Situs
kepurbakalaan Muaro Jambi merupakan situs peninggalan
purbakala terluas di Indonesia, membentang dari barat ke timur sepanjang
7,5 km di tepian Sungai Batanghari, dengan luas ± 12 km².
Peninggalan ini terbentang dari desa Muaro Jambi dan desa
Danau Lamo di bagian barat hingga desa Kemingking Dalam,
Kecamatan Muaro Sebo di bagian Timur, Kabupaten Muaro Jambi.
Dari Kota Jambi situs purbakala ini dapat dicapai melalui jalur darat sekitar 30 menit ke arah timur Kota menuju Pelabuhan Talang Duku, kemudian dilanjutkan dengan jalur sungai menyeberangi Sungai Batanghari ke desa Muaro Jambi. Atau dapat pula dicapai melalui perjalanan darat langsung ke dekat situs melalui jalur memutar ke arah barat Kota, menyeberangi jembatan Aur Duri, kemudian dilanjutkan lewat desa Jambi Kecil ke arah situs, dengan perkiraan jarak dari pusat Kota ± 40 km. Pilihan lain adalah dengan menyewa perahu kéték atau sebeng (speed boat) yang dapat dijumpai di pinggiran sungai Batanghari di tengah kota, untuk kemudian menyusuri sungai Batanghari sambil menikmati pemandangan sepanjang aliran sungai menuju situs candi.
Pada
mulanya situs Muaro Jambi tidak banyak dikenal orang dan
hanya diketahui penduduk setempat. Baru pada tahun 1820, secara
terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan S.C. Crooke,
seorang perwira Inggris yang ketika bertugas mengunjungi
daerah pedalaman Batanghari mendapat laporan dari penduduk
setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muaro
Jambi. Selanjutnya pada tahun 1935-1936, seorang sarjana
Belanda yang bernama F.M. Schnitger, dalam
ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera, pernah mengunjungi dan
sempat melakukan penggalian terhadap situs Muaro Jambi.
Sejak itu Muaro Jambi mulai dikenal, dan mulai 1976 sampai
saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian
dan preservasi arkeologi untuk menyelamatkan situs dan
peninggalan bersejarah di situs Muaro Jambi ini.
Di
dalam kompleks situs tidak hanya terdapat candi, tapi juga
menyimpan aneka artefak kuno seperti arca, keramik, manik-mani,
mata uang kuno dll. Ada 8 kompleks percandian, kolam kuno, yang oleh
penduduk setempat dinamai Kolam Telago Rajo, serta
diperkirakan lebih dari 60 buah menapo (gundukan tanah
reruntuhan sisa bangunan kuno).
Wilayah
situs juga dikelilingi oleh setidaknya 6 kanal atau
parit-parit kuno buatan manusia, yang oleh penduduk setempat dinamai
Parit Sekapung, Parit Johor dan Sungai Melayu. Sebagian besar
parit tersebut saat ini sudah mengalami pendangkalan.
Beberapa tahun silam, penduduk setempat masih memanfaatkan
alur-alur kanal kuno ini sebagai sarana transportasi dengan
menggunakan sampan tradisional. Bukan tidak mungkin bahwa
pada masa lalu kanal-kanal ini dibuat dengan alasan yang
sama, yaitu sebagai sarana transportasi dan distribusi logistik, selain
sebagai sistem drainase kawasan rawa. Ada pula yang menduga
fungsi strategisnya sebagai sistem pertahanan kompleks
percandian.
Museum Situs berada di lokasi pusat kunjungan kepurbakalaan Muaro Jambi. Merupakan gedung pusat informasi & tempat penyimpanan koleksi temuan purbakala yang berasal dari situs, baik dari hasil penelitian maupun temuan penduduk Muaro Jambi. Di dalamnya terpajang beraneka ragam koleksi yang menggambarkan keagungan nilai-nilai peninggalan purbakala Situs Muaro Jambi seperti : arca, belanga, padmasana, manik-manik, mata uang, bata berhias, serta keramik-keramik baik asing maupun tembikar lokal. Diantara peninggalan yang ditemukan adalah :
Pada waktu dilakukan pemugaran tahun 1982 hingga 1988, telah diselamatkan beberapa temuan penting, diantaranya arca Prajnaparamita, dan sebuah padmasana bata (lapik/dudukan arca), peripih candi, wajra, serta potongan gelang perunggu yang saat ini tersimpan di Museum Situs. Sedang temuan besar lain berupa makara batu berukir sangat indah dan kini terpasang pada salah satu pipi tangga candi utama. Menarik untuk tidak dilewatkan yaitu tetap dilestarikannya sisa-sisa pagar tembok yang telah rubuh, yang terletak di depan candi di sisi timur laut.
Nama
Telago Rajo diambil dari istilah penduduk setempat
menamai sebuah kolam kuno yang terletak di depan Candi Gumpung, atau
sebelah timur Museum Situs. Kolam ini berukuran 100 x 200 m,
yang selalu tergenang air dengan kedalaman 2-3 m, dari
permukaan tanah. Kemungkinan besar pada masa lalu kolam
ini berfungsi sebagai resevoir (waduk persediaan air).
Pada candi induk terdapat tangga naik menuju kedua teras candi dengan tubuh bangunan makin mengecil pada puncaknya. Beberapa temuan yang sekarang tersimpan di Museum Situs, antara lain sejumlah potongan benda dari besi dan perunggu, pecahan arca batu, fragmen keramik asing dari Cina asal abad ke-9 hingga ke-14 Masehi. Disamping itu juga terdapat bata-bata kuno yang digores dengan tulisan yang lazim dipakai pada abad ke-9 Masehi, sezaman dengan tulisan prenagari.
Kedua candi letaknya saling berdampingan, Candi Gedong 1 berada di sisi timur dan Candi Gedong 2 terletak di sebelah barat. Kedua candi induk sama-sama memiliki tangga masuk dari sisi timur.
Kompleks
candi terletak di sebelah utara jalan raya, sebelum pintu
gerbang masuk kawasan wisata Situs Muaro Jambi, atau dapat
dicapai dari pusat kunjungan ke arah barat melalui Candi Gedong 1 dan
2. Candi Kedaton merupakan kompleks candi terbesar yang ada di
Situs Muaro Jambi. Halaman kompleks dikelilingi pagar
tembok, reruntuhannya masih dapat ditemui, dan diperkirakan
memiliki panjang yang mengelilingi wilayah 215 x 250 m. Di
dalam kompleks terdapat candi induk yang menghadap ke utara
dan berdenah bujur sangkar berukuran 26 x 26 meter.
Bangunannya
mudah dikenali karena bentuknya yang besar dan pada salah
satu dinding sisi barat terdapat longsoran berangkal
berwarna putih yang merupakan bagian dari batu isian bangunan. Kebesaran
candi juga tampak dari aneka ragam temuan purbakala seperti
padmasana batu, umpak-umpak batu, ubin bata serta tidak
jauh dari lokasi candi pernah ditemukan sebuah belanga yang
cukup besar, yang kini tersimpan di Museum Situs.
Lokasi kompleks candi terletak paling barat dari gugusan percandian Muaro Jambi. Dari pusat kunjungan wisata situs purbakala Muaro Jambi berjarak ± 4 km, yang secara administratif terletak di wilayah Desa Danau Lamo kecamatan Muarosebo. Pada kompleks candi terdapat candi induk dan candi perwara, selain itu juga terdapat sisa-sisa dinding tembok suatu bangunan yang terdiri dari beberapa ruangan. Wilayah dengan luas ± 10.850 m² ini juga dikelilingi pagar tembok. Pada halaman ini pernah ditemukan dua buah arca gajah, satu diantaranya berupa Gajah Singha seperti yang ditemukan di Candi Gedong 2. Kedua arca tersebut telah dipindahkan dan disimpan di Museum Situs.
Bangunan-bangunan candi dan bekas reruntuhannya menunjukkan bahwa di masa lalu situs Percandian Muaro Jambi pernah menjadi pusat peribadatan. Terdapat petunjuk kuat dari peninggalan yang ditemukan bahwa Percandian Muaro Jambi adalah pusat peribadatan agama Budha Tantri Mahayana.
Petunjuk
tersebut terlihat selain dari candinya sendiri juga dari
ragam temuan sarana ritual seperti, Arca Prajnaparamita, reruntuhan
stupa, arca gajah singha, wajra besi serta tulisan-tulisan
mantra yang dipahatkan pada lempengan emas atau digoreskan
pada bata. Diantara bata-bata yang bertulis terdapat suku
kata 'Wijaksana', kemudian sebutan 'wajra' pada lempengan
emas, serta aksara nagari pada batu permata berbunyi
'tra-tra'.
Selain
itu, di situs ini juga ditemukan peninggalan berupa keramik
dari Cina masa Dinasti Song (abad ke 11-12 Masehi), yang
mengindikasikan adanya hubungan internasional yang telah terjadi pada
masa itu. Sementara penemuan keramik Eropa abad ke-19
membenarkan adanya ekskavasi yang pernah dilakukan oleh
Perwira Inggris dan sarjana Belanda abad ke 19-20.
Penemuan
lain berupa manik-manik, perhiasan, tembikar, pecahan
genting, dan sisa-sisa peralatan rumah tangga, bandul jaring/jala
untuk menangkap ikan, dll., menunjukkan bahwa kawasan yang
mengelilingi kompleks percandian ini juga pernah menjadi
kawasan pemukiman, yang diduga kuat merupakan tempat
bermukimnya para biksu dan pelajar Budha di masa lalu.
Demikianlah,
warisan sejarah budaya bernilai tinggi, yang selayaknya
kita jaga dan lestarikan. Bangsa yang besar tidak melupakan
sejarahnya. Karena dengan mengetahui dimana kita berpijak (sejarah),
maka kita akan mampu menentukan arah mana yang akan dituju.
Sejak
pertengahan tahun 2007, usaha pemugaran dan pembangunan
candi dari reruntuhan menapo yang berhasil ditemukan kembali dilakukan.
Dan pemanfaatan kembali situs ini sebagai bagian dari
upacara hari-hari besar keagamaan Agama Budha telah pula
dilaksanakan, bahkan situs ini menjadi pusat pelaksanaan
perayaan Waisak yang masuk dalam agenda Nasional disamping
Borobudur.
Diharapkan usaha pelestarian dan pengembangan cagar budaya ini akan terus dilakukan dan hasilnya dapat segera kita nikmati bersama sebagai bagian dari kekayaan budaya leluhur kita.
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Jambi
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Senin, 22 April 2013
SITUS MUARO JAMBI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mengapa selalu dengar radio
-
Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus memerah sapi Radio News Muaro Jambi- Budidaya sapi perah ber dikembangkan di Jambi. Pasaln...
-
Spot 30 detik : Rp. 22.000,- Spot 60 detik : Rp. 35.000,- Adlibs : Rp. 25.000,- Spo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar