DR.IR SLAMET SOEBJAKTO,MS.SI Direktur jenderal |
Perkembangan produksi budidaya
ikan Patin menunjukkan kenaikan sangat signifikan. Pada 2006 produksi
ikan Patin mencapai 31.490 ton pertahun dan pada 2012 mengalami
peningkatan menjadi 651.000 ton pertahun. Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) terus memacu peningkatan produksi ikan Patin dari tahun
ke tahun dengan target produksi nasional pada 2013 sebesar 1.107.000
ton.
Demikian dikatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C
Sutardjo, pada acara panen Patin dan peluncuran perdana unit pengolahan
ikan fillet Patin dan tepung ikan di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi
(6/04).
Sharif menjelaskan,
KKP menetapkan patin sebagai salah
satu komoditas perikanan dalam program percepatan industrialisasi dari
jenis komoditas perikanan budidaya. Selain untuk memenuhi kebutuhan
pasar dalam negeri, patin juga ditargetkan menjadi produk unggulan untuk
ekspor, karena kebutuhan pasar patin sangat besar, tidak hanya di dalam
negeri melainkan juga di pasar internasional. KKP telah menetapkan
lokasi sentra budidaya patin tersebar di 10 (sepuluh) provinsi yang
meliputi pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Pembangunan sentra
ikan dan Unit Pengolahan Ikan (UPI) fillet patin serta pabrik dan mesin
pengolah tepung ikan di kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu
program KKP untuk mendukung peningkatan produksi ikan patin.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo |
Sedangkan
5 (lima) lokasi percontohan lain yang mendapat program yang sama adalah
di Kabupaten Kampar Provinsi Riau, Kabupaten Tulung Agung Provinsi Jawa
Timur, Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Karawang
dan Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat.
Industri pengolahan
ikan berbahan baku ikan patin di Indonesia saat ini masih berskala
UMKM, Namun memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan menjadi skala
industri besar. Saat ini terdapat 8 (delapan) unit pengolahan fillet
patin yang ada di Jakarta, Surabaya dan Banjarmasin dengan jenis patin
yang diolah adalah Pangasius hypothalamus.
Untuk
mendukungnya, salah satu langkah yang diambil KKP untuk memulai
pembangunan industri patin di tanah air, yakni dengan membangun kawasan
sentra ikan patin yang terintegrasi dengan fasilitas berupa sarana dan
prasarana. Di antaranya, KKP telah membangun 6 (enam) lokasi percontohan
UPI Fillet Patin serta pabrik dan mesin pengolah tepung ikan.
“Pada
kesempatan ini saya merasa bahagia bahwa tadi saya sudah melakukan
tebar benih, panen patin dan meresmikan peluncuran pengolahan filet
patin dan tepung ikan. Sungguh ini merupakan kegiatan nyata dari
industri terpadu hulu hilir yang mengikuti prinsip-prinsip ekonomi
biru,” kata Sharif.
Sharif menegaskan, usaha budidaya patin, harus
dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga mampu menekan biaya
produksi serta menghasilkan patin dengan kualitas tinggi dan memenuhi
persyaratan ekspor. Oleh karena itu, penggunaan benih unggul,
pakan
berkualitas dan murah serta pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan,
perlu diterapkan dalam usaha budidaya patin.
Hal tersebut sejalan dengan pengembangan budidaya berbasis blue economy yang saat ini tengah digalakkan KKP. Bisnis perikanan budidaya berbasis blue economy merupakan usaha budidaya yang menerapkan pada empat prinsip utama yakni, zero waste, social inclusiveness, multi product serta inovasi dan adaptasi.
Pengembangan
budidaya berbasis blue economy memiliki berbagai keuntungan yang
berorientasi pada nilai tambah seperti keuntungan secara ekonomi dan
lingkungan, ramah lingkungan, tanpa limbah, pemanfaatan sumber daya alam
yang lebih efisien melalui kreasi dan inovasi teknologi adaptif.
PANEN IKAN PATIN DALAM LONJING UPI |
“Saya
berharap program ini mendukung terciptanya produk turunan dengan nilai
ekonomi yang tinggi, dapat menyerap tenaga kerja dan perluasan lapangan
usaha serta mampu menciptakan industri perikanan yang efisien sehingga
produk yang dihasilkan mempunyai daya saing. Lebih dari itu, pada
gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Pada
saat yang sama Sharif juga menyerahkan bantuan KKP kepada Gubernur
Jambi sebesar Rp. 23,18 Miliar. Bantuan tersebut diperuntukan untuk
program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Poklahsar 27 Kelompok
senilai Rp1,35 miliar, Sarana Prasarana Pemasaran Dalam Negeri sebesar
Rp 2,5 miliar, bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) untuk 30
KUB sebesar Rp 3 miliar, bantuan untuk program Kapal Inka Mina sebanyak 5
Unit senilai Rp 7,5 miliar dan bantuan Kapal Pengawasan FRP 12 Meter
senilai Rp 1,65 miliar.
Selanjutnya KKP juga memberikan bantuan
Handphone SMS Gateway diperuntukkan bagi Pokmaswas sebanyak 28 Unit
senilai Rp 14 juta, bantuan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan
senilai Rp 1,5 miliar, bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP)
untuk 85 paket perikanan budidaya senilai Rp5,5 miliar serta bantuan
Vaksin Edward Siealla Ichtaluri senilai Rp50 juta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar