Ceroboh Membawa Bencana
Dahulu
kala di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah seorang raja
bernama Sultan Mambang Matahari. Sultan mempunyai seorang anak laki-laki
bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri Cermin
Cina. Tuan Muda Selat adalah seorang anak muda yang tampan namun
sifatnya agak ceroboh. Putri Cermin Cina berwajah cantik jelita,
kulitnya putih bagaikan kulit putri Cina karena itulah ia disebut Putri
Cermin Cina.
Pada
suatu hari, datanglah seorang saudagar muda ke daerah itu. Saudagar itu
bernama Tuan Muda Senaning. Ia dan anak buahnya merapat di pelabuhan
negeri itu. Seperti para saudagar lainnya, mula-mula niat kedatangan
saudagar itu memang hanya untuk berdagang. Walau demikian ia disambut
dengan ramah tamah oleh Sultan Mambang Matahari.
Pada
saat jamuan makan kebetulan Putri Cermin Cina bertatap muka dengan Tuan
Muda Senaning. Seketika Tuan Muda Senaning jatuh cinta pada gadis
jelita itu. Demikian pula halnya dengan Putri Cermin Cina, diam-diam ia
juga menaruh hati kepada saudagar muda yang berwajah tampan itu.
Namun
sebagai seorang gadis tidak mungkin ia mengutarakan isi hatinya lebih
dahulu. Pada suatu kesempatan kedua muda mudi itu sempat bertemu.
Kesempatan yang baik itu tidak disia-siakan oleh si pemuda.
“Adinda
Putri ….” kata Tuan Muda Senaning. “Sejak pertama bertemu pandang
denganmu, hatiku berdebar-debar. Aku yakin kaulah gadis yang akan
menjadi pendamping hidupku.”
“Tuan
Muda ….” sahut Putri. “Jika Tuan memang berkenan kepada saya, alangkah
baiknya jika Tuan segera bertanya kepada Ayahanda. Tuan akan mengetahui
apakah saya masih sendiri atau sudah ada yang punya.”
“Baiklah, memang sudah sepantasnya kalau hal itu dilakukan.” kata Tuan Muda Senaning.
Pada
dasarnya Putri Cermin Cina jatuh hati pada Tuan Muda Senaning, demikian
pula sebaliknya. Mereka berjanji hendak membangun rumah tangga. Tidak
lama kemudian Tuan Muda Senaning datang melamar kepada Sultan Mambang
Matahari.
Sejak
semula Sultan Mambang Matahari menaruh simpati kepada saudagar muda
yang berhasil itu. Bukan karena kekayaannya, melainkan sifat dan tingkah
laku pemuda itu yang sopan tanpa dibuat-buat.
Maka
dengan senang hati Sultan Mambang Matahari menerima lamaran itu.
Berkata Sutan Mambang Matahari, ”Tapi mohon maaf Ananda Senaning,
terpaksa pernikahan ditunda sampai tiga bulan lagi. Saya masih harus
menuntaskan perniagaan yang belum selesai." Tuan Muda Senaning hendak
berkata bahwa segala keperluan untuk pesta pernikahan dialah yang akan
menanggung, namun niat itu diurungkan karena hal itu dapat menyinggung
perasaan calon mertuanya. Padahal ia tahu pelayaran mertuanya selama
tiga bulan itu tidak lain adalah untuk mencari bekal bagi pesta
pernikahan anaknya.
“Baik Ayahanda …” ujar Tuan Muda Senaning. ”Hamba cukup maklum akan maksud Ayahanda.”
“Terima
kasih atas pengertian Ananda …” sahut Sultan Mambang Matahari lega. Ia
makin senang pada calon menantunya yang tahu adat itu, yang tidak
mentang-mentang kaya lalu membuatnya kehilangan muka.
Sebelum
berangkat berlayar, Sultan Mambang Matahari berpesan kepada Tuan Muda
Selat agar menjaga Putri Cermin Cina dengan baik, jangan sampai terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan. Setelah itu, Sutan Mambang Matahari
berlayar mencari bekal untuk menikahkan putrinya.
Pada
suatu hari, Tuan Muda Senaning dan Tuan Muda Selat asyik bermain gasing
di halaman istana. Mereka tertawa bergelak-gelak, makin lama makin
asyik sehingga orang yang mendengar ikut tertawa senang.
Hal
itu menggugah hati Putri Cermin Cina yang sedang merenda di ruang
tengah untuk melihat. Ia menuju ke jendela melihat keasyikan tunangan
dan kakaknya bermain gasing. Kehadiran Putri Cermin Cina terlihat oleh
kedua orang itu. Sambil melihat ke anjungan, Tuan Muda Senaning
melepaskan tali gasingnya. Gasing itu mengenai gasing Tuan Muda Selat.
Gasing Tuan Muda Selat melayang dan terpelanting tinggi.
Mereka
masih tertawa-tawa melihat gasing itu. Namun tiba-tiba gasing itu
bergerak kearah Putri Cermin Cina. Sontak semua terkesiap. Sebelum
mereka sadar apa yang terjadi tiba-tiba, gasing itu berputar persisi
diatas kening Putri Cermin Cina. “Aaaaaahhh …!” Putri Cermin Cina
menjerit kesakitan.
Kening
Putri Cermin Cina pun berlumuran darah. Ia jatuh ke lantai dan tidak
sadarkan diri. Kedua pemuda yang sedang bermain gasing itu segera
berlari ke anjungan. Benarlah, Putri Cermin Cina tergolek di atas
lantai.
Semua
orang menjadi panik. Mereka berusaha memberikan pertolongan
sebisa-bisanya. Namun semua tindakan tidak ada manfaatnya. Putri yang
cantik jelita itu akhirnya menghembuskan napas yang terakhir kali. Tuan
Muda Senaning menjerit keras. Ia masih belum percaya tentang apa yang
telah terjadi.
Setelah yakin tunangannya meninggal. Tuan Muda Senaning jadi putus asa. “Sungguh celaka! Semua gara-gara aku ….!” teriak parau.
Ia
melihat ada dua buah tombak bersilang di dinding. Secepat kilat
ditariknya tombak itu. Dengan sekuat tenaga tombak itu dilemparnya ke
halaman. Pangkal tombak menancap ke tanah dan mata tombak mencuat ke
atas.
Tindakan
ini hanya dilakukan oleh seorang yang mengerti ilmu silat dan ilmu
perang. Tuan Muda Selat yang masih memeluk adiknya tak sempat mencegah
perbuatan Tuan Muda Senaning. Namun sepasang mata pemuda ini terbelalak
ngeri saat berpaling kearah calon adik iparnya itu.
Ia
benar-benar tak menyangka Tuan Muda Senaning akan berbuat senekat itu.
Saat itu dengan gerakan yang sukar diikuti mata Tuan Muda Senaning
melompat ke halaman. Tubuhnya meluncur kearah mata tombak yang mencuat
ke atas mengenai mata tombak yang mencuat itu. Mata tombak menembus
perutnya langsung ke belakang punggung.
“Adinda
Putri aku segera menyusulmu …” Suara pemuda itu tersendat-sendat oleh
nafasnya yang menjelang sekarat. ”Aku tak bisa hidup tanpa dirimu.” Usai
berkata demikian Tuan Muda Senaning meninggal dunia.
Tuan
Muda Selat segera berteriak keras memanggil masyarakat untuk melihat
kejadian itu. “Cepat kita urus jenazah mereka berdua ini.”
Sementara
kerabat istana merawat jenazah kedua insan yang saling jatuh cinta itu,
hati Tuan Muda Selat kacau balau. Tak dapat dibayangkan, bagaimana
marahnya di Ayahanda Sultan Mambang Matahari bila mengetahui kejadian
ini. Untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan ia minta agar kedua mayat
orang yang disayanginya itu dikuburkan segera.
Mayat
Putri Cermin Cina dimakamkan di tepi sungai sedangkan mayat Tuan Muda
Senaning dibawa anak buahnya ke kapal. Kapal itu berlayar ke seberang
dan mayat Tuan Muda Senaning dikuburkan disana. Tempat itu kemudian
diberi nama Dusun Senaning.
Sejenak
Tuan Muda Selat merasa lega. Namun tatkala ingat betapa Ayahandanya
sebentar lagi akan datang maka pikirannya menjadi kacau. Bukankah ia
telah diserahi Ayahandanya untuk menjaga Putri Cermin Cina agar tidak
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan? Kenyataanya, adik yang sangat
dikasihi oleh semua orang itu ternyata telah meninggal dunia. Dan salah
satu penyebab kematian adiknya adalah dia sendiri.
“Seandainya aku tidak bermain gasing tidak mungkin akan terjadi hal seperti ini.”
“Semua ini salahku jua!” ia terus menerus mempersalahkan dirinya.
“Sekarang apa yang harus kulakukan?” gumamnya dengan penuh kebingungan. ”Apa yang harus kukatakan kepada Ayahanda.”
Setelah
berpikir keras, ia kemudian mengumpulkan semua penduduk. Diajaknya
mereka berunding. Tidak lama kemudian Tuan Muda Selat memutuskan untuk
meninggalkan negeri karena sang ayahnya tidak mungkin akan memaafkannya.
Ia pun mengajak orang-orang kampung untuk ikut serta. Ia membelokkan
kapalnya kearah Pasang Senana. Kemudian, ia menghilang tidak tentu arah.
Orang-orang yang ikut dengannya ditinggalkan di sebuah tempat. Tempat
itu akhirnya disebut Kampung Selat.
Tidak
berapa lama kemudian, Sultan Mambang Matahari merapat dengan kapalnya.
Ia heran melihat kampungnya sepi. Ia naik ke istana. Istana juga
lengang. Setelah dayang-dayang yang berada di istana menceritakan
kejadian sebenarnya, barulah ia mengetahui apa yang telah terjadi.
Sultan
Mambang Matahari merasa sedih. Kemudian dengan beberapa pengikut, ia
berangkat meninggalkan kampung. Ia pergi keseberang dusun.
Beliau
mendirikan kampung disana. Kampung itu terletak diantara kubur Tuan
Muda Senaning dan kapal Tuan Muda Selat. Kampung itu diberi nama Dusun
Tengah Lubuk Ruso.
Legenda
cerita ini oleh rakyat daerah Jambi dianggap benar-benar terjadi karena
ada hubungannya dengan nama-nama kampung di Kabupaten Batanghari,
Jambi.
CERITA RAKYAT DARI JAWA TIMUR
Calon Arang
Pada suatu masa di Kerajaan Daha yang dipimpin oleh raja Erlangga, hidup seorang janda yang sangat bengis. Ia bernama Calon Arang. Ia tinggal di desa Girah. Calon Arang adalah seorang penganut sebuah aliran hitam, yakni kepercayaan sesat yang selalu mengumbar kejahatan memakai ilmu gaib.
Ia mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali. Karena puterinya telah cukup dewasa dan Calon Arang tidak ingin Ratna Manggali tidak mendapatkan jodoh, maka ia memaksa beberapa pemuda yang tampan dan kaya untuk menjadi menantunya. Karena sifatnya yang bengis, Calon Arang tidak disukai oleh penduduk Girah. Tak seorang pemuda pun yang mau memperistri Ratna Manggali. Hal ini membuat marah Calon Arang. Ia berniat membuat resah warga desa Girah.
“Kerahkan anak buahmu!
Cari seorang anak gadis hari ini juga! Sebelum matahari tenggelam anak
gadis itu harus dibawa ke candi Durga!“ perintah Calon Arang kepada
Krakah, seorang anak buahnya. Krakah segera mengerahkan cantrik-cantrik
Calon Arang untuk mencari seorang anak gadis. Suatu perkerjaan yang
tidak terlalu sulit bagi para cantrik Calon Arang.
Sebelum matahari terbit,
anak gadis yang malang itu sudah berada di Candi Durga. Ia
meronta-ronta ketakutan. “Lepaskan aku! Lepaskan aku!“ teriaknya. Lama
kelamaan anak gadis itu pun lelah dan jatuh pingsan. Ia kemudian di
baringkan di altar persembahan. Tepat tengah malam yang gelap gulita,
Calon Arang mengorbankan anak gadis itu untuk dipersembahkan kepada
Betari Durga, dewi angkara murka.
Kutukan Calon Arang
menjadi kenyataan. “Banjir! Banjir!“ teriak penduduk Girah yang
diterjang aliran sungai Brantas. Siapapun yang terkena percikan air
sungai Brantas pasti akan menderita sakit dan menemui ajalnya. “He,
he... siapa yang berani melawan Calon Arang ? Calon Arang tak
terkalahkan!” demikian Calon Arang menantang dengan sombongnya. Akibat
ulah Calon Arang itu, rakyat semakin menderita. Korban semakin banyak.
Pagi sakit, sore meninggal. Tidak ada obat yang dapat menanggulangi
wabah penyakit aneh itu..
“Apa yang menyebabkan
rakyatku di desa Girah mengalami wabah dan bencana ?” Tanya Prabu
Erlangga kepada Paman Patih. Setelah mendengar laporan Paman Patih
tentang ulah Calon Arang, Prabu Erlangga marah besar. Genderang perang
pun segera ditabuh. Maha Patih kerajaan Daha segera menghimpun prajurit
pilihan. Mereka segera berangkat ke desa Girah untuk menangkap Calon
Arang. Rakyat sangat gembira mendengar bahwa Calon Arang akan ditangkap.
Para prajurit menjadi bangga dan merasa tugas suci itu akan berhasil
berkat doa restu seluruh rakyat.
Prajurit kerajaan Daha
sampai di desa kediaman Calon Arang. Belum sempat melepaskan lelah dari
perjalanan jauh, para prajurit dikejutkan oleh ledakan-ledakan
menggelegas di antara mereka. Tidak sedikit prajurit Daha yang tiba-tiba
menggelepar di tanah, tanpa sebab yang pasti.
Korban dari prajurit
Daha terus berjatuhan. Musuh mereka mampu merobohkan lawannya dari jarak
jauh, walaupun tanpa senjata. Kekalahan prajurit Daha membuat para
cantrik, murid Calon Arang bertambah ganas.
“Serang! Serang terus!” seru para cantrik. Pasukan Daha porak poranda dan lari pontang-panting menyelamatkan diri. Prabu Erlangga terus mencari cara untuk mengalahkan Calon Arang. Untuk mengalahkan Calon Arang, kita harus menggunakan kasih saying”, kata Empu Barada dalam musyawarah kerajaan. “Kekesalan Calon Arang disebabkan belum ada seorang pun yang bersedia menikahi puteri tunggalnya.“
“Serang! Serang terus!” seru para cantrik. Pasukan Daha porak poranda dan lari pontang-panting menyelamatkan diri. Prabu Erlangga terus mencari cara untuk mengalahkan Calon Arang. Untuk mengalahkan Calon Arang, kita harus menggunakan kasih saying”, kata Empu Barada dalam musyawarah kerajaan. “Kekesalan Calon Arang disebabkan belum ada seorang pun yang bersedia menikahi puteri tunggalnya.“
Empu Barada meminta Empu
Bahula agar dapat membantu dengan tulus untuk mengalahkan Calon Arang.
Empu Bahula yang masih lajang diminta bersedia memperistri Ratna
Manggali. Dijelaskan, bahwa dengan memperistri Ratna Manggali, Empu
Bahula dapat sekaligus memperdalam dan menyempurnakan ilmunya.
Akhirnya rombongan Empu
Bahula berangkat ke desa Girah untuk meminang Ratna Manggali. “He he …
aku sangat senang mempunyai menantu seorang Empu yang rupawan.” Calon
Arang terkekeh gembira.
Maka, diadakanlah pesta pernikahan besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam. Pesta pora yang berlangsung itu sangat menyenangkan hati Calon Arang. Ratna Manggali dan Empu Bahula juga sangat bahagia. Mereka saling mencintai dan mengasihi. Pesta pernikahan telah berlalu, tetapi suasana gembira masih meliputi desa Girah. Empu Bahula memanfaatkan saat tersebut untuk melaksanakan tugasnya.
Maka, diadakanlah pesta pernikahan besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam. Pesta pora yang berlangsung itu sangat menyenangkan hati Calon Arang. Ratna Manggali dan Empu Bahula juga sangat bahagia. Mereka saling mencintai dan mengasihi. Pesta pernikahan telah berlalu, tetapi suasana gembira masih meliputi desa Girah. Empu Bahula memanfaatkan saat tersebut untuk melaksanakan tugasnya.
Di suatu hari, Empu
Bahula bertanya kepada istrinya, “Dinda Manggali, apa yang menyebabkan
Nyai Calon Arang begitu sakti?“ Ratna Manggali menjelaskan bahwa
kesaktian Nyai Calon Arang terletak pada Kitab Sihir. Melalui buku itu,
ia dapat memanggil Betari Durga. Kitab sihir itu tidak bisa lepas dari
tangan Calon Arang, bahkan saat tidur, Kitab sihir itu digunakan sebagai
alas kepalanya.
Empu Bahula segera
mengatur siasat untuk mencuri Kitab Sihir. Tepat tengah malam, Empu
Bahula menyelinap memasuki tempat peraduan Calon Arang. Rupanya Calon
Arang tidur terlalu lelap, karena kelelahan setelah selama tujuh hari
tujuh malam mengumbar kegembiraannya. Empu Bahul berhasil mencuri Kitab
sihir Calon Arang dan langsung diserahkan ke Empu Baradah. Setelah itu,
Empu Bahula dan istrinya segera mengungsi.
Calon Arang sangat marah
ketika mengetahui Kitab sihirnya sudah tidak ada lagi, ia bagaikan
seekor badak yang membabi buta. Sementara itu, Empu Baradah mempelajari
Kitab sihir dengan tekun. Setelah siap, Empu Baradah menantang Calon
Arang. Sewaktu menghadapi Empu Baradah, kedua belah telapak tangan Calon
Arang menyemburkan jilatan api, begitu juga kedua matanya. Empu Baradah
menghadapinya dengan tenang. Ia segera membaca sebuah mantera untuk
mengembalikan jilatan dan semburan api ke tubuh Calon Arang. Karena
Kitab sihir sudah tidak ada padanya, tubuh Calon Arang pun hancur
menjadi abu dan tertiup kencang menuju ke Laut Selatan. Sejak itu, desa
Girah menjadi aman tenteram seperti sediakala.
Moral : Calon
Arang merupakan contoh seorang yang memiliki sifat pemarah dan tidak
dapat menguasai nafsunya. Hendaknya seseorang tidak memaksakan
kehendaknya pada orang lain dan tidak melakukan sesuatu hal yang dibenci
orang lain. Karena pemaksaan kehendak akan berakibat buruk bagi diri
sendiri.
Sumber :http://www.elexmedia.co.id/
CERITA RAKYAT DARI SUMANTRA SELATAN
Putri Jelitani adalah seorang putri raja di sebuah kerajaan di daerah
Sumatra Selatan. Suatu ketika, negeri sang Putri dilanda kemarau yang
amat panjang. Keadaan yang sulit itu baru akan pulih jika ada seorang
gadis yang mau berkorban dengan mencebur ke laut. Oleh karena tak
seorang pun yang mau berkorban, maka dengan ikhlas sang Putri rela
melakukannya demi keselamatan rakyatnya dari bahaya kelaparan. Bagaimana
nasib Putri Kemarau selanjutnya? Simak kisahnya dalam cerita
Pengorbanan Putri Kemarau berikut ini
Dahulu, di Sumatra Selatan ada seorang putri raja bernama Putri Jelitani. Namun, ia akrab dipanggil Putri Kemarau karena dilahirkan pada musim kemarau. Ia merupakan putri semata wayang sang Raja. Ibunda sang Putri baru saja wafat. Sebagai putri tunggal, ia pun amat disayangi oleh ayahnya. Sementara itu, ayahnya adalah seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Negeri dan rakyatnya pun hidup makmur dan tenteram.
Suatu ketika, negeri itu dilanda kemarau yang sangat panjang. Sungai-sungai kekeringan dan air danau pun menjadi surut. Padang rumput sudah hangus terbakar terik matahari. Ternak-ternak warga banyak yang mati. Tanah menjadi kering dan pecah-pecah sehingga hasil panen pun gagal. Warga banyak yang terserang penyakit dan dilanda kelaparan. Melihat keadaan tersebut, sang Raja yang arif dan bijaksana itu pun segera bertindak. Ia segera mencari peramal untuk mencari jalan keluar dari kesulitan tersebut. Sudah banyak peramal yang ditemui, namun belum seorang pun yang mampu memberinya jalan keluar.
Suatu hari, sang Raja mendengar kabar bahwa di suatu desa yang terpencil ada seorang peramal yang terkenal sakti. Ia pun mendatangi peramal itu.
“Wahai, tukang ramal. Negeriku sedang dalam kesulitan. Tolong katakan bagaimana caranya mengatasi masalah ini,” pinta sang Raja.
“Baginda, petunjuk mengenai jalan keluar dari kesulitan akan melalui mimpi putri Baginda,” jawab peramal itu.
“Baiklah, kalau begitu. Hal ini akan kutanyakan langsung kepada putriku,” kata sang Raja yang segera kembali ke istana.
Setiba di istana, sang Raja mendapati putrinya sedang duduk termenung seorang diri di taman.
“Ayahanda baru saja menemui seorang juru ramal yang sakti,” kata sang Raja kepada putrinya.
Mendengar itu, Putri Kemarau sontak menatap wajah ayahandanya.
“Apa kata juru ramal itu Ayahanda?” tanya Putri Kemarau.
“Menurut juru ramal itu bahwa petunjuk mengenai jalan keluar dari kesulitan ini akan datang melalui mimpi Andanda. Apakah Ananda sudah bermimpi tentang hal itu?” sang Raja balik bertanya.
“Belum, Ayahanda,” jawab Putri Kemarau, “Tapi, alangkah baiknya jika semua masalah ini kita serahkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa,” lanjut sang Putri.
Alangkah terkejutnya sang Raja mendengar perkataan putrinya. Ia tidak pernah mengira sebelumnya jika putri kesayangannya itu memiliki pemikiran yang cerdas. Ia pun menyadari kekeliruannya selama ini.
“Benar juga katamu, Putriku. Perkataanmu itu membuat Ayanda sadar. Maafkan Ayah, Putriku!” ucap raja yang bijaksana itu.
Putri Kemarau kemudian menyarankan kepada Ayandanya agar seluruh rakyat negeri itu melakukan upacara berdoa bersama kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Maka, berkat doa bersama tersebut, Putri Kemarau pun mendapat petunjuk melalui mimpinya. Dalam mimpi itu, sang Putri didatangi oleh ibundanya.
“Wahai, Putriku. Kesulitan yang dialami negeri akan berubah jika ada seorang gadis yang mau berkorban dengan menceburkan diri ke laut,” ujar ibu Putri Kemarau.
Begitu terjaga, sang Putri pun menceritakan perihal mimpi itu kepada ayahandanya. Ternyata, sang Raja pun telah bermimpi mendapat bisikan gaib yang menyampaikan pesan yang sama. Maka, pada esok harinya, sang Raja segera mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk menyampaikan pesan itu.
“Wahai, seluruh rakyatku. Ketahuilah bahwa negeri ini akan kembali makmur jika ada seorang gadis yang dengan ikhlas mengorbankan dirinya mencebur ke dalam laut. Siapakah di antara kalian yang ingin melakukannya demi kebaikan kita semua?” tanya sang Raja di depan rakyatnya.
Tapi, tak seorang pun gadis yang berani mengajukan diri. Di tengah keheningan, tiba-tiba Putri Kemarau yang duduk di samping ayahandanya bangkit dari tempat duduknya lalu berkata.
“Ananda rela mengorbankan jiwa hamba dengan ikhlas demi kemakmuran rakyat negeri ini,” kata Putri Kemarau dengan suara lantang.
Seketika seluruh yang hadir tersentak kaget, terutama sang Raja. Ia tidak ingin anak semata wayangnya itu yang menjadi korbannya.
“Jangan, Putriku. Engkaulah satu-satunya milik Ayahanda. Engkaulah yang akan meneruskan tahta kerajaan ini. Jangan lakukan itu, Putriku!” cegah sang Raja.
Namun, Putri Kemarau tetap pada pendiriannya. Keinginan sang Putri sudah tidak dapat dibendung lagi.
“Lebih baik Ananda saja yang menjadi korban daripada seluruh rakyat negeri ini,” tegas sang Putri, “Barangkali ini sudah menjadi takdir Ananda.”
Sang Raja pun tak kuasa menahan keinginan putrinya. Maka, pada malam harinya, sang Putri dengan diantar oleh ayahanda dan seluruh rakyat pergi ke ujung tebing laut. Sebelum terjun ke laut, ia berpesan kepada ayahanda dan rakyatnya.
“Ikhlaskan kepergian Ananda, maafkan semua kesalahan Ananda,” pinta sang Putri.
Sang Raja tak kuasa menahan rasa haru. Air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Namun, apa hendak dibuat, tak seorang pun yang sanggup menahan keinginan putrinya. Putri Kemarau pun terjun ke laut. Bersamaan dengan terceburnya tubuh sang Putri ke dalam air laut, langit menjadi mendung. Petir menyambar-nyambar dan hujan pun turun dengan lebatnya. Dalam waktu singkat, seluruh wilayah negeri itu pun digenangi air. Tentu saja hal itu menjadi pertanda bahwa tumbuh-tumbuhan akan kembali menghijau dan tanah menjadi subur.
Seluruh rakyat negeri itu dirundung rasa suka cita, terutama sang Raja. Di satu sisi, negerinya akan kembali makmur, namu di sisi lain ia telah kehilangan putri yang amat disayanginya. Demikian pula yang dirasakan oleh seluruh rakyatnya.
Hujan semakin deras. Sang Raja dan rakyatnya pun segera meninggalkan tebing laut itu. Setiba di istana, raja itu langsung tertidur karena kelelahan. Betapa terkejutnya ia karena tiba-tiba mendengar suara bisikan yang menyuruhnya kembali ke tebing laut.
“Segeralah kembali ke tebing laut. Temuilah putrimu di sana!” demikian pesan suara itu.
Begitu terbangun, sang Raja bersama rakyatnya pun bergegas kembali ke tebing itu. Sesampainya di sana, mereka mendapati Putri Kemarau berdiri di atas sebuah karang di tengah laut dengan membawa penerangan dan harapan baru. Rupanya, sang Putri diselamatkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa karena keikhlasannya berkorban demi kepentingan orang banyak. Namun ajaibnya, semula tidak ada batu karang di tengah laut itu.
“Terima kasih, Tuhan! Engkau telah menyelamatkan putriku,” ucap sang Raja.
Usai berucap syukur, raja itu segera memerintahkan pengawalnya untuk menjemput sang Putri dan membawanya kembali ke istana. Beberapa tahun kemudian, sang Raja akhirnya menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya. Sejak itulah, Putri Kemarau menjadi ratu di negeri tersebut. Ia memerintah dengan arif dan bijaksana. Rakyatnya pun hidup makmur dan sejahtera.
Demikian cerita Pengorbanan Putri Kemarau dari daerah Sumatra Selatan. Pelajaran yang diambil dari cerita di atas adalah bahwa orang yang ikhlas berkorban demi kepentingan orang banyak akan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Mahakuasa.
Sumber:http://rochell-techno.blogspot.com/2012/12/pengorbanan-putri-kemarau.html
Dahulu, di Sumatra Selatan ada seorang putri raja bernama Putri Jelitani. Namun, ia akrab dipanggil Putri Kemarau karena dilahirkan pada musim kemarau. Ia merupakan putri semata wayang sang Raja. Ibunda sang Putri baru saja wafat. Sebagai putri tunggal, ia pun amat disayangi oleh ayahnya. Sementara itu, ayahnya adalah seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Negeri dan rakyatnya pun hidup makmur dan tenteram.
Suatu ketika, negeri itu dilanda kemarau yang sangat panjang. Sungai-sungai kekeringan dan air danau pun menjadi surut. Padang rumput sudah hangus terbakar terik matahari. Ternak-ternak warga banyak yang mati. Tanah menjadi kering dan pecah-pecah sehingga hasil panen pun gagal. Warga banyak yang terserang penyakit dan dilanda kelaparan. Melihat keadaan tersebut, sang Raja yang arif dan bijaksana itu pun segera bertindak. Ia segera mencari peramal untuk mencari jalan keluar dari kesulitan tersebut. Sudah banyak peramal yang ditemui, namun belum seorang pun yang mampu memberinya jalan keluar.
Suatu hari, sang Raja mendengar kabar bahwa di suatu desa yang terpencil ada seorang peramal yang terkenal sakti. Ia pun mendatangi peramal itu.
“Wahai, tukang ramal. Negeriku sedang dalam kesulitan. Tolong katakan bagaimana caranya mengatasi masalah ini,” pinta sang Raja.
“Baginda, petunjuk mengenai jalan keluar dari kesulitan akan melalui mimpi putri Baginda,” jawab peramal itu.
“Baiklah, kalau begitu. Hal ini akan kutanyakan langsung kepada putriku,” kata sang Raja yang segera kembali ke istana.
Setiba di istana, sang Raja mendapati putrinya sedang duduk termenung seorang diri di taman.
“Ayahanda baru saja menemui seorang juru ramal yang sakti,” kata sang Raja kepada putrinya.
Mendengar itu, Putri Kemarau sontak menatap wajah ayahandanya.
“Apa kata juru ramal itu Ayahanda?” tanya Putri Kemarau.
“Menurut juru ramal itu bahwa petunjuk mengenai jalan keluar dari kesulitan ini akan datang melalui mimpi Andanda. Apakah Ananda sudah bermimpi tentang hal itu?” sang Raja balik bertanya.
“Belum, Ayahanda,” jawab Putri Kemarau, “Tapi, alangkah baiknya jika semua masalah ini kita serahkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa,” lanjut sang Putri.
Alangkah terkejutnya sang Raja mendengar perkataan putrinya. Ia tidak pernah mengira sebelumnya jika putri kesayangannya itu memiliki pemikiran yang cerdas. Ia pun menyadari kekeliruannya selama ini.
“Benar juga katamu, Putriku. Perkataanmu itu membuat Ayanda sadar. Maafkan Ayah, Putriku!” ucap raja yang bijaksana itu.
Putri Kemarau kemudian menyarankan kepada Ayandanya agar seluruh rakyat negeri itu melakukan upacara berdoa bersama kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Maka, berkat doa bersama tersebut, Putri Kemarau pun mendapat petunjuk melalui mimpinya. Dalam mimpi itu, sang Putri didatangi oleh ibundanya.
“Wahai, Putriku. Kesulitan yang dialami negeri akan berubah jika ada seorang gadis yang mau berkorban dengan menceburkan diri ke laut,” ujar ibu Putri Kemarau.
Begitu terjaga, sang Putri pun menceritakan perihal mimpi itu kepada ayahandanya. Ternyata, sang Raja pun telah bermimpi mendapat bisikan gaib yang menyampaikan pesan yang sama. Maka, pada esok harinya, sang Raja segera mengumpulkan seluruh rakyatnya untuk menyampaikan pesan itu.
“Wahai, seluruh rakyatku. Ketahuilah bahwa negeri ini akan kembali makmur jika ada seorang gadis yang dengan ikhlas mengorbankan dirinya mencebur ke dalam laut. Siapakah di antara kalian yang ingin melakukannya demi kebaikan kita semua?” tanya sang Raja di depan rakyatnya.
Tapi, tak seorang pun gadis yang berani mengajukan diri. Di tengah keheningan, tiba-tiba Putri Kemarau yang duduk di samping ayahandanya bangkit dari tempat duduknya lalu berkata.
“Ananda rela mengorbankan jiwa hamba dengan ikhlas demi kemakmuran rakyat negeri ini,” kata Putri Kemarau dengan suara lantang.
Seketika seluruh yang hadir tersentak kaget, terutama sang Raja. Ia tidak ingin anak semata wayangnya itu yang menjadi korbannya.
“Jangan, Putriku. Engkaulah satu-satunya milik Ayahanda. Engkaulah yang akan meneruskan tahta kerajaan ini. Jangan lakukan itu, Putriku!” cegah sang Raja.
Namun, Putri Kemarau tetap pada pendiriannya. Keinginan sang Putri sudah tidak dapat dibendung lagi.
“Lebih baik Ananda saja yang menjadi korban daripada seluruh rakyat negeri ini,” tegas sang Putri, “Barangkali ini sudah menjadi takdir Ananda.”
Sang Raja pun tak kuasa menahan keinginan putrinya. Maka, pada malam harinya, sang Putri dengan diantar oleh ayahanda dan seluruh rakyat pergi ke ujung tebing laut. Sebelum terjun ke laut, ia berpesan kepada ayahanda dan rakyatnya.
“Ikhlaskan kepergian Ananda, maafkan semua kesalahan Ananda,” pinta sang Putri.
Sang Raja tak kuasa menahan rasa haru. Air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Namun, apa hendak dibuat, tak seorang pun yang sanggup menahan keinginan putrinya. Putri Kemarau pun terjun ke laut. Bersamaan dengan terceburnya tubuh sang Putri ke dalam air laut, langit menjadi mendung. Petir menyambar-nyambar dan hujan pun turun dengan lebatnya. Dalam waktu singkat, seluruh wilayah negeri itu pun digenangi air. Tentu saja hal itu menjadi pertanda bahwa tumbuh-tumbuhan akan kembali menghijau dan tanah menjadi subur.
Seluruh rakyat negeri itu dirundung rasa suka cita, terutama sang Raja. Di satu sisi, negerinya akan kembali makmur, namu di sisi lain ia telah kehilangan putri yang amat disayanginya. Demikian pula yang dirasakan oleh seluruh rakyatnya.
Hujan semakin deras. Sang Raja dan rakyatnya pun segera meninggalkan tebing laut itu. Setiba di istana, raja itu langsung tertidur karena kelelahan. Betapa terkejutnya ia karena tiba-tiba mendengar suara bisikan yang menyuruhnya kembali ke tebing laut.
“Segeralah kembali ke tebing laut. Temuilah putrimu di sana!” demikian pesan suara itu.
Begitu terbangun, sang Raja bersama rakyatnya pun bergegas kembali ke tebing itu. Sesampainya di sana, mereka mendapati Putri Kemarau berdiri di atas sebuah karang di tengah laut dengan membawa penerangan dan harapan baru. Rupanya, sang Putri diselamatkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa karena keikhlasannya berkorban demi kepentingan orang banyak. Namun ajaibnya, semula tidak ada batu karang di tengah laut itu.
“Terima kasih, Tuhan! Engkau telah menyelamatkan putriku,” ucap sang Raja.
Usai berucap syukur, raja itu segera memerintahkan pengawalnya untuk menjemput sang Putri dan membawanya kembali ke istana. Beberapa tahun kemudian, sang Raja akhirnya menyerahkan kekuasaannya kepada putrinya. Sejak itulah, Putri Kemarau menjadi ratu di negeri tersebut. Ia memerintah dengan arif dan bijaksana. Rakyatnya pun hidup makmur dan sejahtera.
* * *
Demikian cerita Pengorbanan Putri Kemarau dari daerah Sumatra Selatan. Pelajaran yang diambil dari cerita di atas adalah bahwa orang yang ikhlas berkorban demi kepentingan orang banyak akan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Mahakuasa.
Sumber:http://rochell-techno.blogspot.com/2012/12/pengorbanan-putri-kemarau.html
SEJARAH ASAL MULA NAMA JAMBI
Ada beberapa versi tentang awal pemberian nama jambi, antara lain :
- Nama Jambi muncul sejak daerah yang berada di pinggiran sungai batanghari ini dikendalikan oleh seorang ratu bernama Puteri Selaras Pinang Masak, yaitu semasa keterikatan dengan Kerajaan Majapahit. Waktu itu bahasa keraton dipengaruhi bahasa Jawa, di antaranya kata pinang disebut jambe. Sesuai dengan nama ratunya "Pinang Masak", maka kerajaan tersebut dikatakan Kerajaan Melayu Jambe. Lambat laun rakyat setempat umumnya menyebut "Jambi".
- Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan baru, pohon pinang banyak tumbuh di sepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
- Berpedoman
pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipel bahwa
Kerajaan Melayu Jambi dari abad 7 s.d. abad 13 merupakan bandar
atau pelabuhan dagang yang ramai. Di sini berlabuh kapal-kapal dari
berbagai bangsa, seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan
Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis
oleh Chaniago menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke
dalam pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani
berlayar bersama suaminya dengan kapal niaga Mesir ke Arab, dan
tidak kembali. Pada waktu lain, seorang putri Melayu lain bernama Ratna
Wali bersama suaminya berlayar ke Negeri Arab, dan dari sana
merantau ke Ruhum Jani dengan kapal niaga Arab. Kedua peristiwa
dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan antara orang Arab dan
Mesir dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi
dan interaksi secara akrab.
Kondisi tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin berasal dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada masa itu sebagai "Janbi", ditulis dengan aksara Arab: , yang secara harfiah berarti 'sisi' atau 'samping', secara kinayah (figuratif) bermakna 'tetangga' atau 'sahabat akrab'. - Kata Jambi ini sebelum ditemukan oleh Orang Kayo Hitam atau sebelum disebut Tanah Pilih, bernama Kampung Jam, yang berdekatan dengan Kampung Teladan, yang diperkirakan di sekitar daerah Buluran Kenali sekarang. Dari kata Jam inilah akhirnya disebut "Jambi".
- Menurut teks Hikayat Negeri Jambi, kata Jambi berasal dari perintah seorang raja yang bernama Tun Telanai, untuk untuk menggali kanal dari ibukota kerajaan hingga ke laut, dan tugas ini harus diselesaikan dalam tempo satu jam. Kata jam inilah yang kemudian menjadi asal kata Jambi.
Senin, 25 Februari 2013
GUBERNUR DAN MANTAN GUBERNUR SALING TUDING
26 Februari 5:17 |
PROVINSINYA KEHILANGAN SEBUAH PULAU
Penguasa Dinilai Tak Serius Pertahankan Pulau Berhala". Beritanya tentang Provinsi Jambi kalah di Mahkamah Konstitusi (MK) menyangkut sengketa kepemilikan Pulau Berhala antara Provinsi Jambi lawan Provinsi Kepulauan Riau.
Gubernur sekarang Hasan Basri Agus (HBA) menuding gubernur pendahulunya Zulkifli Nurdin (ZN) yang mengakibatkan lepasnya pulau bersejarah bagi Provinsi Jambi itu. Sebaliknya gubernur terdahulu ZN menuding gubernur sekarang HBA. Dengan "argumentasi" yang sama2 mengundang tanda tanya!!
Lalu barusan saya terima informasi bahwa Provinsi Jambi akan mengajukan gugatan baru lagi, tak jelas entah ke pengadilan mana, mungkin saja ke MK lagi.
Menurut pendapat saya yang "awam hukum" ini (setidak-tidaknya di mata "orang Jambi!!) boleh2 saja mengajukan gugatan baru meskipun terdengar aneh. Tapi kalau memang benar demikian maka SEBELUM gugatan baru itu diajukan semestinyalah :
(1) Pemerintah Provinsi Jambi mengungkapkan terlebih dahulu kepada publik berapa miliar dana yang sudah dikeluarkan dalam upaya mempertahankan Pulau Berhala tsb. , baik di masa jabatan gubernur terdahulu ZN maupun di masa gubernur sekarang HBA;
(2) bentuk Tim Eksaminasi Publik yang bersifat independen untuk mengeksaminasi putusan MK yang mengakibatkan Pulau Berhala itu lepas dari Provinsi Jambi.
Bagaimana hasil eksaminasi itu nanti barulah diputuskan apakah beralasan hukum kuat untuk mengajukan gugatan baru ataukah sebaliknya hanya mengulangi kekonyolan belaka......
Penguasa Dinilai Tak Serius Pertahankan Pulau Berhala". Beritanya tentang Provinsi Jambi kalah di Mahkamah Konstitusi (MK) menyangkut sengketa kepemilikan Pulau Berhala antara Provinsi Jambi lawan Provinsi Kepulauan Riau.
Gubernur sekarang Hasan Basri Agus (HBA) menuding gubernur pendahulunya Zulkifli Nurdin (ZN) yang mengakibatkan lepasnya pulau bersejarah bagi Provinsi Jambi itu. Sebaliknya gubernur terdahulu ZN menuding gubernur sekarang HBA. Dengan "argumentasi" yang sama2 mengundang tanda tanya!!
Lalu barusan saya terima informasi bahwa Provinsi Jambi akan mengajukan gugatan baru lagi, tak jelas entah ke pengadilan mana, mungkin saja ke MK lagi.
Menurut pendapat saya yang "awam hukum" ini (setidak-tidaknya di mata "orang Jambi!!) boleh2 saja mengajukan gugatan baru meskipun terdengar aneh. Tapi kalau memang benar demikian maka SEBELUM gugatan baru itu diajukan semestinyalah :
(1) Pemerintah Provinsi Jambi mengungkapkan terlebih dahulu kepada publik berapa miliar dana yang sudah dikeluarkan dalam upaya mempertahankan Pulau Berhala tsb. , baik di masa jabatan gubernur terdahulu ZN maupun di masa gubernur sekarang HBA;
(2) bentuk Tim Eksaminasi Publik yang bersifat independen untuk mengeksaminasi putusan MK yang mengakibatkan Pulau Berhala itu lepas dari Provinsi Jambi.
Bagaimana hasil eksaminasi itu nanti barulah diputuskan apakah beralasan hukum kuat untuk mengajukan gugatan baru ataukah sebaliknya hanya mengulangi kekonyolan belaka......
TIDUR BERKUALITAS
Tidur berkualitas adalah dambaan setiap orang. Namun, tak jarang ada orang yang kesulitan tidur sehingga harus menggunakan media tertentu agar rasa kantuk itu datang. Tetapi, apakah benar hal tersebut efektif dan tak memiliki efek khusus? Berikut adalah mitos-mitos tentang media 'pengantar tidur' yang bisa Anda ketahui:
1. Tidur Untuk Balas Dendam:
lelah dan tidur |
Faktanya: Biasanya seseorang yang setiap minggunya
memiliki waktu tidur yang kurang, akan 'berusaha' membalas waktu
istirahat dengan tidur sepanjang hari di akhir pekan. Tetapi menurut
penelitian, hal itu justru tidak efektif. Karena setelah tidur panjang
tersebut, Anda akan kesulitan untuk tidur dengan nyenyak pada malam
berikutnya.
2. Teh Herbal untuk Membaut Rasa Kantuk:
Faktanya: Teh herbal yang berbahan dasar lemon,
chamomile, ataupun rosela, dianggap dapat merelaksasi pikiran, sehingga
bisa meningkatkan kantuk. Tetapi menurut penelitian, khasiat tersebut
tidak terbukti efektif bisa membuat orang mengantuk.
3. Tidur dengan menonton film
Faktanya: Kebanyakan orang menonton televisi bisa
membantu rasa kantuk datang. Namun, cahaya yang dihasilkan oleh layar
komputer ataupun televisi, bisa merusak kinerja melatonin, atau yang
biasa disebut “hormon kegelapan”. Melatonin berfungsi untuk membimbing
Anda melihat dalam gelap. Bila sering terpapar cahaya televisi, ritme
istirahat Anda pun akan semakin terganggu sehingga kualitas tidur Anda
pun memburuk.
Sumber foto: http://bindenoer.com/?p=3922#sthash.W1KI8573.dpbs
DAUN PEPAYA
Daun Pepaya
Daun
Pepaya sudah tidak asing lagi di telinga kita semua. Selain daun
Pepaya, buah Pepaya sendiri termasuk buah yang digemari orang Indonesia.
Selain mudah mendapatkannya, Pepaya juga mudah ditanam di halaman rumah. Harganya yang tidak terlalu mahal juga menjadi favorit buah keluarga di rumah. Selain itu Pepaya juga banyak memberikan manfaat bagi manusia. Selain daunnya bisa disantap sebagai lalapan yang nikmat, daun Pepaya juga memiliki khasiat tersendiri. Misalnya menyembuhkan penyakit demam berdarah yang berbahaya.
Nama latin: Carica Papaya
khasiat: Menyembuhkan demam berdarah 1 dan 2, serta mempercepat pengeringan luka bakar.
Sumber foto: http://pinterest.com/pin/295267319289042021/
Selain mudah mendapatkannya, Pepaya juga mudah ditanam di halaman rumah. Harganya yang tidak terlalu mahal juga menjadi favorit buah keluarga di rumah. Selain itu Pepaya juga banyak memberikan manfaat bagi manusia. Selain daunnya bisa disantap sebagai lalapan yang nikmat, daun Pepaya juga memiliki khasiat tersendiri. Misalnya menyembuhkan penyakit demam berdarah yang berbahaya.
Nama latin: Carica Papaya
khasiat: Menyembuhkan demam berdarah 1 dan 2, serta mempercepat pengeringan luka bakar.
Sumber foto: http://pinterest.com/pin/295267319289042021/
Sabtu, 23 Februari 2013
SENI TRADISI KUDA LUMPING
SEJARAH KUDA LUMPING
Menurut sejarah, asal muasal seni jaranan atau jaran kepang diangkat dari dongeng rakyat tradisional Kediri tepatnya pada Pemerintahan Prabu Amiseno yaitu Kerajaan Ngurawan, salah satu kerajaan yang terletak di Kediri sebelah timur Sungai Brantas. Konon sang Prabu berputera seorang putrid yang sangat cantik nan rupawan tiada banding yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata yang diberi nama Dyah Ayu Songgolangit. Tidak mengherankan kalau kecantikan Songgolangit tersohor di seantero jagad sehingga banyak raja dari luar daerah Kediri yang ingin mempersuntingnya.
Sonngolangit mempunyai adik laki-laki yang berparas tampan, terampil dan trengginas dalam olah keprajuritasn, bernama Raden Tubagus Putut. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan Raden Tubagus Putut mohon pamit pada ayahandanya untuk berkelana dan menyamar sebagai masyarakat biasa.
Sementara itu di Kerajaan Bantar Angin yang dipimpin oelh Prabu Kelono Sewandono, Raden Tubagus Putut berminat mengabdi/Suwito. Berkat kemampuannya dalam olah keprajuritan ia diangkat menjadi patih kerajaan dan diberi gelar Patih Pujonggo Anom. Prabu Kelono Sewandono mendengar kecantikan Dyah Ayu Songgo Langit dan ingin meminangnya, maka diutuslah Patih Pujonggo Anom untuk melamar ke Kediri. Sebelum berangkat ke Kediri Pujonggo Anom memohon petunjuk kepada Sang Dewata agar dirinya tidak diketahui oleh ayahandanya maupun kakaknya.
Di kerajaan Ngurawan banyak berdatangan para pelamar diantaranya Prabu Singo Barong dari Lodoyo yang didampingi patihnya Prabu Singokumbang. Kedatangan Pujonggo Anom untuk melamar membuat terkejut Songgolangit, karena meskipun Pujonggoanom memakai topeng, ia mengetahui bahwa itu adiknya sendiri. Songgolangit menghadap ayahandanya menyampaikan bahwa Pujonggo Anom itu putranya sendiri. Mendengar penuturan itu maka murkalah sang ayah. Kemudian sang Prabu mengutuk Pujonggo Anom bahwa topeng yang dikenakan pada wajahnya tidak bisa dilepas dari wajahnya. Pujonggo Anom mengatakan pada Songgolangit bahwa lamarannya itu sebetulnya untuk rajanya yaitu Prabu Kelono Sewandono. Akhirnya Songgolangit mengeluarkan suatu Patembaya (sayembara) yang isinya: Dia menginginkan sebuah titian yang tidak berpijak pada tanah; Barang siapa dapat membuat tontonan yang belum ada di jagad ini, dan bilamana digelar dapat meramaikan jagad; serta Pengarak manten menuju ke Kediri harus nglandak sahandape bantala (lewat bawah tanah) dengan diiringi tetabuhan. Barang siapa yang bisa memenuhi permintaan tersebut maka si pencipta berhak mempersunting Dewi Songgolangit sebagai permaisuri.
Pujonggo Anom melaporkan permintaan Songgolangit kepada Prabu Kelono Sewandono. Karena merasa cukup sulit, akhirnya keduanya bersemedi memohon petunjuk Sang Dewata Agung. Dewata memberikan bahan berupa bantang bamboo, lempengan besi serta sebuah cambuk yang disebut Pecut Samandiman. Adapun batang bamboo digunakan untuk membuat kuda kepang yang melambangkan sebuah titian yang tidak berpijak pada tanah, lempengan besi dijadikan bahan tetabuhan yang enak didengar. Dalam waktu singkat Kelono Sewandono beserta Pujonggo Anom sudah bisa memenuhi patembaya Dewi Songgolangit.
