Sabtu, 06 April 2013

KKP Targetkan Produksi Patin 1,1 Juta Ton

Ikan Patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual cukup tinggi. Prospek ini menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati para pengusaha untuk membudidayakannya.
DR.IR SLAMET SOEBJAKTO,MS.SI
Direktur jenderal 
Perkembangan produksi budidaya ikan Patin menunjukkan kenaikan sangat signifikan. Pada 2006 produksi ikan Patin mencapai 31.490 ton pertahun dan pada 2012 mengalami peningkatan menjadi 651.000 ton pertahun. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus memacu peningkatan produksi ikan Patin dari tahun ke tahun dengan target produksi nasional pada 2013 sebesar 1.107.000 ton.
Demikian dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo, pada acara panen Patin dan peluncuran perdana unit pengolahan ikan fillet Patin dan tepung ikan di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi (6/04).
Sharif menjelaskan,

KKP menetapkan patin sebagai salah satu komoditas perikanan dalam program percepatan industrialisasi dari jenis komoditas perikanan budidaya. Selain untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, patin juga ditargetkan menjadi produk unggulan untuk ekspor, karena kebutuhan pasar patin sangat besar, tidak hanya di dalam negeri melainkan juga di pasar internasional. KKP telah menetapkan lokasi sentra budidaya patin tersebar di 10 (sepuluh) provinsi yang meliputi pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Pembangunan sentra ikan dan Unit Pengolahan Ikan (UPI) fillet patin serta pabrik dan mesin pengolah tepung ikan di kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu program KKP untuk mendukung peningkatan produksi ikan patin.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo
Sedangkan 5 (lima) lokasi percontohan lain yang mendapat program yang sama adalah di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Kabupaten Tulung Agung Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat.
Industri pengolahan ikan berbahan baku ikan patin di Indonesia saat ini masih berskala UMKM, Namun memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan menjadi skala industri besar. Saat ini terdapat 8 (delapan) unit pengolahan fillet patin yang ada di Jakarta, Surabaya dan Banjarmasin dengan jenis patin yang diolah adalah Pangasius hypothalamus.
Untuk mendukungnya, salah satu langkah yang diambil KKP untuk memulai pembangunan industri patin di tanah air, yakni dengan membangun kawasan sentra ikan patin yang terintegrasi dengan fasilitas berupa sarana dan prasarana. Di antaranya, KKP telah membangun 6 (enam) lokasi percontohan UPI Fillet Patin serta pabrik dan mesin pengolah tepung ikan.
“Pada kesempatan ini saya merasa bahagia bahwa tadi saya sudah melakukan tebar benih, panen patin dan meresmikan peluncuran pengolahan filet patin dan tepung ikan. Sungguh ini merupakan kegiatan nyata dari industri terpadu hulu hilir yang mengikuti prinsip-prinsip ekonomi biru,” kata Sharif.
Sharif menegaskan, usaha budidaya patin, harus dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga mampu menekan biaya produksi serta menghasilkan patin dengan kualitas tinggi dan memenuhi persyaratan ekspor. Oleh karena itu, penggunaan benih unggul,
pakan berkualitas dan murah serta pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan, perlu diterapkan dalam usaha budidaya patin.
Hal tersebut sejalan dengan pengembangan budidaya berbasis blue economy yang saat ini tengah digalakkan KKP. Bisnis perikanan budidaya berbasis blue economy merupakan usaha budidaya yang menerapkan pada empat prinsip utama yakni, zero waste, social inclusiveness, multi product serta inovasi dan adaptasi.
Pengembangan budidaya berbasis blue economy memiliki berbagai keuntungan yang berorientasi pada nilai tambah seperti keuntungan secara ekonomi dan lingkungan, ramah lingkungan, tanpa limbah, pemanfaatan sumber daya alam yang lebih efisien melalui kreasi dan inovasi teknologi adaptif.
PANEN IKAN PATIN DALAM LONJING UPI
“Saya berharap program ini mendukung terciptanya produk turunan dengan nilai ekonomi yang tinggi, dapat menyerap tenaga kerja dan perluasan lapangan usaha serta mampu menciptakan industri perikanan yang efisien sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya saing. Lebih dari itu, pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Pada saat yang sama Sharif juga menyerahkan bantuan KKP kepada Gubernur Jambi sebesar Rp. 23,18 Miliar. Bantuan tersebut diperuntukan untuk program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Poklahsar 27 Kelompok senilai Rp1,35 miliar, Sarana Prasarana Pemasaran Dalam Negeri sebesar Rp 2,5 miliar, bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) untuk 30 KUB sebesar Rp 3 miliar, bantuan untuk program Kapal Inka Mina sebanyak 5 Unit senilai Rp 7,5 miliar dan bantuan Kapal Pengawasan FRP 12 Meter senilai Rp 1,65 miliar.
Selanjutnya KKP juga memberikan bantuan Handphone SMS Gateway diperuntukkan bagi Pokmaswas sebanyak 28 Unit senilai Rp 14 juta, bantuan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan senilai Rp 1,5 miliar, bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) untuk 85 paket perikanan budidaya senilai Rp5,5 miliar serta bantuan Vaksin Edward Siealla Ichtaluri senilai Rp50 juta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengapa selalu dengar radio