Akhirnya pasukan prajurit penunggang kuda dari Bantar Angin menuju Kerajaan Kediri dengan diiringi tetabuhan bisa menjadi tontonan yang belum pernah dilihat oelh masyarakat Kediri. Maka mulailah kesenian itu diberi nama Tari Jaran Kepang yang terdiri dari empat orang sebagai penari yang menggambarkan punggawa kerajaan ang sedang menunggang kuda dalam tugas mengawal raja. Tarian tersebut diiringi oleh satu unit musik gamelan jawa berupa ketuk, kenong, kempol, gong suwukan, terompet, kendang dan angklung. Di lain pihak Prabu Singo Barong merasa kedahuluan oleh Prabu Kelono Sewandono, maka marahlah Singo Barong dan terjadilah perang. Kelono Sewandono unggul dalam peperangan berkat pecut Samandiman. Singo Barong pasrah kepada Kelono Sewandono dan sanggup menjadi pelengkap dalam pertunjukkan jaranan yang digelar di Kerajaan Kediri, karena pada dasarnya mereka sangat menyukai musik gamelan. Dengan bergabungnya Singo Barong dan patihnya Singo Kumbang (celeng) maka genaplah penari jaranan berjumlah enam orang hingga sekarang ini.
Selain seperangkat gamelan, pagelaran jaranan juga membutuhkan sesaji yang harus disediakan dari sang dalang jaranan yang lazim disebut Gambuh antara lain: Dupa (kemenyan yang dicampur dengan minyak wangi tertentu kemudian dibakar), Buceng (berisi ayam panggang jantan dan beberapa jajan pasar, satu buah kelapa dan satu sisir pisang raja), Kembang Boreh (berisi kembang kanthil dan kembang kenongo), Ulung-ulung (berupa seekor ayam jantan yang sehat), Kinangan (berupa satu unit gambir, suruh, tembakau dan kapur yang dilumatkan menjadi satu lalu diadu dengan tembakau).
Selanjutnya sang gambuh dengan mulut komat-kamit membaca mantera sambil duduk bersila di depan sesaji mencoba untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dan meminta agar menyusup ke raga salah satu penari jaranan. Setelah roh yang dikehendaki oleh Sang gambuh itu hadir dan menyusup ke raga salah satu penari maka penari yang telah disusupi raganya oleh roh tersebut bisa menari dibawah sadar hingga berjam-jam lamanya karena mengikuti kehendak roh yang menyusup di dalam raganya. Sambil menari, jaranan diberi makan kembang dan minum air dicampur dengan bekatul bahkan ada yang lazim makan pecahan kaca semprong.
Di Kediri kesenian Jaranan sering ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu penting, acara peresmian maupun pesta-pesta keluarga, terlebih untuk acara yang berlangsung pada bulan Suro.
MAKNA RUATAN
Ruwatan
KI SUWOKO |
Langsung menyang: pandhu arah, pados
Ruwatan iku salah sijining upacara adat Jawa sing ancasé kanggo mbébasake wong komunitas utawa wilayah saka ancaman bebaya. Inti upacara ruwatan iki sejatiné arupa ndonga, nyuwun pangayoman marang Gusti Allah saka ancaman bebaya-bebaya umpamané bencana alam lan liyané, uga ndonga nyuwun pengampunan dosa-dosa lan kesalahan-kesalahan sing wis dilakoni sing isa nyebabaké bencana.Upacara adat iki asalé saka ajaran budaya Jawa kuna sing sifaté sinkretis sing saiki diadaptasi lan disesuaiké karo ajaran agama.
Bab lan Paragraf |
Makna
Ruwatan iku salah sijining upacara adat Jawa sing tujuwané kanggo mbébasaké wong, masarakat utawa wewengkon saka ancaman bebendu. Inti upacara ruwatan iki sejatiné ndonga, njaluk pangayoman marang Gusti Allah saka ancaman bebendu umpamané bencana alam lan liyané, uga ndonga njaluk pngampunan dosa-dosa lan kesalahan-kesalahan sing uwis dilakoni sing bisa njalari bencana.lan dingo tulak bala ana ing sawijining desa,Larangan
Ing kapercayan wong Jawa, ana wanti-wanti supaya wong kang lagi mbobot (ngandhut) ora pati cerak-cerak (nyedhak) ing papan kang lagi ana ruwatan. Amarga daya lan kakuwatan seka ruwatan kang lagi di patrapke bisa marai gugurake calon jabang bayi. Ujaré, kakuwatan iki saka dayaning Ilmu Waringin Sungsang (aksara caraka diwalik).Sejarah
Upacara adat iki asalé saka carita Bathara Kala yaiku buta sing doyan mangan menungsa. Bathara Kala iku putra Bathara Guru utawa putu para déwa.Jinis menungsa sing disenengi Bathara Kala lan dikuwatiraké ngalami sukerta yaiku:
- Sing lair tunggal utawa ontang-anting
- Kembang sepasang utawa kembar
- Sendhang apit pancuran utawa lanang, wadon, lanang, uga
- Uger-uger lawang utawa anak loro lanang kabèh
- Ontang-onting utawa anak siji wadon
- Pendhawa utawa anak lima lanang kabeh
- Kedhana-kedhini utawa anak loro lanang wadon
- Gondhang kasih anak loro beda pakulitane, siji ireng siji putih
- Dhampit utawa anak loro lanang wadon kang laire bareng
Sesajèn
Sesajèn sing disiapake kanggo upacara adat iki antarané:Yen kanggo tolak bala utawa mbuang sial wong sing ngalami sukerta, wong sing diruwat kudhu njalani siraman banyu suci lan nggunting rambut, rambute banjur dilarung neng segara.
Artikel perkawis Ruwatan punika taksih arupi seratan rintisan. Panjenengan saged mbiyantu Wikipedia ngembangaken. |
Kamis, 21 Februari 2013
DR,MAULAN CALON WAKIL WALIKOTA JAMBI BER BAGI PADA MASYARAKAT PENYENGAT RENDAH 22-02-2013
Cak Maulana Berikan bantuan Pada Korban BAnjir di penyengat Rendah Kota Jambi (kerangalam Jambi mencalonkan wakil walikota Jambi Berpasangan Dengan Sum hendra ).... |
Dr.Maulan Berbagi bersama Masyarakat penyengat Kota jambi pada hari jumat 22-02-2013 .berharap dalam pemberian paket sembako pada korban Banjir di penyengat rendah kota jambi |
Rabu, 20 Februari 2013
MENGAIS REJEKI DI SAAT BAJIR DENGAN MENAJUR IKAN
Prahu Tradisional Masyarakat teluk kenali Jambi
perahu kayu banyak permintaan dari masyarakat muaro jambi |
BANJIR MELANDA SIMPANG LIMA MUAROJAMBI
upaya mencari tempat pengusian |
Masyarakat Berbagi |
1.BERITA banjir melanda sebagian Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi Indonesia .simpang lima desa sarang Burung kecamatan jaluko kurang lebih 1500 rumah terendam akibatan luapan sungai batang hari mulai 12 Februari 2013 .minimnya batuan yang sekarang masyarakat alami kususnya di desa simpang lima ini
Jumat, 15 Februari 2013
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengapa selalu dengar radio
-
Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus memerah sapi Radio News Muaro Jambi- Budidaya sapi perah ber dikembangkan di Jambi. Pasaln...
-
Spot 30 detik : Rp. 22.000,- Spot 60 detik : Rp. 35.000,- Adlibs : Rp. 25.000,- Spo...